Movies

‘HOTEL TRANSYLVANIA: TRANSFORMANIA’ HADIRKAN PLOT LAWAS DENGAN PENGISI SUARA BARU

Sukses dengan Hotel Transylvania pertama hingga ketiga, film keempatnya kini telah resmi dirilis. Simak ulasannya sebelum kamu nonton!

title

FROYONION.COM – Menyambut liburan panjang akhir pekan, ada satu pilihan film yang bisa banget kalian tonton buat mengisi waktu luang. Sudah nonton Hotel Transylvania pertama sampai ketiga? Nah, sekarang film keempatnya telah resmi rilis pada 2022 lalu dan sudah masuk ke platform streaming juga.  

Flashback sebentar ke tiga film pertamanya, yuk. Di film pertama yang dirilis 2012 lalu, Count Dracula membangun sebuah hotel bernama Hotel Transylvania sebagai tempat tinggalnya dan putri semata wayangnya, Mavis. Hotel itu juga sekaligus menjadi hunian bagi para monster yang nggak punya tempat tinggal di dunia manusia. 

Kekacauan terjadi saat seorang manusia bernama Johnny datang ke hotel. Keadaan makin runyam saat Johnny dan Mavis saling jatuh cinta. Kisah kocak para monster berlajut ke Hotel Transylvania 2 pada 2015. Di film kedua ini, Johnny dan Mavis telah menikah dan memiliki seorang putra bernama Dennis. 

Namun, Drac merasa putus asa karena sang cucu nggak juga memiliki taring layaknya drakula seperti dirinya dan Mavis. Segala cara diupayakan oleh Drac dan para monster di Hotel untuk memancing munculnya taring drakula Dennis. Film ketiganya berjudul Hotel Transylvania: Summer Vacation, dirilis pada 2018.  

Sesuai judulnya, film ketiga ini mengisahkan perjalanan liburan semua monster di Hotel menggunakan sebuah kapal pesiar mewah. Di atas kapal itu Drac bertemu dengan seorang manusia bernama Ericka. Drac lalu merasakan zing, semacam getaran cinta pertama, pada Ericka. 

BACA JUGA:

PRIME VIDEO LUNCURKAN JINNY’S KITCHEN, SERIAL TV KOREA TANPA NASKAH YANG GANDENG V BTS 

Di film keempatnya, Dracula kini semakin menua. Ia bermaksud hendak menyerahkan kepemilikan Hotel Transylvania pada Mavis, putri semata wayangnya. Namun, Drac merasa takut apabila Johnny yang seorang manusia akan merusak hotelnya. 

Drac lalu mengarang cerita bahwa hanya monster yang dapat mewarisi hotel. Sedih akan pengakuan Drac, Johnny lalu meminta bantuan pada Van Helsing. Ia kemudian  menggunakan alat buatan Helsing yang dapat mengubah manusia menjadi monster.  

Apesnya, alat itu justru turut mengubah para monster menjadi manusia, termasuk Drac! Drac yang kini berwujud manusia dan Johnny yang berubah menjadi monster lalu berperjalanan bersama ke Amerika Selatan guna menemukan kristal ajaib yang dapat mengembalikan mereka ke wujud asalnya.  

Film keempat ini dapat kalian saksikan melalui platform streaming Prime Video. Satu hal yang mungkin akan langsung kalian sadari adalah suara Count Dracula agak sedikit berubah di sini. Maklum, pengisi suaranya diganti dari Adam Sandler ke Brian Hull.  

Memang nggak begitu kentara perbedaan suaranya, tapi cukup bikin orang-orang berpendapat kalau keajaiban filmnya jadi sedikit berkurang. Apalagi, Count Dracula sebagai karakter utama sudah melekat banget dengan image Hotel Transylvania. 

Terlebih, Transformania masih membawa plot yang kurang lebih sama seperti tiga film pendahulunya. Ceritanya nggak jauh-jauh dari Drac yang belum bisa menerima kehadiran Johnny sebagai anggota keluarganya. Bisa dibilang, Transformania menggunakan racikan kisah lama dengan hanya balutan setting latar yang berbeda. 

Transformania juga nggak membawa humor sekental tiga film sebelumnya. Hotel Transylvania pertama hingga ketiga berhasil membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak berkat tingkah lucu para monster, baik yang sedang disorot kamera maupun yang berada di background. Tapi di film keempat, humor yang disajikan terbilang garing  dan repetitif.  

Mau dibilang lebih mengutamakan sisi dramanya juga enggak. Mengingat konfliknya kurang lebih sama dengan tiga film sebelumnya, endingnya juga bisa diprediksi bakal seperti apa. Jangan harap ada twist mengejutkan di akhir kisah yang bikin rasa ngantuk sepanjang nonton filmnya terbayarkan. 

Jeda waktu empat tahun antara Summer Vacation dengan Transformania kayaknya masih belum cukup buat tim produksi untuk memikirkan plot baru yang lebih menarik. Alhasil, Transformania hadir sebagai film yang masih terasa kurang dari berbagai sisi dan menutup franchise Hotel Transylvania dengan kurang memuaskan.  

BACA JUGA: REVIEW ‘GHOSTED’, KETIKA CHRIS EVANS DI-GHOSTING AGEN CIA

Untungnya, film kartun memang bukan untuk ditonton secara serius. Sekedar tontonan untuk have fun bareng keluarga aja sih film ini udah terasa cukup. Warna-warni karakternya tampak menarik dan tingkah konyol para monster yang berubah menjadi manusia juga cukup bikin ketawa. 

Kisah Count Dracula mungkin sudah berakhir, tapi nggak menutup kemungkinan kalau akan ada spin-off dari franchise ini. Banyak tokoh sampingan yang menarik dan cukup potensial untuk dikembangkan jadi filmnya sendiri. Contohnya nih keluarga Wayne Werewolf dengan segerombol anaknya yang semua namanya berawalan huruf W.  

Bakal kocak sih kalau dibikin film khusus yang berfokus ke keluarga werewolf ini. Dan kalau spin-offnya bagus, seenggaknya bisa jadi obat kekecewaan untuk film terakhirnya ini. Spin-off untuk film animasi bukan hal baru, kok. Sebelumnya ada Puss in Boots yang merupakan spin-off dari film Shrek. 

Tapi, bisa juga Hotel Transylvania benar-benar berakhir di Transformania. Hampir sebelas tahun sejak film pertamanya rilis, sangat wajar kalau pihak Sony Pictures Animation berpikir ini saatnya mengakhiri perjalanan Count Dracula. Jarang juga sih ada franchise film animasi yang diteruskan setelah film keempatnya.  

Walau nggak ditutup secara memuaskan, secara keseluruhan keempat film Hotel Transylvania telah menyajikan tontonan keluarga yang sangat menghibur. Kisah kocak para monster yang mencoba untuk menjalani hidup normal dengan kelompoknya, menerima perbedaan di antara mereka dan akhirnya bekerjasama dengan manusia ini nggak akan bisa dengan mudah dilupakan begitu saja.  

Hotel Transylvania: Transformania bisa kalian saksikan di platform streaming Prime Video. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read