Lifestyle

THRONING: ISTILAH TREN KENCAN DENGAN PASANGAN BERSTATUS TINGGI

Istilah throning sempat populer di kalangan Gen Z. Throning adalah fenomena dalam dunia kencan, di mana seseorang menjalin hubungan dengan pasangan yang dianggap berstatus tinggi untuk meningkatkan reputasi dan ego pribadi.

title

FROYONION.COMBelakangan ini, istilah “throning” atau “menobatkan” semakin sering digunakan oleh generasi muda, khususnya Gen Z. 

Istilah ini mengacu pada perilaku dalam hubungan romantis di mana seseorang berkencan dengan tujuan meningkatkan reputasi dan ego pribadi melalui asosiasi, bukan karena ketertarikan atau perhatian yang tulus pada pasangan. 

BACA JUGA: MENGATASI ‘ANXIOUS ATTACHMENT' DALAM HUBUNGAN ROMANTIS

Meskipun terdengar modern, fenomena ini sebenarnya bukanlah hal baru. 

Seperti bentuk hypergamy, praktik berkencan atau menikah dengan seseorang yang memiliki status lebih tinggi untuk meningkatkan situasi pribadi, tujuan throning sangat spesifik, yaitu untuk menaikkan gengsi pribadi melalui hubungan tersebut.

MENGAPA THRONING MUNCUL DALAM KENCAN?

Throning adalah strategi sosial yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengakuan dan status dengan mengasosiasikan dirinya dengan orang yang dianggap “bernilai” oleh masyarakat sekitar. 

Dalam beberapa konteks, fenomena ini sering terlihat dalam lingkup sekolah, tempat kerja, dan kehidupan sosial di mana seseorang berusaha mendekati orang-orang yang dianggap berpengaruh. 

Fenomena ini juga sering muncul di media sosial, di mana hubungan dengan seseorang yang populer dapat memperkuat citra dan status seseorang di mata publik.

Fenomena throning bisa berlanjut hingga ke masa dewasa, terutama di antara para profesional dan figur publik yang terkenal. 

Banyak dari mereka tertarik menjalin hubungan dengan seseorang bukan karena pribadi orang tersebut, melainkan karena manfaat reputasi yang bisa diperoleh dari hubungan itu. 

Masalah muncul ketika salah satu pihak mengira bahwa hubungan ini memiliki makna lebih mendalam, padahal sebenarnya hubungan tersebut bersifat transaksional atau “saling memanfaatkan.”

TANDA-TANDA KAMU MUNGKIN SEDANG DITOBATKAN

Jika kamu berada di dunia kencan, ada baiknya untuk mengenali tanda-tanda seseorang yang mungkin hanya menjalin hubungan denganmu demi gengsi. 

Berikut ini adalah sepuluh tanda yang bisa menjadi indikasi bahwa pasanganmu mungkin sedang “menobatkan” kamu:

1. SERING MENYEBUT ATAU MENANYAKAN TENTANG REPUTASI KAMU 

Jika pasanganmu lebih sering membahas status atau reputasimu daripada mengenal dirimu yang sebenarnya, itu bisa menjadi tanda bahwa perhatian mereka cenderung ke arah citramu, bukan pada siapa kamu.

2. MEREKA MEMUJI BERLEBIHAN DAN SERING MEMBANGGAKAN KAMU KEPADA ORANG LAIN 

Pujian yang berlebihan bisa terasa manis di awal, namun jika menjadi berlebihan, hal ini justru bisa menunjukkan adanya agenda tersembunyi. Pujian yang terlalu banyak sering kali bertujuan untuk membangun citramu yang dapat mereka tampilkan kepada orang lain.

3. CENDERUNG EGOIS DAN TEROBSESI PADA REPUTASI PRIBADI 

Orang yang melakukan throning sering kali sangat peduli dengan reputasinya sendiri. Jika mereka lebih sering berbicara tentang pencapaian mereka sendiri daripada mendengarkan ceritamu, mungkin ada agenda lain di balik kedekatan mereka denganmu.

4. LEBIH RAMAH DI DEPAN PUBLIK DARIPADA DI RUANG PRIVAT 

Jika seseorang memperlakukanmu dengan penuh perhatian di depan umum tetapi bersikap dingin saat berdua, ini bisa jadi tanda bahwa perhatian mereka lebih pada bagaimana mereka terlihat bersamamu di mata orang lain.

5. BERSIKAP DINGIN DAN PERHITUNGAN 

Saat kamu menghabiskan waktu bersama, apakah kamu merasa ada kehangatan atau justru perasaan dingin? Orang yang hanya mengandalkanmu untuk reputasi biasanya tidak menunjukkan emosi yang tulus ketika bersama.

6. TIDAK TERTARIK PADA KEPRIBADIANMU DAN ENGGAN BERBAGI TENTANG DIRI SENDIRI 

Dalam hubungan yang sehat, saling berbagi cerita pribadi adalah hal yang wajar. Namun, dalam throning, orang cenderung menghindari keterikatan emosional dan hanya menjaga hubungan pada level permukaan.

7. TIDAK MENDUKUNGMU SAAT KAMU MEMBUTUHKAN BANTUAN 

Ketika kamu menghadapi masalah, apakah mereka membantumu dengan sepenuh hati, atau justru mengabaikanmu? Jika mereka hanya ada di sisimu ketika semuanya berjalan lancar, ini adalah tanda bahwa mereka tidak tertarik pada Kamu secara tulus.

8. SANGAT TERTARIK PADA REPUTASI ORANG LAIN 

Orang yang melakukan throning cenderung selalu mencari orang dengan status yang lebih tinggi untuk dijadikan “tujuan” baru. Jika mereka terus-menerus menunjukkan ketertarikan pada orang lain yang memiliki reputasi lebih baik, ini mungkin pertanda bahwa mereka tidak setia pada hubungan.

9. MEMILIKI RIWAYAT MENJADIKAN ORANG SEBAGAI “TAHTA” 

Jika mereka sering membicarakan mantan mereka yang memiliki status atau reputasi tinggi, ini mungkin menunjukkan pola throning dalam hubungan mereka yang lalu.

BAGAIMANA MENJAGA DIRI DARI FENOMENA THRONING?

Untuk menghindari menjadi “tahta” bagi orang lain, penting untuk bersikap otentik dalam menunjukkan dirimu. 

Seperti dalam pemasaran, bagaimana kamu menampilkan diri sering kali menentukan jenis “penonton” yang tertarik. 

Jika kamu mempromosikan diri terlalu berlebihan atau terlalu menonjolkan status, besar kemungkinan kamu akan menarik orang-orang yang hanya tertarik pada citramu.

Sebaliknya, tampilkan sisi diri Kamu yang otentik dan jujur, sehingga kamu menarik orang yang benar-benar menyukai kamu apa adanya. 

Kencan yang sehat adalah yang didasarkan pada saling pengertian dan ketertarikan yang tulus. Dengan menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya, kamu lebih mungkin menemukan seseorang yang benar-benar tertarik pada Kamu tanpa agenda tersembunyi.

Pada akhirnya, throning mungkin merupakan strategi sosial yang bisa diterima jika kedua belah pihak menyadari dan setuju dengan dinamika tersebut. 

Namun, penting untuk selalu mengomunikasikan niat dan harapan dengan jelas dalam sebuah hubungan. Dengan begitu, kamu bisa terhindar dari ekspektasi yang salah dan menjaga diri dari hubungan yang hanya menempatkanmu sebagai “tahta” tanpa makna. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.