Ini lho Civs, karya fiksi asal Negeri Ginseng yang layak disebut Game of Thrones versi Korea. Spoiler alert: lebih ruwet dari Kingdom!
FROYONION.COM - Saya termasuk segelintir orang yang ‘termakan’ ulasan bahwa Kingdom ibarat perpaduan antara Game of Thrones dan The Walking Dead. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa series yang dibintangi Bae Donna ini sebagai versi Korea-nya Game of Thrones.
Dengan keyakinan bahwa drama ini akan membawa excitement yang sama dengan serial fantasy HBO itu, langsung saya tuntaskan dua seasons yang tersedia di Netflix. Ujung-ujungnya, saya kecewa!
Bagian The Walking Dead-nya memang tidak salah. Malahan, Kingdom berhasil menyajikan gambaran zombie yang lebih saintifik. Tapi siapapun yang mengatakan Kingdom adalah versi Korea dari Game of Thrones kemungkinan besar belum pernah nonton Game of Thrones sampai akhir.
Konflik politik dalam Kingdom masih terbilang general, jauh dari rumitnya perebutan Iron Throne di Westeros. Pun karakternya terbilang sedikit dengan pengembangan yang minim. Dan yang terpenting, pemeran utama Kingdom masih sehat walafiat sampai season terakhir, bukannya terpenggal seperti Ned Stark.
Kalaupun ada kisah fiksi asal Negeri Ginseng yang layak disebut sebagai Game of Thrones versi Korea, jawabannya bukanlah Kingdom. Gelar ini seharusnya disematkan pada series komik Korea (manhwa) berjudul Princess.
Jangan salah, walau judulnya girly banget dan ilustrasi sampulnya juga terlihat kecewek-cewekan, Princess membawa kisah yang tidak kalah kompleks dari fiksi rekaan George RR Martin. Ada sangat banyak tokoh dalam series ini dan masing-masing memiliki kisahnya sendiri yang saling terkait satu sama lain.
Secara garis besar, Princess mengisahkan konflik antara tiga kerajaan fiktif: Ramira, Anatoria dan Scarde. Ramira sebagai negara yang kaya akan sumber daya baru saja mengangkat raja barunya, Biyon Qaqan Pyordova III menggantikan sang ayah yang telah wafat.
Raja Biyon kemudian menikahi Biancast Rodite alias Bi’i, sahabat masa kecilnya sekaligus putri pelayan di istana. Pernikahan ini jelas menyalahi aturan kerajaan di mana ia sebenarnya sudah dijodohkan dengan putri Perdana Menteri Bardere. Hal inilah yang kemudian memicu peperangan, kudeta hingga perebutan kekuasaan antara ketiga kerajaan tersebut.
BACA JUGA: 5 HAL YANG BELUM TERJAWAB DI DRAKOR THE GLORY SONG HYE KYO
Cerita awalnya hanya berpusat pada konflik internal di kerajaan Ramira dan terus berkembang hingga penjajahan Ramira oleh Anatoria. Itu baru garis besar kisahnya, belum termasuk subplot dari masing-masing tokoh kunci di ketiga kerajaan tersebut. Yang bikin tambah pusing, manhwa ini mengisahkan tiga generasi mulai dari kakek, ayah sampai cucu.
Bukan hanya intrik politik antarkerajaan yang jadi pusat ceritanya, Princess juga menyajikan kisah percintaan khas Korea antara cowok pewaris tahta dengan cewek dari kalangan rakyat jelata.
Ada banyak pasangan yang dikisahkan di sini dan tidak hanya terfokus pada dua tokoh utamanya saja. Bahkan, satu volume khusus didedikasikan untuk menceritakan kisah cinta dari satu tokoh tertentu.
Sayang, persis seperti Game of Thrones yang series novelnya belum tamat, komikus Princess Han Seung Won juga hingga kini tidak kunjung menyelesaikan kisah yang ia bangun.
BACA JUGA: SUMMER STRIKE: HEALING KE DESA BERUJUNG MEMBUKA LUKA BATIN
Edisi terbaru Princess mentok di volume 31 dan ceritanya masih jauh dari kata selesai. Sampai sekarang pun belum ada kejelasan kapan volume selanjutnya akan terbit. Padahal, manhwa ini dibuat dengan sangat niat.
Kita bisa lihat dari artwork-nya yang keren banget. Pakaian yang dikenakan di masing-masing negara tampak berbeda-beda. Gaun-gaun perempuan Ramira dibuat tipis dan berdesir sesuai iklim tropis di sana.
Orang-orang Anatoria mengenakan gaun bulu yang tampak lebih berat dan tebal karena wilayah tersebut senantiasa dihujani salju. Sementara warga Scarde digambarkan dengan baju seperti orang-orang Timur Tengah.
Ciri fisik ketiga warga negara tersebut juga dibedakan. Rakyat Ramira kebanyakan berambut hitam panjang, berkulit putih dan memiliki warna mata hitam. Anatoria dihuni orang-orang dengan rambut pirang platina.
Sedangkan Scarde secara konsisten dibuat menyerupai Timur Tengah dengan ciri fisik kulit cokelat dan rambut gelapnya. Ini mirip Game of Thrones yang menampilkan tiap house dengan tampilan fisik yang berbeda satu sama lain. Misalnya, House Lannister berambut pirang dan House Targaryen berambut perak.
Manhwa ini juga dilabeli bacaan dewasa karena banyaknya adegan nudity dan gambaran aktivitas seksual di dalamnya. Lagi-lagi, persis Game of Thrones yang tidak segan mengumbar pemandangan telanjang bulat beberapa tokohnya.
Dengan semua kemiripan ini, Princess bisa dibilang sedikit mendekati level Game of Thrones. Iya, hanya sedikit mendekati. Princess belum mencapai level ekstrem dengan menampilkan adegan incest atau memiliki bahasa sendiri seperti High Valyria dalam semesta Game of Thrones.
Tapi jika melihat dari world building hingga keruwetan ceritanya, saya rasa lebih pantas menyematkan gelar Game of Thrones versi Korea pada manhwa ini ketimbang drama Kingdom.
Bakal epic sih seandainya kisah Princess diangkat menjadi live action. Bukan sekadar karena Princess memiliki kemiripan dengan Game of Thrones, tapi karena memang kisahnya worth it untuk diceritakan ke lebih banyak orang. Tidak menutup kemungkinan juga kalau seriesnya sukses, Han Seung Won akan lebih termotivasi lagi untuk menyelesaikan komiknya.
Seandainya Princess diadaptasi oleh Netflix, siap-siap aja pasangan Biyon-Bi’i akan jadi pasangan paling beban di semesta Netflix ngalah-ngalahin Tokyo-Rio di Money Heist. (*/)