Tulus merilis album baru berjudul ‘Manusia’ yang berisikan 10 lagu. Album tersebut mengandung cerita mendalam dari masing-masing lagunya.
Pekan lalu (03/03), album studio terbaru Tulus, yakni ‘Manusia’ telah resmi rilis dan bisa didengarkan secara luas melalui berbagai macam platform musik digital. Album ini berisikan 10 nomor lagu dengan cerita mendalam dari masing-masing lagunya. Album ini juga merepresentasikan aku, kamu, juga kita semua, selayaknya manusia dengan berbagai macam emosi yang menyertainya.
Melansir dari situs resmi Tulus, dalam proses pengerjaannya Tulus bekerja sama lagi dengan Ari Renaldi sebagai produser. Tulus juga berkolaborasi dalam menulis lagu bersama Dere, Petra Sihombing, Topan Abimanyu, dan Yoseph Sitompul. Beberapa lagu di dalamnya juga disempurnakan oleh orkestrasi Erwin Gutawa dan didukung oleh puluhan sessionist profesional, paduan suara, hingga orkestrasi besar yang semakin menguatkan makna serta suasana pada tiap-tiap lagunya.
Album ‘Manusia’ ini sendiri merupakan album ke-lima Tulus dan dirilis bertepatan dengan perayaan satu dekade geliat dan perjalanan Tulus dalam industri musik tanah air. Menariknya lagi, gue merasakan sesuatu yang beda dalam lagu-lagu di album ini. Banyak hal sebenarnya, tapi yang paling mencolok adalah album ini plural banget dan terasa lebih berwarna.
Hal ini mungkin senada sama apa yang disampaikan Tulus dalam konferensi persnya. “Warna musik yang baru di album ini merupakan hasil kolaborasi dengan ratusan talenta,” ungkap Tulus. Maksudnya, ada begitu banyak manusia yang ada di balik proses pembuatannya dan ini kian mewakili judul dari album baru Tulus itu sendiri.
Sembari tulisan ini dibuat, lagu demi lagu dalam album ‘Manusia’ berulang kali diputar dalam kedapnya penyuara jemala di telinga. Esensi penghayatan dan pengalaman emosional gue rasakan. Sesak tapi nyata, sedih, bingung, dan kecewa, album ini membuat gue penuh akan banyak hal yang nggak bisa diungkapkan secara lugas melalui kata-kata.
Paruh awal album ini terasa hangat dan penuh semangat. Dibuka dengan lagu berjudul ‘Tujuh Belas’, kita disadarkan bahwa hidup itu panjang dan muda tak memandang seberapa jauh usia telah kita lalui. Sepenggal liriknya semakin menguatkan hal ini, “Muda jiwa selamanya muda, kisah kita abadi selamanya”.
‘Kelana’ dan ‘Remedi’ membawa gue untuk berintrospeksi tentang sejauh mana gue melangkah dan seyakin apa gue bermimpi. Dua lagu ini mendorong kita untuk terus hidup dan berusaha terhadap segala mimpi yang ingin kita capai. Meskipun bingung, tak tahu arah, tapi kita harus selalu percaya bahwa mimpi memang harus dikejar.
Selanjutnya adalah fase bertemu dan merelakan. ‘Interaksi’ dan ‘Ingkar’ begitu lekat dengan sangat apa adanya. ‘Jatuh Suka’ dan ‘Nala’ begitu kontradiktif tetapi nyata. Semuanya penuh cinta, semuanya juga tak jarang terjadi pada diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Manusia-manusia kasmaran yang penuh ambisi dan harapan, tetapi tak jarang terbentur oleh realita dan penyesalan.
Kemudian ada ‘Hati-hati Di Jalan’ yang mengisi lagu nomor 8 dalam album ‘Manusia’ yang begitu ramai diperbincangkan di sosial media. Menurut gue, ini yang paling sesak didengarkan karena agak relate aja sih sama apa yang gue rasakan. Namun, lambat laun lagu ini juga membuat gue sadar kalau segalanya memang terkadang nggak bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, meskipun kita sudah berusaha semaksimal mungkin.
Terakhir, ada ‘Diri’ dan ‘Satu Kali’ sebagai penutup dari dinamika penuh warna yang ditawarkan Tulus melalui album terbarunya ini. Kedua lagu ini membawa gue pada fase refleksi diri. Apa yang gue jalanin, seberat apapun masalah yang datang, atau hal-hal yang hadir tanpa disangka-sangka pada akhirnya akan menjadi milik gue sendiri. Cuma diri ini yang bisa menyelesaikan dan menerima itu semua.
Lirik seperti ‘Bisikanlah terima kasih pada dirimu sendiri’ sampai ‘Katakan pada dirimu semua baik-baik saja’ menjadi sangat relevan dan memiliki pengaruh yang besar. Terlebih karena dewasa ini, kita hidup dalam lingkungan sosial yang keras juga mengejutkan.
Hal ini yang kemudian membawa kita pada muara afirmasi diri bahwasanya hidup hanya satu kali. Hidup nggak selamanya bahagia, akan selalu ada lika-liku dan kerikil terjal yang tak jarang bikin kita terluka. Namun, hidup juga nggak selamanya sedih dan kecewa, kita akan selalu menemukan tawa yang menggelegar dan ambisi yang terwujud. Sesuai dengan lirik dalam lagu ‘Satu Kali’, yakni kecil hanya sekali, muda hanya sekali, tua hanya sekali, hidupilah kini karena pada dasarnya memang hidup mempunyai porsinya sendiri-sendiri.
Agak berbeda dengan empat album Tulus yang sebelumnya, album ‘Manusia’ terasa lebih dalam menyelami manusia sebagai insan yang apa adanya. Liriknya begitu indah dengan penggunaan diksi-diksi Bahasa Indonesia yang elegan. Ditambah dengan suara khas Tulus yang tak pernah mengecewakan, album ini semakin terasa dekat dan erat.
Album ini juga sangat berwarna dan lebih apa adanya. Apabila melihat album pertama Tulus yang berjudul ‘Tulus’ dengan fokus pada perkenalan diri sebagai seorang musisi, kemudian album ‘Gajah’ yang berkompromi dengan masa lalu, dan album ‘Monokrom’ dengan latar hitam putih kehidupan juga apresiasi. Album ‘Manusia’ rasanya lebih berfokus pada Tulus sebagai seorang manusia biasa, meskipun ada begitu banyak pencapaian dan hal-hal yang dia dapatkan selama 10 tahun berkarier di industri ini.
Itu juga yang mungkin membuat kita semua dapat dengan lapang menerima ekspresi Tulus yang dituangkan melalui lagu-lagu dalam album ini. Sebab, terlepas dari apa-apa saja yang kita miliki dan kita raih, pada dasarnya kita hanyalah manusia biasa. Ada begitu banyak kesamaan-kesamaan juga warna-warna yang menyelimuti masing-masing kehidupan kita.
Last but not least, jangan lupa buat dengerin album terbarunya Tulus yang sudah ada di semua platform musik digital ya, Civs! Kemudian, gue juga mau mengutip ungkapan penuh harap dari Tulus, “Semoga lagu-lagu dalam album ini tumbuh besar dan membesarkan semua hati yang mendengarkan.” (*/)