Bukan hanya The Simpsons, serial Black Mirror ternyata juga mampu memprediksi masa depan! Bagaimana caranya dan apa saja yang mereka prediksi?
FROYONION.COM – Serial kartun The Simpsons sempat viral sejak beberapa waktu lalu karena banyak adegan dalam episode lawas mereka terbukti menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian.
Sebut saja mulai dari kejadian 9/11, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, tenggelamnya kapal selam OceanGate hingga adegan dalam serial TV populer seperti Stranger Things hingga Game of Thrones.
BACA JUGA: KENAPA PREDIKSI MASA DEPAN ‘THE SIMPSONS’ BISA AKURAT?
Ternyata, The Simpsons bukan satu-satunya serial yang mampu memprediksi masa depan. Black Mirror, serial fiksi ilmiah ini juga dinilai menampilkan beberapa hal yang menjadi kenyataan di masa yang akan datang.
Kunci keberhasilan Black Mirror dalam memprediksi masa depan terutama terletak pada pemahamannya tentang sifat manusia, bukan pada teknologi yang digunakan. Bagaimana bisa dan seperti apa contohnya?
Kejadian di masa depan yang diprediksikan dalam Black Mirror memang tidak segamblang The Simpsons.
Jika kartun The Simpsons pernah secara jelas menyertakan adegan menara kembar terbakar sebagai ramalan akan jatuhnya menara WTC pada 11 September, maka Black Mirror punya cara berbeda.
Pada episode musim ketiga Nosedive, dikisahkan ada sebuah dunia berisi orang-orang yang memberi penilaian interaksi pada skala bintang lima.
Penilaian ini kemudian akan menentukan apakah seseorang akan mendapat pinjaman ataupun bisa mengubah jadwal penerbangannya.
Apa yang diperlihatkan pada serial ini mirip dengan realitas sekarang terkait sosial media. Jumlah likes dan pengikut di Instagram telah sangat mempengaruhi hidup seseorang.
Bahkan, negara Cina diketahui telah menerapkan sistem kredit sosial yang mirip dengan apa yang dijelaskan pada episode tersebut.
Kemampuan Black Mirror dalam memprediksi masa depan bukan pada pemahaman terkait teknologi serta bagaimana teknologi akan berkembang pada tahun-tahun berikutnya.
Akan tetapi, Black Mirror lebih fokus pada pemahaman terkait sifat manusia. Termasuk di antaranya adalah bagaimana manusia akan menggunakan teknologi canggih ketika teknologi itu sudah benar-benar ada.
Hal ini bisa dilihat pada musim pertama yang ditayangkan pada 2011 (tahun Siri ditemukan), serta musim keenam yang hadir di Netflix pada 15 Juni.
BACA JUGA: SERIAL THE PENGUIN: KISAH KENAIKAN OSWALD COBB DAN DAYA TARIK SOFIA FALCONE
Episode kedua Black Mirror musim keenam berjudul Loch Henry mengisahkan seorang mahasiswa film muda asal Amerika bernama Pia yang menemani Davis, pacarnya, ke kota Loch Henry di Skotlandia guna bertemu sang ibu.
Davis adalah seorang pembuat film. Setelah tiba di Loch Henry, pariwisata kota yang indah itu sudah mulai sepi sejak beberapa tahun lalu gara-gara salah satu penduduknya terungkap sebagai seorang pembunuh berantai.
Pia lalu membujuk Davis untuk membuat film dokumenter seputar si pembunuh dengan harapan bisa menawarkannya ke perusahaan produksi.
Loch Henry mengurai dilema inti dari genre true crime, sebuah genre populer dan seringkali booming namun cenderung mengeksploitasi korban serta membuat tersangkanya tampak lebih humanis.
Episode ini juga selaras dengan artikel dari Vulture yang berisi pendapat jurnalis investigasi Reeves Wiedeman. Ia berpendapat bahwa ledakan streaming telah merusak seni serta etika dalam pembuatan film dokumenter.
Dikatakan bahwa para eksekutif produksi memaksa pembuat film untuk bekerja di bawah tenggat waktu ketat sehingga mereka tidak dapat mengeksplor lebih dalam topik-topik sensitif. Ini membuat hasil karya yang disajikan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Semua elemen ini kemudian diparodikan dalam Loch Henry. Film independent karya Pia dan Davis disunting ulang menjadi film ala Ted Bundy Tapes. Bahkan, trailernya berisi slogan “pembunuhan yang terlalu dekat dengan rumah”.
BACA JUGA: MUSIM KETIGA ‘MONSTER’ DAN MENGAPA FILM SEPUTAR PEMBUNUH BERANTAI TERUS DIRILIS
Episode ketiga Black Mirror musim keenam, Beyond the Sea, mengisahkan dua astronot bernama David dan Cliff yang tengah menjalani misi enam tahun di luar angkasa.
Keduanya juga terhubung secara telepati dengan robot-robot yang tampak seperti manusia di Bumi (disebut replika) sehingga mereka bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dicintai.
David, kemudian secara tragis kehilangan orang-orang yang dicintainya serta replikanya. Cliff lalu menawarkan untuk membiarkan rekan kerjanya yang semakin tertekan dan ingin bunuh diri itu untuk menggunakan replikanya sendiri.
Beyond the Sea berisi petunjuk dari episode sebelumnya seperti Be Right Back dan San Junipero yang berisi dua wanita menjalin hubungan romantis di sebuah resor liburan virtual.
Seperti gaya khas Black Mirror yang lain, Beyond the Sea tidak peduli cara kerja teknologi di balik replika, melainkan bagaimana teknologi ini mempermainkan emosi karakter.
Tidak butuh waktu lama bagi David, yang mengoperasikan replika Cliff, untuk menjadi semakin dekat dengan istri Cliff yang sudah lama tidak lagi bersama.
Dua episode terakhir dari musim keenam Black Mirror sama-sama menarik walaupun lebih condong ke ranah supernatural dibanding fiksi ilmiah.
Mazey Day mengisahkan seorang fotografer yang terpaksa mengambil gambar seperti paparazzi demi membayar sewa.
Ia menyadari kemerosotan moral profesinya setelah mengejar seorang aktris televisi yang masuk panti rehabilitasi setelah dipecat dari lokasi syuting.
Sementara episode terakhir berjudul Demon 79 bercerita tentang seorang pegawai toko sepatu yang hidupnya berubah drastis setelah membebaskan iblis dari jimat sihir. Ia lalu diperintahkan untuk membunuh tiga orang sebelum tengah malam demi mencegah kiamat.
Walaupun dua episode ini terlihat menyimpang dari inti ceritanya, mereka tetap tidak melupakan inti Black Mirror. Tanpa latar futuristik, yang tersisa adalah orang-orang yang bertindak dengan cara merusak diri sendiri.
Serial Black Mirror dapat kalian saksikan melalui platform streaming Netflix. (*/)