Music

ALASAN KONTEN RINGKASAN FILM BERKEDOK REVIEW SANGAT LARIS DI PASARAN

Bilangnya review film, tapi kok isinya jelaskan seluruh isi film? Eh, tapi kok laris?

title

FROYONION.COM - Beberapa waktu terakhir saya jadi sering menjumpai banyak konten berjudul "Review Film Blablabla" mulai terselip pada beranda berbagai platform media sosial.

Mulai dari YouTube, Facebook, juga Tiktok selalu muncul kreator-kreator review film ini, yang pasalnya tidak hanya satu atau dua kreator, melainkan banyak sekali.

Coba saja ketik review film dan masukkan judul film yang ingin kamu cari, pasti kamu menemukan seabrek konten yang menyediakan konten review film yang kamu cari. Jangankan film, beberapa series dengan sejumlah seasons, bahkan sejumlah episode dalam satu season juga bisa ditemukan.

Kalau saya amati dan coba menonton, alih-alih mengulas film, konten-konten yang muncul justru malah berisi spoiler atau bahkan ringkasan film (yang mungkin tanpa melihat film itu kita bisa tahu jalan cerita film secara keseluruhan.)

Faktanya laju pertumbuhan channel penyedia konten "Review Film" ini sangat cepat, dibuktikan dengan pertumbuhan subscriber channel mencapai ratusan ribu, bahkan mencapai jutaan subscribers. Juga viewers dalam satu konten video yang tidak jarang ditemui telah ditonton ribuan, bahkan ratusan ribu kali. Tidak jarang juga ada yang me-request judul film untuk di-review oleh si kreator pada kolom komentar.

BACA JUGA: REVIEW ONE PIECE NETFLIX: LIVE ACTION YANG DIBUAT DENGAN HATI

Sebagai orang yang lumayan gemar menonton film secara utuh saya merasa heran dengan pilihan orang untuk menonton film dalam bentuk sepotong-sepotong ini. Untuk itu saya mencoba memposisikan diri sebagai penikmat konten "review film" ini untuk menyimpulkan alasan mereka menikmati konten tersebut.

1. MENCARI POV DARI PENONTON LAIN

Awalnya saya mencoba mencari penyajian terbaik dari konten spoiler film berkedok review film ini. Pertama, faktanya memang ada beberapa yang reviewer yang mampu menjelaskan sebuah film berdasarkan POV (Point of View) mereka. Hal ini saya rasa cukup berfaedah, yang kalau dipikir-pikir, beberapa film memang sengaja di-setting absurd sehingga penonton mempunyai gambaran yang berbeda pada film yang ditonton.

Kedua, tidak jarang juga saya menemukan reviewer yang menjelaskan ‘easter eggs’ dalam suatu film, menarik, bukan? Mulai dari simbol-simbol, bayangan dalam scene, dan lain sebagainya dibahas, sehingga penonton film yang sempat melewati easter eggs ini bisa menangkap detail-detail dalam film.

 2. TIDAK MEMILIKI WAKTU MENONTON FILM

Sesibuk apa sih sampe nonton film aja nggak sempat? Mungkin pertanyaan itu sempat muncul dalam pikiran saya. Akan tetapi saya menyadari bahwa tidak semua orang memiliki waktu luang untuk sekadar mengkonsumsi hiburan untuk menjernihkan pikiran. Bagi orang-orang yang super sibuk menonton film menjadi pilihan nomor sekian dalam memilih hiburan.

Bagi para pekerja misalnya, mereka akan memulai aktivitas sejak pagi dan berakhir pada sore atau malam, yang kalau sudah pulang kerja mungkin memilih untuk istirahat. Pada akhirnya review film ini menjadi pilihan yang bisa ditonton sekaligus menjadi teman makan pada jam makan siang.

3. EKSKLUSIVITAS PENAYANGAN FILM

Saya sempat bertanya pada beberapa kawan saya mengenai konten review film ini. Beberapa jawaban kawan saya mengatakan kalau konten semacam ini tidak menghargai produksi suatu film atau apalah yang intinya tetap pembajakan.

Kalau diamati lagi, semua kasus pembajakan selalu bermula pada eksklusivitas. Ini tentu menjadi permasalahan di mana tidak semua individu memiliki akses, salah satunya film. Hal ini cukup relevan kalau disadari bahwa memang kemampuan masyarakat yang masih minim untuk membayar streaming legal.

4. FILM JELEK

Siapa sih yang mau buang waktu selama itu buat nonton film jelek? Mending nonton ulasannya doang buat diketawain~ (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muh. Shafwan Syafiq

penulis