Eleanor Whisper merantau dari Medan ke Jakarta untuk terus bermusik sambil bekerja. Tentunya, mereka tetap menjunjung semangat ‘Do It Yourself’ alias DIY untuk tetap berkarya di tengah kesibukan ibu kota.
FROYONION.COM - Eleanor Whisper, band asal Medan yang berisikan dua anggota tetap, Ferri Neldy (gitar/vokal) dan Arief Hamonangan (drum) serta beberapa additional members yang turut tampil pada setiap panggung yang mereka hadiri. Termasuk Dennisa Devy (vokal) yang akan turut tampil pada Hajatan Froyonion.
Sebagai bentuk apresiasi Froyonion kepada para Civillions yang setia mendampingi selama pandemi, Froyonion ingin menghadirkan acara untuk seru-seruan bareng dengan mengangkat tema budaya Betawi. Dalam rangka memeriahkan acara ini lah, Eleanor Whisper diundang sebagai salah satu band yang akan tampil di Studio Gedung Putih, Bintaro pada Sabtu (29/10) mendatang.
Pertama kali dibentuk pada Juli 2015 silam, rupanya Eleanor Whisper telah mengarungi ombang-ambing samudra industri musik hingga bisa tetep eksis sampe sekarang.
Berawal dari ajakan teman untuk nge-band di sela-sela kuliah saat di Medan, Ferri sebagai mahasiswa Hukum di Universitas Sumatera Utara bertemu dengan Arief, si mahasiswa Ilmu Ekonomi di almamater yang sama sebagai untuk menggantikan posisi drummer sebelumnya.
Rupanya duo Ferri dan Arief langsung klop sehingga mereka berdua memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk bekerja sekaligus mengejar mimpi bermusik yang lebih tinggi lagi. Seperti anak rantau pada umumnya, banyak rintangan yang harus mereka hadapi, terutama saat pandemi.
“Kemaren pas pandemi lumayan mematahkan rezeki, ide, dan semangat sih. Kita ke Jakarta tahun 2019, eh 2 bulan kemudian pandemi. Baru sempet manggung 2 kali abis itu nggak bisa manggung. Akhirnya kami mencoba untuk tetep mempertahankan keberadaan kami dengan tetep rilis single dan music video,” jelas Ferri dan Arief saat ditemui tim Froyonion.com pada Selasa (25/10) lalu.
Datangnya pandemi yang nggak pernah kita duga mendesak kita semua untuk survive dengan berbagai cara. Bagi band ber-genre alternative rock ini , mempertahankan dan memperjuangkan cinta kepada musik sekaligus semangat ‘Do It Yourself’ alias DIY inilah yang membuat mereka bertahan hingga kini.
“Ini klise, tapi musik itu cinta pertama dan penyelamatku. Kalo nggak ada musik, aku nggak tahu apa yang akan aku jalanin dan kehidupanku akan sangat membosankan. Karena udah cinta itulah, kalaupun nanti dikecewakan aku nggak masalah, aku akan tetep cinta sama musik,” tutur Arief.
Ferri pun turut menambahkan kalo lagu Broken Hearted For Stranger is Such A Feeling That I Adore adalah lagu yang menyelamatkan mereka semasa pandemi. Apresiasi pendengar hingga media nggak disangka-sangka sangat tinggi. Lagu yang tadinya tidak diekspektasi untuk booming ini malah jadi favorit banyak pendengar mereka.
Semangat untuk selalu memberikan yang terbaik dari segi musik dan visual ternyata berbuah manis. Sekalipun mereka menciptakan semua lagu sendiri – mulai dari lirik, notasi, rekaman, hingga editing – namun terbukti kualitas yang mereka suguhkan boleh diadu dengan band berlabel di luar sana, malah justru terasa sangat otentik.
Hal ini juga merupakan buah dari ketulusan dan kejujuran mereka yang tersampaikan dengan apik kepada para pendengar setianya.
“Penting untuk bisa jujur dalam berkarya. Karena kalo karya kita jujur, yang dengerin juga pasti ngerasain. Selain itu di tengah industri musik Indonesia yang semakin berkembang ini, kami rasa perlu untuk jadi unik supaya punya pembeda dari band-band lain. Karena itulah, setiap ngeluarin lagu kami juga bikin music video dan konten di media sosial,” jelas Ferri.
Hingga kini, Eleanor udah ngeluarin 14 lagu yang terkandung di dalam album, mini album, dan single. Besar harapan mereka untuk bisa berevolusi dari ‘band sepulang kantor’ jadi full-time musician.
Dalam perjalanan menuju mimpi itu, band asal Medan ini akan terus bermusik dan menyuguhkan karya-karya segar khas Eleanor Whisper. (*/)
BACA JUGA: GRUP MUSIK ‘SIMPLE SET’: BERMUSIK SEBAGAI ‘COPING MECHANISM’ DAN REKREASI