
Film A Man Called Otto merangkum bagaimana kehilangan dan rasa bersalah dapat mengubah kepribadian orang menjadi sangat berbeda.
FROYONION.COM - Sebelum baca, gue kasih trigger warning karena beberapa adegan di film ini, menunjukkan usaha Otto untuk bunuh diri, meski dikemas dalam komedi tapi bersikaplah bijak dan pahami keseluruhan isi cerita di film ini. Jika kamu menemukan gejala depresi, segera hubungi profesional. Kesehatan mental lo penting.
A Man Called Otto merupakan film kedua yang diadaptasi dari dari novel karya Fredrik Backman dengan judul A Man Called Ove. Sebelumnya, A Man Called Ove sudah diadaptasi menjadi film yang rilis pada tahun 2015.
Lantas, bagaimana cerita A Man Called Otto versi Hollywood yang diperankan oleh Tom Hanks ini?
Otto merupakan sosok pria berusia 60 tahunan yang digambarkan memiliki kehidupan yang tertata dan rapi. Rutinitas hariannya terstruktur dengan sangat saklek. Sangking sakleknya, pria yang satu ini memiliki karakter super grumpy alias gampang banget marah-marah sama orang.
Karena dia punya timeline hidup yang tertata dan jarang melanggar aturan, bahkan cenderung disiplin banget, dia pengen semua orang punya cara hidup yang sama seperti dia. Kalau enggak? Ya didatangi terus dimarahin. Pokoknya, orang yang dia anggap ‘bersalah’ itu harus tahu di mana letak kesalahannya. Even for small things.
Misalnya pada adegan mobil paket yang parkir sebentar di depan rumah tetangganya, Otto langsung nyamperin supir mobil itu dan ngomel-ngomel kalau mobil paket itu ngehalangin orang lain untuk parkir.
Ke-grumpy-an Otto, juga digambarkan lewat beberapa adegan seperti saat Otto gak terima karena anjing tetangga pipis di atas rumputnya. Atau ketika ada penghuni lain, stretching dengan menggunakan legging di area klaster perumahan mereka dan Otto gak suka dengan penampilan si cowok itu. Pokoknya, definisi apa-apa dipermasalahin banget deh.
Gak heran kalau orang-orang di sekitarnya menganggap pria satu ini super ngeselin dan ribet banget. Sementara dari point of view Otto, orang-orang di sekitarnya ini juga nyusahin dan bodoh semua.
Otto, memang cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Kasarnya nih, Otto cuma terlibat sama orang lain buat ngajak ribut dan nunjukkin kesalahan orang itu.
BACA JUGA : DI BALIK SADFISHING, PELAMPIASAN KESEDIHAN LEWAT MEDIA SOSIAL
Karakter grumpy Otto ini bukan bawaan lahir, Civs. Sebelumnya, Otto merupakan laki-laki yang hangat dan peduli sama orang lain. Trigger terbesar dari perubahan karakter Otto adalah pas kehilangan sang Istri, Sonya.
Diceritakan bahwa Sonya adalah wanita yang tidak sengaja ditemui Otto di stasiun. Keduanya bertemu karena buku Sonya jatuh. Jadi deh, love at first sight. Dari adegan bersama Sonya, tergambar jelas kalau Otto ini pria yang baik, hangat dan rela berkorban untuk orang lain.
Long story short, Otto dan Sonya menikah kemudian mereka pindah ke rumah yang ditempati Otto hingga masa tua. Saat Sonya sedang hamil, keduanya mengalami kecelakaan nih Civs.
Di situ, Otto kalut banget karena Sonya mengalami luka yang cukup parah sehingga mengakibatkan mereka harus kehilangan janin di dalam kandungan Sonya. Padahal, keduanya sudah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut si bayi.
Gak cuma merenggut bayi mereka, kecelakaan itu juga membuat Sonya menjadi lumpuh. Saat kondisi lumpuh dan harus menggunakan kursi roda, klaster tempat mereka tinggal justru melakukan pembangunan yang membatasi akses untuk kursi roda. Di sini, Otto marah banget nih Civs sama developer-nya.
Dalam perjalanannya, Sonya akhirnya meninggal Civs karena kanker. Dari sinilah, Otto mulai menutup diri dan berubah menjadi pria yang gampang marah.
Trauma berbagai kehilangan yang dihadapi oleh Otto memang gak main-main nih, Civs. Bukan cuma kehilangan calon bayi dan istrinya, sedari muda Otto sudah hidup sendiri karena kehilangan sang ayah, sosok yang membuatnya jatuh cinta pada mesin dan mobil. Kemudian, dia juga harus merelakan mimpi menjadi tentara karena kondisi kesehatannya.
Rasa bersalah dan kehilangan ini lah, yang menjadikan Otto menarik diri dari kehidupan sosial dan tinggal dalam kesepiannya.
Dalam kesepiannya, Otto beberapa kali berniat bunuh diri. Namun, usaha ini juga berkali-kali gagal. Salah satunya adalah karena kehadiran Marisol dan keluarganya yang menjadi tetangga baru Otto.
Marisol yang diperankan oleh Mariana Trevino ini digambarkan sebagai sosok wanita paruh baya yang tengah hamil anak ketiga dengan kepribadian yang ceria dan berani. Marisol juga pinter masak nih Civs, masakannya ini diakui enak oleh Otto, meski pake gengsi.
Marisol dan keluarganya, sering banget datengin Otto dengan berbagai keperluan mereka. Mulai dari sekedar minjem tangga, nganterin suami Marisol yang jatuh dari tangga ke rumah sakit sampai minta tolong jagain kedua anak mereka saat keduanya mau makan malam di luar. Otto, gak pernah bisa menolak permintaan Marisol. Termasuk ketika Marisol minta diajarin nyetir mobil.
Kehadiran Marisol dan keluarganya, perlahan mengubah Otto menjadi lebih lunak dan mau berbaur. Meski iya sih, Marisol usahanya keras banget untuk menggeret Otto lepas dari trauma sekaligus kesepiannya.
BACA JUGA: MAU KONSULTASI PSIKOLOG TANPA BIKIN KANTONG JEBOL? INI ALTERNATIFNYA!
Meski banjir air mata nih Civs pas nonton film ini, tapi A Man Called Otto juga dibalut dengan komedi yang bisa bikin tersenyum sampai terbahak. Tom Hanks sendiri apik banget memerankan Otto Anderson yang jidatnya sering berkerut.
Untuk kamu yang saat ini tengah membersamai orangtua dengan sifat mirip-mirip Otto, mungkin bisa terbantu dengan menonton film ini untuk mengetahui point of view mereka. Bagaimana kehilangan bukan hanya membawa kehampaan, tapi juga mengubah keseluruhan hidup mereka yang ditinggalkan. (*/)