
Menteri BUMN Erick Thohir baru saja menunjuk Ifan Seventeen menjadi Dirut PFN. Menilai kontribusinya di industri film belum cukup banyak, sutradara Joko Anwar pun menanggapi hal tersebut.
FROYONION.COM - Riefian Fajarsyah atau yang dikenal sebagai Ifan Seventeen baru ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN). Hal ini menimbulkan pendapat kontra dari banyak pelaku di industri film Indonesia, salah satunya Joko Anwar.
Joko Anwar adalah sutradara dari banyak film populer di Indonesia, seperti Siksa Kubur (2024) dan Pengabdi Setan 2 (2022).
Froyonion.com berkesempatan menemui Joko Anwar di Epiwalk, Jakarta Selatan pada Kamis (13/3) untuk menanyakan tanggapannya terkait penunjukan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN.
“Dirut PFN harus dipegang sama orang yang memahami perfilman,” ucap Joko Anwar.
“Kalau Ifan Seventeen, dia adalah musisi, masih dunia hiburan juga, tapi persinggungannya dengan dunia film masih sangat sedikit. Saya rasa [Ifan] masih belum cukup untuk memahami film,” tambahnya.
PFN adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perfilman. Sejak pandemi pada 2021, PFN berfokus pada pendanaan produksi film.
Menurut Joko Anwar, penting untuk mengetahui dahulu bagaimana peran PFN di industri tanah air. Setelah mengetahui fungsi PFN, baru kemudian masyarakat dapat menilai siapa yang sesuai untuk menjalankan fungsi tersebut.
“Orang yang menjabat sebagai Dirut PFN harusnya memiliki pengetahuan yang cukup untuk perfilman dan memiliki akuntabilitas tinggi,” ucap Joko Anwar.
BACA JUGA: FILM ‘SIKSA KUBUR’ KARYA JOKO ANWAR, JADI PENGINGAT ATAU SEKADAR HIBURAN?
“Dari dua itu (pengetahuan dan akuntabilitas), Ifan Seventeen punya apa enggak?” lanjutnya. “Kalau PFN itu dianggap penting, [posisi Dirut] harusnya dipegang sama orang yang memahami perfilman.”
Joko Anwar menilai bahwa wajar apabila banyak yang protes atas penunjukkan Ifan menjadi Dirut PFN. Menurut Joko Anwar, Ifan tidak punya rekam jejak yang bisa membawa PFN menjadi BUMN yang nantinya berkontribusi untuk perfilman Indonesia.
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, Joko Anwar mengatakan bahwa PFN telah melakukan transformasi beberapa kali.
Walau kini PFN bergerak untuk pendanaan film, PFN tetap memproduksi film hingga saat ini, antara lain Lagu Cinta Untuk Mama (2025) dan Anak Titipan Setan (2023).
Pada awal berdirinya, PFN pun telah merilis tayangan edukatif Si Unyil (1981) dan tayangan propaganda Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984).
Joko Anwar menilai bahwa wajar apabila PFN memproduksi film-film yang memiliki kepentingan nasionalisme, sebagaimana yang dilakukan negara lain, misalnya Rusia.
“Selama ini kita belum melihat relevansinya PFN di perfilman Indonesia; gak memberikan manfaat buat kita,” ucap Joko Anwar.
Menurut Joko Anwar, PFN harusnya rembukan dengan orang-orang di industri film, melakukan pemilihan Dirut dengan transparan, dan ikut menanggulangi masalah dalam industri perfilman tanah air. (*/)