Lifestyle

'RED STRING THEORY' DAN PERJALANAN TAKDIR DALAM HIDUP KITA

Red String Theory mengajarkan bahwa setiap individu terhubung dengan benang merah takdir yang tak terlihat. Hal itulah yang membuat mereka memiliki ikatan dengan orang-orang yang ditakdirkan bertemu.

title

FROYONION.COMTaylor Swift, penyanyi dan penulis lagu yang dikenal dengan lirik-liriknya yang penuh makna, menciptakan lagu berjudul "Invisible String" yang menjadi salah satu karya paling menyentuh. 

Lirik dan instrumen yang easy listening membuat lagu ini dapat dinikmati oleh banyak orang. 

Namun, lebih dari sekadar lagu dengan melodi yang indah, "Invisible String" menawarkan makna mendalam tentang bagaimana takdir dan hubungan antar manusia bekerja secara tak terlihat. 

Lagu ini ternyata berkaitan erat dengan sebuah kepercayaan kuno dari Tiongkok yang dikenal sebagai Red String Theory atau Teori Benang Merah.

Secara umum, Red String Theory merupakan keyakinan bahwa ada benang merah tak terlihat yang menghubungkan dua orang yang sudah ditakdirkan untuk bertemu. 

Konsep ini menyiratkan bahwa setiap pertemuan, terutama yang melibatkan jodoh, bukanlah kebetulan belaka, melainkan sudah ditentukan sejak awal. 

Orang yang terhubung dengan benang ini pada akhirnya akan bertemu dan menyatu, terlepas dari rintangan yang mungkin menghadang di antara mereka. 

Dalam konteks lagu "Invisible String," Taylor Swift mengangkat tema serupa, menggambarkan perjalanan seseorang yang tanpa disadari selalu terhubung dengan takdir dan orang-orang yang memainkan peran penting dalam hidup mereka.

ASAL USUL DAN MAKNA RED STRING THEORY

Red String Theory atau Teori Benang Merah merupakan konsep yang berasal dari mitologi Jepang dan Tiongkok, yang kemudian diadaptasi ke dalam budaya populer dan kepercayaan spiritual di seluruh dunia. 

Secara harfiah, teori ini mengatakan bahwa setiap orang dihubungkan dengan benang merah tak terlihat yang sudah ditentukan sejak lahir. 

Benang ini tidak bisa diputus dan akan tetap menghubungkan mereka dengan orang-orang yang mereka takdirkan untuk bertemu, terutama dalam konteks romantis.

Dalam kepercayaan Jepang, konsep ini sering dikaitkan dengan dewa cinta dan pernikahan yang disebut "Akai Ito" (benang merah). Dewa tersebut dikatakan mengikatkan benang merah pada jari-jemari orang yang sudah ditakdirkan untuk bertemu sebagai pasangan hidup. 

Di sisi lain, dalam kepercayaan Tiongkok, konsep ini lebih dikenal dengan sebutan "Yuanfen" yang berarti hubungan takdir atau nasib. 

Yuanfen mencakup keyakinan bahwa ada benang merah takdir yang mengikat dua individu dan mereka akan bertemu pada suatu waktu di kehidupan mereka, meskipun mungkin terdapat banyak rintangan dan jarak yang memisahkan.

Seiring waktu, Red String Theory telah berkembang dan meresap ke dalam budaya populer, tidak hanya di Asia Timur tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya. 

Konsep ini sering muncul dalam sastra, film, dan media lainnya, di mana karakter-karakter utama dalam cerita dijalin bersama melalui benang merah takdir mereka. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa, meskipun ada berbagai rintangan dan tantangan, dua orang yang sudah ditakdirkan akan tetap bersatu pada akhirnya.

RED STRING THEORY DAN KETERKAITAN DENGAN JODOH

Red String Theory kerap kali diasosiasikan dengan jodoh atau pasangan hidup. Dalam mitologi dan kepercayaan tradisional, benang merah ini melambangkan ikatan antara dua individu yang takdirnya sudah ditentukan sejak mereka lahir. 

Kepercayaan ini memberikan makna mendalam bahwa orang yang kita temui, terutama pasangan hidup, bukanlah hasil kebetulan semata, melainkan sudah ditakdirkan sejak awal.

Banyak yang menganggap teori ini sebagai cara untuk memberikan rasa nyaman dan keyakinan bahwa ada seseorang yang sudah dipersiapkan untuk kita, dan tidak peduli seberapa sulit perjalanan hidup yang harus kita tempuh, pada akhirnya kita akan bertemu dengan orang tersebut. 

Seperti yang ditulis oleh IDN Times dalam artikel berjudul "Apa itu Red String Theory? Kepercayaan Tentang Jodoh dari Tiongkok", konsep ini menyarankan bahwa meskipun ada jarak atau rintangan yang memisahkan, ikatan tersebut tetap ada dan akan membawa dua individu kembali bertemu.

FENOMENA TAKDIR DALAM BUDAYA MODERN

Meskipun Red String Theory lebih sering diasosiasikan dengan hubungan romantis, konsep ini juga dapat diterapkan dalam hubungan lainnya, seperti persahabatan, kolaborasi bisnis, atau bahkan hubungan keluarga yang erat. 

Dalam konteks modern, konsep ini memberikan harapan dan keyakinan bahwa setiap individu dalam hidup kita memiliki peran penting dan bukanlah kebetulan semata.

Fenomena ini semakin relevan di dunia modern di mana banyak orang mencari makna dalam hubungan interpersonal mereka. 

Dalam budaya populer, konsep benang merah ini sering diangkat dalam cerita fiksi, film, dan media sosial, memberikan pandangan romantis bahwa meskipun ada banyak hambatan dalam hubungan, pada akhirnya orang-orang yang ditakdirkan akan tetap bersatu.

Salah satu contoh penerapan konsep ini dalam budaya populer adalah melalui film dan drama Korea yang sering mengangkat tema cinta takdir. 

Karakter-karakter dalam cerita tersebut dijalin bersama oleh benang merah takdir mereka, menghadapi berbagai rintangan, namun pada akhirnya bersatu karena sudah ditakdirkan bersama. 

Jadi, apakah kamu percaya bahwa jodoh atau pertemuan penting dalam hidupmu sudah diatur oleh benang merah takdir alias Red String Theory? (*/)

BACA JUGA: BENARKAH DAYA TARIK FISIK BUKANLAH PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH PASANGAN?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Nur Faizi

Reporter LPM Metamorfosa dan menjadi Junior editor di Berita Sleman.