Layangan Putus?? Lo harus nonton drama perselingkuhan Tiongkok yang jauh lebih epic daripada itu!
FROYONION.COM - Beberapa waktu ke belakang, publik digemparkan dengan fenomena baru dalam dunia hiburan. Sebuah series yang disutradarai oleh Benni Setiawan berhasil membuat banyak sekali khalayak ramai gemas dan kesal sekaligus ketika menyaksikannya. Series berjudul “Layangan Putus” yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama, merupakan sebuah kisah nyata dari seseorang yang dituliskan di media sosial, sehingga menjadi sebuah inspirasi dalam pengerjaan web seriesnya.
Serial tersebut telah selesai mengudara beberapa waktu lalu dan tentu saja sukses menghasilkan fenomena baru di kancah industri di Indonesia, dan semakin mengharumkan nama-nama aktor dan aktris yang bermain, sebut saja Reza Rahadian, Anya Geraldine dan Putri Marino.
Tetapi tahukah civs? Bahwa ada sebuah film yang sudah jauh lebih dulu tayang dan bisa dibilang masih menjadi role-model sebuah cerita romansa perselingkuhan yang di elu-elukan hingga saat ini??
Berangkat dari sebuah premis cerita yang simple, “bagaimana jika suami dan istrimu, ternyata saling berselingkuh?”
Berlatarkan di Hong Kong, 1962, Chow Mo-Wan yang diperankan oleh Tony Leung adalah seorang editor surat kabar yang pindah ke gedung baru bersama istrinya. Pada saat yang sama, Su Li-zhen yang diperankan oleh Maggie Cheung merupakan seorang sekretaris cantik dan suami eksekutifnya juga pindah ke gedung yang sama.
Dengan pasangan mereka yang sering pergi, Chow dan Li-zhen akhirnya memutuskan untuk saling menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama sebagai teman. Mereka kemudian menemukan bahwa mereka memiliki semua kesamaan dalam menyukai sesuatu mulai dari toko mie hingga buku seni bela diri yang mereka baca.
Tak lama setelah persahabatan mereka mulai tumbuh, mereka dikejutkan ketika menemukan fakta bahwa pasangan mereka justru saling berselingkuh. Terluka dan marah, mereka akhirnya menemukan kenyamanan dalam persahabatan mereka yang berkembang menjadi tahap yang lebih jauh lagi ketika bahkan mereka memutuskan untuk tidak menjadi seperti pasangan mereka yang tidak setia.
Wong Kar-Wai, bisa dibilang adalah maestro dari kisah kisah romansa di era film Tiongkok pada tahun 90-an. Menghasilkan banyak sekali kisah romansa yang unik karena selalu mengulik hubungan psikologis antar manusia melalui pengkarakteran dan penokohan yang kuat serta pemilihan latar belakang setiap karakter yang tak di duga. In The Mood For Love adalah salah satu contohnya, drama perselingkuhan dimana ternyata pasangan keduanya juga berselingkuh satu sama lainnya, sungguh suatu hubungan yang siapapun tak menyangka bahwa itu bisa saja terjadi di kehidupan sesungguhnya.
Pengerjaan teknis yang tepat, pemilihan warna serta pengadeganan yang kompleks tetapi bisa dinikmati dengan santai merupakan salah sekian dari banyaknya daya pikat yang In The Mood For Love dan Wong Kar-Wai coba tawarkan. Kebosanan atas drama-drama kolosal yang merebak pada saat itu juga menjadi alternatif lainnya yang bisa menjadi sarana pilihan penonton pada saat itu.
Hubungan tak terjelaskan dimana Chow dan Li-Zhen di dalam film juga merupakan pertanyaan yang gamang dan abstrak, tentang bagaimana seharusnya keduanya bersikap. Mengetahui bahwa ada yang tidak beres diantara pasangan mereka masing-masing membuat keduanya pada awalnya ingin membalas apa yang telah masing-masing pasangan mereka lakukan. Kendati demikian, hal tersebut sama sekali tidak terjadi.
Li-Zhen memegang teguh anggapan bahwa “Kita tak akan pernah menjadi seperti mereka, lantas apa bedanya kita dengan mereka”, sukses membuat air mata gue menetes dengan deras, terlebih ketika perasaan Chow justru tumbuh lebih jauh lagi untuk Li-zhen. Hubungan diantara keduanya yang rumit menghasilkan intrik yang menarik dan membuat penonton (khususnya gue) semakin jatuh dan masuk ke dalam dunia cerita yang dibangun oleh Wong Kar-Wai.
Kisah Chow dan Li-Zhen berakhir pada sebuah fade out editing dimana keduanya memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan hubungan mereka. Chow memutuskan bercerai dengan istrinya dan Li-Zhen nampaknya kembali pada suaminya karena setelah itu ditunjukkan dengan adegan dimana Li-Zhen tengah membeli bangunan rusun tersebut setelah lewat hampir 5 tahun ia dan suaminya memutuskan pindah karena kekacauan pemberontakan di tahun 1962 di Hong Kong.
Li-Zhen terlihat menggendong seorang balita yang terlihat seperti anaknya. Ibu dan Anak ini nampak bahagia di dalam hunian baru mereka, kendati demikian Chow justru memutuskan untuk angkat kaki dari Korea, ia pergi ke sebuah tempat bernama Angkor Wat di Kamboja, mendatangi sebuah lubang di salah satu tembok dan membisikan salah satu rahasia terbesarnya disana, menutup lubang itu dengan lumpur dan kemudian pergi meninggalkan rahasia tersebut selamanya disana. Rahasia bahwa dia pernah mencintai seorang perempuan kuat yang tak bisa ia miliki. Sebuah pemilihan adegan penuh simbolik serta dramatis.
Hal ini juga nampaknya merupakan sebuah gambaran mengenai apa yang Wong Kar-Wai selaku sutradara rasakan dalam menyikapi apa yang terjadi di Hongkong pada waktu itu. Bentuk kekecewaan buruh dalam kerusuhan besar-besaran antara pro komunis dan simpatisan mereka dengan Pemerintah Hong Kong.
Meskipun berasal dari persengketaan buruh kecil, ketegangan yang kemudian tumbuh menjadi unjuk rasa besar-besaran jelas menentang kekuasaan pemerintahan Inggris. Unjuk rasa berubah menjadi bentrok keras dengan Angkatan polisi Hongkong
Awal unjuk rasa dan kerusuhan adalah persengketaan buruh yang dimulai pada awal Maret 1967 dalam pengiriman, taksi, tekstil, perusahaan semen, dan khususnya Hong Kong Artificial Flower Works di mana ada 174 buruh prokomunis dan serikat buruh. Serikat pekerja yang menyebabkan kerusuhan ini adalah anggota dari Federasi Serikat Dagang Hongkong melalui hubungan yang kuat dengan Beijing.
Wong Kar-Wai mengemas isu se-frontal ini dengan cantik, menyiasatinya dengan drama perselingkuhan yang menawan serta menggoda dan berhasil membuat gue meneteskan mata dalam setiap adegan yang terasa menyedihkan.
Kendati Layangan Putus juga merupakan sebuah drama yang menarik, tetapi tak ada salahnya lo nonton In The Mood For Love (2000) Garapan Wong Kar-Wai ini. (*/)