Menjelang perilisan part 3 nya, ‘Attack on Titan’ masih sering dicibir warganet. Kenapa ya? Padahal sudah dua tahun lho sejak pindah studio.
FROYONION.COM - Hampir satu dasawarsa sejak debut musim pertama, Attack on Titan langsung menjadi anime favorit penonton. Dampaknya langsung terasa tepat setelah penayangan musim pertamanya berakhir. Penjualan merch, DVD Blu-ray, dan komik meningkat pesat, tawaran produksi live action (walaupun hasilnya kacau dan gagal di pasaran), dan yang paling penting, animenya berlanjut sampai sekarang.
Attack on Titan menawarkan sesuatu yang beda dari cerita shonen biasa. Bagaimana enggak, dari episode pertama sudah diperlihatkan bagaimana kelamnya hidup Eren Yeager selaku MC padahal masih seumuran bocah SD. Alur ceritanya juga sangat sadis. Dari season satu kita sudah ditontonin buasnya titan melahap manusia yang bisa bikin penonton trauma. Cerita mulai makin berat pas masuk season tiga. Bayangan kita kalau Eren dan teman-temannya hanya ngelawan titan sampai ending ternyata salah besar. Kita justru ditontonin pentingnya unsur politik dalam cerita. Dan pada akhirnya, bukan titan yang menjadi musuh Eren, melainkan manusia yang dibutakan kekuasaan.
Eren semakin tertarik dengan dunia luar. Satu per satu rahasia mulai dibuka Hajime Isayama selaku mangaka AoT. Maka dari itu, penayangan musim keempat dari Attack on Titan semakin ditunggu penonton karena mulai mendekati klimaks cerita.
Dan ternyata, musim keempat dari Attack on Titan sangat kontras dari musim sebelumnya. Yang dulunya panen pujian malah sering kena hujatan. Bahkan saat penayangan musim keempat bagian ketiga semakin dekat (03 Maret 2023), dunia maya me-roasting habis-habisan karena tidak kunjung kelar. Sangat malang nasib anime ini.
Yang jadi pertanyaan, kok bisa AoT yang dulunya lumrah dengan pujian kini malah sering kena kritik dari sana-sini?
Semua dimulai sejak transisi studio anime. Jika dari musim pertama sampai ketiga diproduksi oleh WiT Studio, di musim keempat kali ini, anime AoT berpindah produksi ke MAPPA sampai seluruh cerita tamat. MAPPA juga bukan studio antah berantah. Didirikan oleh Masao Maruyama, studio ini merupakan pecahan dari Madhouse yang terkenal memproduksi anime seperti One Punch Man dan Death Note. Ekspektasi fans sangat tinggi dengan produksi MAPPA. Sebelum Attack on Titan tayang saja, anime garapan MAPPA sebelumnya yakni Jujutsu Kaisen sedang meraih banyak pujian. Nggak heran jika kualitas AoT setara bahkan lebih dari JJK.
Sayangnya, semua ekspektasi itu sirna. Musim keempat Attack on Titan bagian satu sangat buruk. Produksi yang nggak normal mengakibatkan mereka menggunakan teknologi CGI buat ngejar deadline. Hasilnya? Kacau. CGI yang digunakan sulit diterapkan dengan animasi yang pure menggunakan tangan. Oke, CGI di episode pertama masih bisa dimaafkan karena masih baru tayang sekaligus buat evaluasi ke depan. Dan ketika episode keenam tayang, boom… Kualitasnya sangat ampas! CGI nya kaku mulai dari Survey Corps terbang sampai duel antar titan. Nggak heran kalau staf yang bertanggung jawab kena hujat di Twitter.
Teknologi CGI lah yang mengakibatkan AoT dihujat warganet. Menurut mereka, anime yang menggunakan CGI nggak pantas disebut anime. Padahal ya sebenarnya nggak masalah kalau pake CGI. Ada kok anime bermodal CGI tetap laku di pasaran kayak Beastars. Cuma karena AoT sejak pertama tayang lebih banyak menggunakan hand drawn, penonton jadi merasa aneh karena belum nggak kebiasa nonton anime pake CGI.
