Movies

APAKAH MANUSIA DAN AI BISA HIDUP BERDAMPINGAN? DAPATKAN JAWABANNYA DALAM FILM THE CREATOR

The Creator menceritakan masa depan bumi ketika manusia dan AI hidup berdampingan. Film sci-fi ini baru saja rilis pada 27 September di seluruh bioskop di Indonesia.

title

FROYONION.COM - Film The Creator menghadirkan dunia yang di sana manusia dapat hidup berdampingan dengan AI. Di tengah kehidupan masyarakat yang modern, The Creator juga menampilkan bentang alam khas Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Berlatar pada tahun 1965, film bergenre sci-fi ini mengenalkan sebuah sosok penting bernama Nirmata yang dikenal sebagai pencipta AI. Begitu terjadi kecelakaan yang meledakkan kota Los Angeles, AI dikambing-hitamkan sehingga semua produk AI dimusnahkan oleh negara Barat.

Berbeda dengan yang terjadi di Timur, mereka masih hidup berdampingan dengan AI dan menganggapnya memiliki perasaan. Konflik dimulai ketika Joshua (John David Washington) mendapati bahwa ia harus memusnahkan produk AI yang berwujud anak kecil.

Pergolakan pikiran terjadi pada Joshua, ia menolak untuk membunuh anak kecil tersebut. Alhasil ia membawa anak kecil tersebut untuk kabur dari kejaran tentara negara Barat. Film ini turut menampilkan bahwa AI bisa jadi lebih memiliki perasaan daripada manusia.

PIKIRAN DAN PERASAAN PADA AI

Sebagaimana makhluk hidup yang bisa mati, produk AI pun bisa hidup dan mati. Definisi bahwa makhluk hidup hanyalah manusia, hewan, dan tumbuhan mulai kabur.

Gagasan bahwa “pikiran berasal dari otak” dan “perasaan berasal dari hati” rasanya perlu untuk didefinisikan ulang kembali. Secara teknis pun—pikiran dan perasaan—keduanya berasal dari otak.

Kecerdasaan yang tertanam pada produk AI membuat mereka dapat menyayangi manusia seutuhnya. Pun sebaliknya, kasih sayang yang diberikan oleh AI kepada manusia, akhirnya membuat manusia merasa dicintai dan ingin memberikan perasaan yang sama kepada AI.

Film The Creator disutradarai oleh Gareth Edwards yang menyutradarai film Rogue One dan Godzilla. Film ini dibintangi oleh John David Washington sebagai tokoh utama, Gemma Chan, Ken Watanabe, Sturgill Simpson, Madeleine Yuna Voyles, dan Allison Janney. 

SANGAT ASIA TENGGARA

Pihak 20th Century Studios, New Regency, dan Entertainment One merilis The Creator pada 27 September 2023. Sutradara/co-writer Gareth Edwards menyatakan bahwa timnya telah mengembangkan film The Creator selama bertahun-tahun.

“Dunia kita sedang dihadapkan dengan berbagai isu dan pertanyaan yang ingin kami bahas melalui film ini—seperti makna menjadi manusia, apakah AI bisa memiliki kesadaran, dan perbedaan etika antara AI dan manusia,” ujar Edwards. 

“Menurut saya, eksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini adalah kontribusi terpenting yang dapat diberikan oleh fiksi ilmiah," tambahnya.

Untuk mewujudkan visi sang sutradara ke layar lebar, tim produksi melakukan perjalanan ke 80 lokasi berbeda di delapan negara berbeda, termasuk Indonesia, Thailand, Vietnam, Kamboja, Nepal, Jepang, Inggris (di luar Pinewood Studios London), dan Los Angeles, AS. 

Produser Jim Spencer mengatakan, “Gareth bertekad untuk merangkul talenta lokal (baik pemain maupun kru) semaksimal mungkin.” Maka dari itu sejumlah negara di Asia Tenggara terpilih, bahkan sejumlah dialog pun menggunakan bahasa dari negara Asia Tenggara.

Beberapa elemen dari Indonesia pun terlihat jelas dalam The Creator. Seperti beberapa lagu dari band rock tahun 70-an asal Indonesia “Golden Wing” yang dapat terdengar dalam film ini. Lagu-lagu yang berjudul “Kasih Suci”, “Hanny”, dan “Hari Yang Mulia” ini menemani penonton untuk semakin masuk ke dalam petualangan para AI dan manusia dalam memperjuangkan eksistensi mereka. 

Film The Creator hadir dalam tempo yang begitu lambat yang bisa membuat kamu merasa bosan. Namun, panorama alam di negara Asia Tenggara sangat memanjakan mata, sekaligus membuatnya terasa berbeda dari film modern bertema cyberpunk ala Amerika. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung