Jagat media sosial Twitter sedang diramaikan oleh seorang hacker bernama Bjorka, yang telah membocorkan data pribadi Menteri Kominfo, Johnny G. Plate. Akun Twitternya sempat ditangguhkan, tetapi kini hacker Bjorka telah hadir lagi dengan akun barunya.
FROYONION.COM - Setiap membuka media sosial Twitter, twitnya hacker Bjorka nongol terus. Hacker Bjorka mulai terkenal di kalangan netizen Twitter Indonesia setelah dirinya mengaku berhasil meretas data pribadi Johnny G. Plate selaku Menteri Kominfo.
Netizen Twitter turut meminta hacker Bjorka untuk mengungkap pelaku di balik pembunuhan Munir Said Thalib. Munir adalah salah satu pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS).
Dia meninggal saat membawa berkas pelanggaran HAM di Indonesia ke Amsterdam pada September 2004. Munir diberi racun arsenik ketika menaiki pesawat Garuda Indonesia.
Lewat grup Telegram yang Bjorka buat, dia mengaku masih menunggu ditangkap oleh Pemerintah Indonesia. "I'm still waiting to be raided by the Indonesian government," tulis Bjorka di grup tersebut, yang artinya: "Saya menunggu digerebek Pemerintah Indonesia."
Namun, akun Bjorka akhirnya ditangguhkan. Enggak sampai di situ, ternyata pada hari ini (12/9) jam 10 pagi, Bjorka hadir kembali dengan twit pertamanya dan menyapa semua netizen Twitter Indonesia.
Dia turut membagikan artikel Detik.com yang berjudul Hacker Bjorka: Saya Nunggu Digerebek Pemerintah Indonesia dengan caption “when sir?” yang artinya: “Kapan, Pak?”
Pada akun barunya tersebut, Bjorka turut menandai tokoh-tokoh negara dalam twit-nya, seperti Menko Maritim Luhut Binsar, Mendagri Tito Karnavian, juga Gubernur DKI Anies Baswedan.
Sebagian netizen menanggapi kebocoran data pribadi atas Menteri Kominfo Johnny G. Plate, sebagai perlakuan yang adil atas kebocoran data pribadi masyarakat Indonesia yang kerap bocor pada tiap tahunnya.
Kalau kata Pew Research Center, sebagian orang merasa siap terhadap serangan hacker. Dua pertiga orang Rusia dan Indonesia (64%) percaya bahwa negara mereka siap untuk mengatasi serangan peretas yang signifikan.
Padahal negara adidaya seperti Amerika Serikat saja masih kewalahan menghadapi hacker internasional. Amerika dinilai sebagai negara yang sering diincar oleh para hacker. Mulai dari hacker Rusia, Cina dan Iran, semuanya kerap meretas negara Amerika.
Serangan siber oleh peretas atau hacker juga kerap datang ketika Pemilihan Umum (Pemilu). Penyerangan oleh peretas ketika pemilu dipandang sebagai kemungkinan oleh median 61% di 26 negara yang disurvei.
Hampir delapan dari sepuluh orang Amerika dan Meksiko (masing-masing 78%) mengatakan bahwa pemilu kemungkinan besar akan dirusak. Sekitar tiga perempat orang di Indonesia, Filipina, Tunisia, Kenya, Argentina, dan Afrika Selatan memiliki pandangan yang sama.
Prancis, Rusia, dan Belanda adalah yang paling tidak khawatir tentang gangguan pemilu. Kurang dari setengah di setiap negara mengatakan, serangan siber oleh hacker ketika pemilu sangatlah mungkin.
Identitas di balik hacker Bjorka masih dipertanyakan. Kemungkinan dia adalah orang Polandia yang memiliki teman orang Indonesia, tetapi orang Indonesia tersebut tidak bisa pulang ke negaranya pada peristiwa 1965.
Pada saat itu, orang-orang yang menempuh hidup di luar negeri dan dinilai berafiliasi ke paham kiri, paspornya diputus sehingga mereka semua tidak bisa kembali ke Indonesia. Cerita tentang peristiwa tersebut bisa lo tonton lewat film Surat Dari Praha karya sutradara Angga Dwimas Sasongko.
Walau berdasarkan riset 64% penduduk Indonesia siap menghadapi hacker, masih banyak yang beranggapan bahwa menjaga data pribadi penduduk saja masih suka bocor, apalagi menghadapi hacker. Kita lihat saja nanti kinerja Johnny G. Plate dan kawan-kawan ke depannya.
BACA JUGA: TERJADI LAGI, KEBOCORAN DATA PRIBADI DIDUGA DIALAMI PELAMAR KERJA DI ANAK PERUSAHAAN PERTAMINA