Hal ini diperparah dengan kualitas CGI yang digunakan. MAPPA gagal menyatukan CGI dengan hand drawn yang malah bikin suasana nonton jadi kurang. Walaupun di bagian berikutnya teknologi CGI sudah diperbaiki, tetap saja penonton skeptis dengan adanya CGI. Maka dari itu, nggak heran kalau sejak Attack on Titan diproduksi MAPPA jadi masih sering kena kritik cuma karena masalah CGI.
Ada faktor lain alasan AoT sering di-bully warganet selain karena CGI. Alasan yang satu ini disebabkan kesalahan judul yang diberikan sejak awal. AoT di musim keempat tidak diberi nama Attack on Titan: Season Four. Alih-alih memberikan judul tersebut, animenya justru dinamai Attack on Titan: The Final Season. Ekspektasi penonton kan berarti bisa selesai sampai tamat tanpa dipisah. Dan sayangnya, ekspektasi tersebut kembali gagal.
Alasan mengapa MAPPA sekaligus Kodansha (penerbit komik AoT) sepakat memberikan judul tersebut karena kepentingan bisnis. Di saat penayangan musim keempat makin dekat, alur cerita di manga sudah mendekati akhir. Nah, guna mendorong penjualan, disepakati agar judul anime diberikan ‘final season’ supaya menarik masyarakat. Strategi tersebut berhasil karena AoT menempati urutan teratas anime favorit di musim dingin tahun 2021. Dan karena keterbatasan SDM, Attack on Titan: The Final Season bagian satu hanya mampu mengadaptasi sebanyak 25 chapter. Sedangkan jika menyesuaikan judul anime, MAPPA harus mengadaptasi sebanyak 40 chapter (chapter 91 - 138).
Dengan kata lain, harus dibuat bagian berikutnya untuk menjaga kualitas animasi. Nah, di sinilah kesalahan mereka. Karena sejak awal diberi judul final season, mereka nggak bisa buat judul musim kelima. Oleh karena itu, AoT tetap diberi judul ‘final season’ dengan tambahan ‘part two’ di belakang.
Apakah bagian kedua menandakan tamatnya anime Attack on Titan? Sayangnya tidak, Civs. Lagi-lagi MAPPA punya kendala dengan SDM yang dimiliki. Di bagian keduanya ini, MAPPA hanya mampu mengadaptasi 13 chapter (chapter 117-130) dengan jumlah episode sebanyak 12. Dan sudah pasti ditebak, harus menambah bagian lagi supaya cerita dapat segera tamat.
Dan terakhir, yang bikin jengkel dari pemilihan judul ini adalah masih ada part 4 sebagai penutup cerita. Jadi, MAPPA di tahun ini memecah penayangan Attack on Titan: The Final Season untuk tahun 2023 menjadi dua bagian. Part 3 akan tayang tanggal 03 Maret 2023, sedangkan part yang benar-benar terakhir masih belum diumumkan. Inilah yang bikin AoT jadi bahan guyonan warganet. Blunder penamaan judul berdampak pada reputasi anime di dunia maya. Oke, yang ngefans AoT itu banyak, tapi yang overhate juga nggak sedikit. Andai dari awal nggak pakai embel-embel ‘final season’, MAPPA (yang paling terdampak) nggak bakal sering dihujat di internet. Makanya, nggak heran AoT masih sering dicibir warganet padahal sudah dua tahun semenjak berpindah studio.
Belum lagi masalah CGI yang bikin jadi tertawaan warganet. Dan karena nasi sudah jadi bubur, MAPPA harus legowo di-roasting walaupun sudah mengevaluasi produksinya sebaik mungkin. Kita tunggu saja di bulan Maret nanti. Apakah bisa membungkam cibiran warganet, atau kembali di-roasting dengan intensitas yang lebih parah. (*/)