Pagelaran festival film Ciputra yang lahir dari dalam kampus ini sukses memikat banyak penonton.
FROYONION.COM - Fakultas ilmu komunikasi Universitas Ciputra Surabaya sukses menggelar Ciputra Film Fest (CFF) 2023 dengan mengusung tema Inara yang memiliki arti cahaya harapan. Setelah kurang lebih 2 tahun dunia diterpa badai pandemi kemudian CFF 2023 ini datang menjadi sebuah cahaya harapan bagi banyak orang terutama bagi para sineas muda di Indonesia.
Rentang waktu yang diberikan untuk pengumpulan karya sejak 15 Maret sampai 30 April lalu, film yang terdaftar ada 345 karya, angka yang fantastis bagi sebuah festival film yang usianya masih sangat muda di Indonesia.
Di awal Ciputra Film Fest ini ditandai dengan diadakannya roadshow ke banyak komunitas film, hal tersebut dilakukan guna menyambung tali persaudaraan antar sineas muda di Indonesia sekaligus mengundang mereka untuk datang di puncak acara Ciputra Film Fest.
Roadshow digelar di beberapa kota meliputi Mojokerto, Probolinggo, Sidoarjo, hingga Jakarta. Proses kurasi film yang telah didaftarkan dilakukan oleh Wimar Herdanto seorang filmmaker yang eksis di blantika film pendek nasional serta selaku director festival dari FESTCIL sebuah festival film di Surabaya, bersama Fauzan Abdillah seorang pemilik rumah produksi Figuratif Pictures.
Kedua kurator ini telah menyeleksi semua film yang terkumpul untuk dinyatakan lolos di program berikutnya. 2 orang kurator ini memutuskan untuk memilih 33 film dengan rincian 6 film untuk program kompetisi dan 27 film untuk program screening. Seluruh film yang terpilih akan ditayangkan pada puncak acara Ciputra Film Fest selama 5 hari sejak Senin 29 Mei sampai Jumat 2 Juni 2023.
Bukan hanya pemutaran film yang disajikan pada puncak acara CFF kemarin tetapi digelar juga expert session bersama para pakar di industri perfilman selama 4 hari, dimulai pada hari kedua hingga hari kelima.
Keempat pakar yang dimaksud yakni Diaz Bachtiar, produser dan pendiri Temata Studios yang membahas mengenai pemahaman manajemen produksi film secara lebih dalam, Pandu Birantoro selaku produser eksekutif IDESOURCE yang berbicara tentang bedah strategi film funding dan market yang sesuai, Wahyu Agung Prasetyo sebagai founder sekaligus direktur rumah produksi Ravacana Film yang membahas tentang proyeksi karir dunia perfilman di masa mendatang serta Goenrock sebagai pendiri You Rock Studio yang memimpin dialog mengenai bagaimana menciptakan konten video dengan nilai produksi tinggi.
Di hari terakhir Ciputra Film Fest pada 3 Juni 2023 kemarin dimulai dengan community forum yang dipimpin oleh Ipang dari PWO Films yang membahas fenomena serta problematika di industri perfilman sehingga dapat menjadi manfaat bagi seluruh peserta diskusi.
Setelah community forum usai disambung dengan siaran pers yang diisi oleh director festival dari CFF ini, lalu ada juga juri, perwakilan peserta dan dosen pembimbing serta dekan dari fakultas ilmu komunikasi Universitas Ciputra.
Imanuel selaku dosen pembimbing CFF menyampaikan bahwa CFF tahun ini telah digelar dengan rapi dan terkonsep serta di CFF tahun depan Beliau telah menyiapkan kejutan yang lebih spektakuler lagi dari tahun ini yang dirasa sudah sangat keren pengemasannya.
Sesi terakhir merupakan puncak dari rentetan acara sejak awal yakni awarding. Film-film yang lolos dan kemudian dinilai oleh para juri dengan selisih nilai yang sangat tipis karena kualitas film yang lolos di CFF ini sangat tinggi dan warnanya yang beragam.
Ada pun juri CFF tahun ini ialah Ipang PWO founder dari PWO Films, Eka Wahyu Primadani atau akrab disapa Eka Kecap peraih sinematografi terbaik FFI 2014, serta Robby Ertanto sutradara dari film Jakarta VS Everybody.
Pada awarding night ini ada film Gadis dan Penatu sebagai peraih penghargaan nominasi film fiksi terbaik dari Sakha Selatan, film Selepas Lapas sebagai peraih penghargaan nominasi film dokumenter terbaik dari Elscene Production, film Mbecek peraih penghargaan film kompetisi favorit, serta film Semesta peraih penghargaan film non-kompetisi favorit.
Selama penyelenggaraan CFF 2023 ini jumlah pengunjung mencapai 1.370 orang selama 5 hari. Antusias apresiator meningkat dari tahun sebelumnya, hal tersebut menjadi bukti bahwa CFF eksistensi kian naik dari tahun ke tahun, kemasan yang apik dan rapi dari CFF membuat pagelaran ini benar-benar bersinar layaknya tema yang diusung yaitu cahaya harapan. (*/)