Movies

KALA NANTI, KISAH REMAJA TUNANETRA YANG TOREHKAN PRESTASI DI FESTIVAL FILM ASIA

Kala Nanti, film pendek Indonesia yang mengangkat kisah dua remaja tunanetra, berhasil memenangkan Governor of Tokyo Award di Shorts Shorts Film Festival & Asia 2024.

title

FROYONION.COM - Kala Nanti adalah film pendek karya Praditha Blifa yang baru-baru ini memenangkan penghargaan prestisius Governor of Tokyo Award dalam kategori Live Action Competition Asia International Best Short di Shorts Shorts Film Festival & Asia 2024. 

Festival ini adalah salah satu yang terbesar di Asia dan diakui oleh US Academy Award. Film ini berhasil menarik perhatian juri dan penonton dengan mengangkat tema inklusivitas dan kehidupan remaja tunanetra di Indonesia. 

KEMENANGAN KALA NANTI BUKTIKAN KEKUATAN PESANNYA

Film pendek Kala Nanti karya Praditha Blifa berhasil meraih penghargaan bergengsi di Short Shorts Film Festival & Asia 2024. Kemenangan ini menjadi bukti nyata kekuatan pesan yang diusung film tersebut.

Praditha, sang sutradara, mengungkapkan kebahagiaannya atas pencapaian ini. "Saya sangat senang dan terharu saat pertama kali mendapat kabar bahwa film Kala Nanti mendapatkan penghargaan," ungkapnya. 

Rasa haru tersebut semakin bertambah saat ia memberitahukan kabar gembira ini kepada dua pemeran utama film, Ira dan Valen.

BACA JUGA: TANTANGAN BESAR INDUSTRI FILM DI ASIA TENGGARA UNTUK BERKEMBANG

Praditha berharap penghargaan ini dapat membuka jalan bagi Kala Nanti untuk ditonton oleh lebih banyak orang dan dapat memicu diskusi tentang inklusivitas di masyarakat, terutama terhadap teman-teman difabel.

Para juri, termasuk Sharon Badal, Hiroshi Fujioka, dan Katsuhide Motoki, memuji pendekatan unik dan berani yang diambil oleh Praditha dalam mengangkat cerita kehidupan remaja tunanetra.

Penghargaan ini menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap kualitas sinematik dan pesan sosial yang dibawakan film ini. Lebih dari sekadar penghargaan, kemenangan ini adalah peluang untuk memperkenalkan isu inklusivitas kepada masyarakat luas. 

Kisah kemenangan ini menunjukkan bahwa dengan ketekunan dan dedikasi, karya seni yang mengangkat isu-isu sosial penting dapat meraih pengakuan internasional.

DIBALIK LAYAR KALA NANTI

Kisah inspiratif terukir dalam film "Kala Nanti", sebuah karya yang dibiayai melalui Program Dana Keistimewaan (Danais) dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta dan garap dengan baik oleh Aranck Project.

Naskah film Kala Nanti ditulis oleh Praditha Blifa dan Andi F. Yahya. Film ini dibintangi oleh Juliana Ira Astuti dan Scolastika Nadya Valentin, keduanya bukan dari aktor profesional, akan tetapi mereka mampu menunjukkan akting yang luar biasa dan berhasil menghidupkan karakter yang diperankan dengan sangat baik.

Juliana Ira Astuti, atau Ira, adalah seorang tunanetra total yang aktif di komunitas Difalitera (Difabel Literasi). Ia sering melakukan pementasan baca puisi dan musikalisasi puisi. 

Sementara itu, Scolastika Nadya Valentin, atau Valen, adalah seorang tunanetra low vision yang juga merupakan atlet judo peraih medali emas di ASEAN Para Games 2023 di Kamboja. 

Kedua remaja ini membawa keaslian dan kedalaman emosional ke dalam karakter mereka, hal ini memberikan penampilan yang autentik dan menyentuh hati pagi penonton.

Dari penulisan skenario hingga pengambilan gambar, setiap langkah diambil dengan hati-hati untuk memastikan bahwa cerita yang disampaikan benar-benar merepresentasikan pengalaman hidup remaja tunanetra. 

Dukungan dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta melalui Danais memainkan peran penting dalam mewujudkan proyek ini, memberikan kesempatan bagi sineas muda untuk berkarya dan menampilkan cerita-cerita yang inspiratif.

KALA NANTI MENDORONG INKLUSIVITAS

Kala Nanti bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah misi sosial. Film ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya inklusivitas dan penerimaan terhadap teman-teman difabel. 

Reaksi positif datang dari berbagai kalangan, baik penonton maupun kritikus. Mereka memuji keberanian film ini dalam mengangkat isu yang jarang dibahas di layar lebar.

Produser Intan Nadya Maulida mengungkapkan kebanggaannya serta harapan untuk masa depan sinema di Indonesia. “Saya berharap industri sinema kita, terutama di Asia, akan menjadi semakin inklusif di masa mendatang,” kata Intan. Ia berharap penghargaan ini dapat menjadi pendorong bagi para pembuat film lainnya untuk terus berkarya dan menyoroti isu-isu sosial dalam film mereka.

Aranck Project membuka peluang untuk pemutaran Kala Nanti di tempat-tempat pemutaran alternatif atau komunitas. Ini adalah langkah positif untuk memperluas jangkauan film ini agar dapat dinikmati oleh lebih banyak orang dan memicu diskusi tentang inklusivitas dan hak-hak difabel. 

Untuk menonton Kala Nanti, kalian dapat mengikuti akun media sosial resmi Aranck Project. Informasi tentang pemutaran film dan kegiatan lainnya akan diumumkan melalui platform tersebut.

BACA JUGA: NOISE IS SERIOUS SHIT: FILM DOKUMENTER GERAKAN MUSIK NOISE DI JOGJA

Film Kala Nanti memberikan dampak yang signifikan bagi penontonnya. Kisah persahabatan dua remaja tunanetra, Sri dan Yanti, yang telah bersama sejak tinggal di asrama, menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli dan menghargai perbedaan. 

Keputusan Yanti untuk pindah ke luar kota demi melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah menguji persahabatan mereka, namun juga menyoroti pentingnya memiliki mimpi dan berjuang untuk mencapainya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance