Lifestyle

YANG VIRAL DIJUNJUNG TINGGI, YANG BERPRESTASI DITINGGAL PERGI

Masyarakat kita perlu lebih mampu untuk menilai mana tayangan yang bermutu dan yang nggak. Sebuah acara TV bisa jadi panggung untuk sesuatu hal yang sebenernya nggak pantas untuk ditayangkan.

title

Dari resepsi pernikahan selebritis yang disiarin stasiun TV sampai pemberitaan tentang bebasnya seorang mantan pelaku pedofilia yang kebetulan juga seorang pelaku seni hiburan, masyarakat kita terus dicekoki dengan konten yang kurang berfaedah. Padahal masih ada banyak hal positif yang bisa kita angkat buat jadi konten dan dirayakan bersama-sama kayak prestasi para atlet paralimpiade Indonesia yang melampaui target. 

FROYONION.COMKalo dilihat dari perkembangan zaman, TV tuh lama-lama fungsinya semakin digeser oleh gadget-gadget multifungsi yang bermunculan. Banyaknya gadget baru ini secara nggak sadar bisa mengubah preferensi hiburan masyarakat. Yang sebelumnya nggak suka kepo dan julid sama seorang public figure, terus karena kemudahan akses informasi akhirnya bisa dengan mudah stalking-stalking gosip artis dan hal serupa lainnya.

Nah, sekian persen dari masyarakat kita masih menikmati tayangan gosip dari stasiun TV, dibandingkan dengan menelusuri online web atau nonton YouTube buat ningkatin pengetahuan atau mungkin cari berita yang lebih berfaedah buat hidup.

Nggak dipungkiri, sekian persen penikmat acara gosip viral tadi menjadi sebuah bukti support atau dorongan bagi stasiun-stasiun TV untuk tetap menyiarkan acara gosip tersebut demi sebuah rating. Apa sih pentingnya rating acara buat sebuah stasiun TV?

Dari artikel yang gue baca, metode penilaian rating acara stasiun TV tuh masih berkutat soal kuantitas penonton, bukan kualitas acara secara umum. Makin banyak yang nonton acara itu, berarti makin baik di mata rating.

Gue merasa bahwa persoalan rating dan berita viral ini menjadi sebuah keterikatan yang tidak bisa dipisahkan oleh stasiun TV lokal. Terkadang pula, mereka mengambil keputusan “berani”, seperti menentang pendapat publik terkait suatu hal demi meningkatkan jumlah penonton. Cara yang buruk untuk mendapatkan banyak penonton, tapi tetap banyak yang nonton, kan?

Kalo gitu, apa relevansi antara rating, berita artis yang viral, dan stasiun TV itu sendiri? Jawabannya adalah iklan, karena iklan = uang. Semakin banyak yang nonton sebuah acara TV, maka akan semakin baik rating-nya, dan semakin baik rating-nya, kemungkinan sebuah produk untuk memasang iklan di stasiun TV itu jadi meningkat. Jadi, nggak perlu heran kenapa stasiun TV lebih tertarik menyiarkan berita artis viral daripada berita tentang pencapaian positif seperti para atlet paralimpiade kita yang telah mengharumkan nama bangsa di Tokyo Paralympics 2020.

Menurut penilaian pribadi, gue merasa masyarakat kita perlu lebih mampu untuk menilai mana tayangan yang bermutu dan yang nggak. Sebuah acara TV bisa jadi panggung untuk sesuatu hal yang sebenernya nggak pantas untuk ditayangkan. Even stasiun TV menutup telinga untuk hal semacam ini, kita tetap punya kendali kok untuk nggak nonton acara itu. Semakin banyak orang yang sadar akan hal ini, maka gue rasa untuk ke depannya bisa lebih banyak pemberitaan-pemberitaan positif dan konstruktif di negara kita.

Satu hal yang sebenarnya penting dan kita butuhkan di masa-masa sulit seperti sekarang, yaitu POSITIVITY. Berita yang datang dari atlet-atlet paralimpiade kita yang berjuang di Tokyo Paralympics 2020 bisa jadi salah satu cara untuk membawa positivity ke kehidupan kita. Pencapaian terbesar dalam panggung yang terbesar pula, siapa yang nggak bangga? 

Ni Nengah Widiasih, atlet powerlifting putri asal Karangasem, Bali, mampu membawa medali perak pertama bagi negara kita di ajang Tokyo Paralympics 2020. Sehari setelahnya, Saptoyoga Purnomo mampu membawa medali perunggu dari cabang olahraga atletik, kemudian disusul oleh David Jacobs dari cabang olahraga tenis meja yang mampu membawa pulang medali perunggu pula.

Lalu, keran medali oleh negara kita bocor di dua hari terakhir Tokyo Paralympics 2020, Civs. Enam medali berhasil direbut setelahnya, sehingga total ada 9 perolehan medali, ada 2 medali emas dari cabang olahraga badminton, 3 medali perak dari cabang olahraga badminton dan powerlifting, dan 4 medali perunggu dari cabang olahraga atletik, tenis meja, dan lagi-lagi badminton, membuat Indonesia mampu finish di peringkat 43 dalam jumlah perolehan medali.

Nah Civs, bintang tamu dan figur dengan prestasi yang positif dan membanggakan bangsa dan negara seperti atlet-atlet paralimpiade kita yang seharusnya ada dan didatangkan oleh stasiun-stasiun TV, membuat suasana lebih bahagia dan penuh rasa bangga, serta lebih humanis. 

Suatu kebanggaan apabila atlet-atlet dari negara kita mendapatkan penghargaan dari panggung olahraga tertinggi di dunia, seperti olympics dan paralympics ini. Jangan sampai momen berharga yang hanya bisa dinikmati 4 tahun sekali ini kalah oleh pemberitaan-pemberitaan yang kurang bermanfaat. Kita patut merayakan hal ini dengan kegembiraan dan penuh dengan pikiran positif.

Pada momen-momen yang membanggakan seperti ini, kita juga dapat menunjukkan apresiasi terhadap atlet-atlet paralimpiade kita dengan cara menonton atau menyaksikan perjuangan mereka saat bertanding. Lebih baik mengkonsumsi konten atau sajian positif dibandingkan kita menonton acara yang tidak bermanfaat.

Melalui perhelatan Tokyo Paralympics 2020 juga, sebuah manfaat positif yaitu menyebarkan kesadaran pada masyarakat, terutama Indonesia, agar lebih menghargai para penyandang disabilitas.

Masih banyak ragam infrastruktur, ataupun sebuah hiburan yang kurang ramah terhadap penyandang disabilitas. Contohnya, masih banyak jembatan penyebrangan yang tidak memiliki platform untuk pengguna kursi roda, sehingga akan sangat sulit untuk sekedar menyeberang di saat seharusnya ini menjadi concern bagi kita semua. 

Lalu hal lainnya seperti trotoar yang masih belum memakai blok braille untuk penyandang tuna netra, atau belum adanya penerjemah bahasa isyarat bagi sebagian acara TV yang berisikan informasi penting seperti berita-berita tentang politik dan sebagainya.

Dalam momen ini juga, kita sebagai satu kesatuan masyarakat Indonesia harus bisa lebih peka terhadap isu-isu sensitif, terutama seperti kejadian mantan narapidana yang baru saja bebas dalam pekan-pekan ini. Hal ini yang perlu dibenahi dalam pikiran dan mindset masyarakat kita, bahwa hal yang viral belum tentu bermakna. Maka sebaiknya lebih pintar dalam mencari dan mengkonsumsi sebuah informasi dan berita merupakan suatu keharusan di era digital ini.

Mengapa kita masih memberi panggung yang besar untuk seorang mantan narapidana kekerasan seksual dalam kembali berjuang menjadi public figure, di saat kita memiliki begitu banyak pencapaian positif yang seharusnya dapat disiarkan dan diberitakan secara luas pula? (*/ Garry)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.