Hadir lagi film bergenre horror yang menawarkan tema baru yakni susuk. Tema yang pasti dekat dengan penonton Indonesia dan menyimpan banyak sekali potensi horror untuk ditampilkan.
FROYONION.COM – Ginanti Rona seakan belajar banyak dari film Kapan Kamu Mati, film horror yang sebenarnya tampil baik tapi masih banyak kecanggungan di sana-sini. Pengalaman tersebut membuat Ginanti Rona lebih fasih lagi dalam mengerjakan horror dengan terapi horror yang jauh lebih baik.
Dibuktikan dengan film Susuk: Kutukan Kecantikan yang tampil prima dan hadir dengan treatment menakutkan yang jauh lebih rapi. Lantas, apa saja yang membuat film ini tampil istimewa dibandingkan dengan film horror lainnya?
Satu hal paling menonjol dari film Susuk: Kutukan Kecantikan adalah jajaran cast-nya yang tampil prima untuk men-deliver cerita secara baik. Tidak ada aktor yang tampil kikuk sehingga membuat horror tidak tersampaikan secara kurang baik. Tepuk tangan keras jelas pantas diarahkan ke seluruh jajaran cast-nya yang kebanyakan diisi oleh aktor muda tapi penuh potensi.
Seperti Jordy Pranata, Ersya Aurelia, Hana Malasan, Muhammad Khan hingga Elang El Gibran. Khusus untuk Muhammad Khan juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Bagaimana begitu piawainya dia menghidupkan karakter dukun yang eksentrik dan juga tidak biasa. Sangat berbeda dengan tampilan dukun yang seringkali template dan sudah sering muncul di film horor kebanyakan.
Ketika kebanyakan film horor Indonesia mengandalkan jumpscare repetitif yang seringkali mudah ditebak, film ini cukup menawarkan hal baru. Caranya adalah dengan memilih treatment body horror untuk memberikan efek terror. Bagi yang belum tahu, body horror adalah treatment horor memberikan efek ngeri atau teror dengan memanfaatkan tubuh manusia.
Film seperti Ratu Ilmu Hitam hingga Sewu Dino diketahui menerapkan treatment body horror untuk memperkuat elemen horor. Sayangnya, untuk film Sewu Dino treatment body horror masih terasa malu-malu dan kurang maksimal. Sangat berbeda dengan film Susuk: Kutukan Kecantikan yang lebih berani dan lebih frontal menggunakan treatment body horror. Inilah yang membuat filmnya terasa berbeda dan menghasilkan kengerian yang lebih mencekam bagi penonton.
PR dari kebanyakan film horor Indonesia adalah kurang memberikan latar belakang pada karakternya sehingga penonton sulit memberikan empati. Alhasil, film horror hanya sekadar parade jumpscare tanpa ada narasi cerita. Untungnya, film Susuk: Kutukan Kecantikan berhasil menghindari kesalahan tersebut dengan menampilkan narasi cerita yang jauh lebih baik.
Seperempat awal film diawali dengan pengenalan karakter utama dengan rapi dan baik. Membuat penonton mengetahui motivasi karakter, latar belakang hingga tujuan masing-masing karakter. Inilah yang memunculkan rasa empati penonton dan mau mengikuti cerita hingga akhir. Karena narasi cerita yang baik adalah ketika penonton peduli dan mau mengikuti perjalanan setiap masing-masing karakter mewujudkan tujuannya.
Semua hal itu, membuat film Susuk: Kutukan Kecantikan menjadi film horor yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Khususnya untuk penonton film horor yang ingin mendapatkan pengalaman horor yang bukan hanya menakuti tapi juga memiliki cerita yang berisi. (*/)