Movies

FILM ‘A BUSINESS PROPOSAL’ SEPI PENONTON, BUKTI CANCEL CULTURE ITU NYATA?

Film Indonesia remake ‘A Business Proposal’ mencatatkan jumlah penonton yang sangat rendah. Netizen berpendapat ini merupakan efek cancel culture setelah salah satu pemerannya dinilai arogan.

title

FROYONION.COM Awal Februari ini, rumah produksi Falcon Pictures resmi menayangkan film remake drama Korea populer  A Business Proposal di seluruh bioskop tanah air. 

Dibintangi Ariel Tatum, Abidzar Al Ghifari, Caitlin Haldermann dan Ardhito Pramono, film ini resmi dirilis pada 6 Februari 2025 lalu. 

BACA JUGA: TREN REMAKE FILM LUAR NEGERI, DEMI KEARIFAN LOKAL ATAU KARENA KEHABISAN IDE? 

Ini bukan kali pertama Indonesia membuat ulang film dari negara lain dengan kearifan lokal. Sebelumnya ada Miracle in Cell no 7, Hello Ghost, Kang Mak, dan masih banyak lagi. 

Bedanya, kali ini A Business Proposal mendapat sambutan yang jauh berbeda. Alih-alih didukung penuh dan ramai penonton, film ini justru berakhir sepi peminat. 

IMBAS BLUNDER DAN KLARIFIKASI SETENGAH HATI 

Dilansir dari laman Twitter CinepointA Business Proposal hanya mampu menjual 6.900 tiket pada hari pertama penayangan. Tingkat okupansi juga sangat rendah yaitu di angka 4%. 

Padahal, film ini sudah tayang di 1.270 bioskop. Artinya, hanya ada sekitar 4 – 5 orang yang menonton di tiap bioskop yang menayangkan filmnya. 

Beberapa netizen juga membagikan foto dan video saat mereka berada di bioskop dan mencoba membeli tiket filmnya. Tampak masih banyak kursi kosong yang belum terjual, padahal bioskop cukup ramai pengunjung. Orang-orang sepertinya lebih memilih menonton film horor yang sedang tayang di hari yang sama. 

BACA JUGA: SAAT IDOLA LO TERKENA CANCEL CULTURE… 

Rendahnya peminat film ini walaupun drama Korea aslinya cukup populer diyakini sebagai imbas dari blunder sang aktor. 

Dilansir dari Tribun News, salah satu pemeran utamanya yaitu Abidzar sempat melontarkan beberapa pernyataan yang cukup kontroversial. 

Pada sesi konferensi pers yang digelar di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 13 Januari lalu misalnya, ia mengakui hanya menonton satu episode drama Korea A Business Proposal. 

Selain itu, dirinya juga berkata ingin menciptakan karakternya sendiri, bukan didasarkan pada drama aslinya. 

BACA JUGA: SUPAYA CANCEL CULTURE DI INDONESIA NGGAK SETENGAH-SETENGAH 

Banyak netizen tidak setuju dengan perkataannya dan mengecap ia terlalu arogan. Pasalnya, film yang akan dibintanginya nanti adalah hasil adaptasi atau remake, bukan original. 

Menanggapi kritik netizen, Abidzar justru mengeluarkan pernyataan yang makin bikin meradang. Dalam acara podcast On Off yang dipandu komika Coki Pardede pada 22 Januari lalu, ia menyebut penggemar drama Korea sebagai fans fanatik. 

Potongan podcast itu ramai diunggah di media sosial dan membuatnya makin dihujani kritik. Bahkan, penulis bestseller Ika Natassa juga turut berkomentar melalui akun Twitter pribadinya bahwa Abidzar harus belajar PR yang baik supaya tidak mematikan filmnya sebelum tayang. 

Rumah produksi Falcon Pictures akhirnya mengunggah surat terbuka pada 3 Februari lalu yang ditujukan pada pecinta cerita A Business Proposal

Akan tetapi, surat terbuka ini dinilai lebih kepada pembelaan diri daripada permintaan maaf yang tulus dari hati. 

Imbas blunder berkali-kali, saat filmnya tayang pada 6 Februari jumlah penonton berada di angka yang bisa dibilang mengecewakan. Netizen pun berpendapat bahwa mereka sudah berhasil melakukan cancel culture

BUDAYA CANCEL AKHIRNYA BERHASIL? 

Ini bukan kali pertama netizen berusaha untuk meng-cancel selebriti. Sebelumnya, kasus influencer yang kabur dari karantina COVID hingga Youtuber yang membawa anak bayinya naik jet ski juga sempat diserukan untuk di-cancel

Namun, aksi kala itu gagal karena keduanya memiliki basis penggemar yang besar dan cukup militan. 

Alhasil setelah permintaan maaf dan jeda beberapa waktu, kasusnya perlahan terlupakan. Akun media sosial mereka juga terpantau kembali aktif menerima endorse seperti semula. 

Sekarang, tampaknya seruan cancel dalam bentuk tidak menonton film di bioskop benar-benar terwujud. Ini artinya, cancel culture benar-benar bisa diterapkan di Indonesia, asalkan ada usaha kolektif dari banyak orang. 

Dalam kasus A Business Proposal, film remake tentu menargetkan penonton yang memang menggemari versi aslinya, yaitu pembaca webtoon dan penonton drama Korea yang menjadi objek adaptasi.

Sayangnya, pernyataan Abidzar yang terkesan tidak menghormati versi asli membuat target penonton kemudian kecewa dan memutuskan untuk tidak menonton filmnya.

Menarik untuk menyaksikan apakah budaya cancel ini bisa kembali dilakukan untuk publik figur lain jika terbukti problematik hingga konten-konten viral yang kurang mendidik.

Dibutuhkan usaha bersama dari banyak pihak supaya budaya cancel bisa berhasil. Apalagi jika objeknya adalah selebriti ternama yang dikenal banyak orang dan sudah banyak yang terbiasa mengkonsumsi konten-kontennya. 

Akan tetapi setidaknya dari kasus sepinya bioskop pada penayangan film A Business Proposal, kita tahu bahwa cancel culture itu nyata adanya dan benar-benar bisa dilakukan oleh orang-orang Indonesia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read