Lifestyle

MENGENAL ‘DRY BEGGING’ DALAM HUBUNGAN: MINTANYA BEGINI, TAPI BILANGNYA BEGITU

MInta bantuan atau perhatian dari orang terdekat merupakan hal yang wajar. Namun, bisa jadi hal yang menyebalkan jika dilakukan dengan cara ‘dry begging’. Apa itu dry begging?

title

FROYONION.COM - Tak ada yang salah dengan meminta perhatian atau bantuan dari pasangan maupun orang terdekat. Namun itu bisa menjadi perilaku yang mengganggu dan bikin sebal jika ditempuh dengan cara “dry begging.”

Meski bukan istilah lama, perilaku dry begging kembali jadi bahan obrolan. Utamanya ketika banyak pengguna Reddit mendiskusikannya.

Dilansir dari laman aksbha.com, istilah ini mengacu pada cara-cara halus yang dilakukan seseorang yang mengharapkan bantuan atau validasi dari orang lain tanpa memintanya secara langsung.

Dry begging dapat terwujud dalam berbagai bentuk perilaku. Bisa berupa sindiran halus, postingan media sosial yang samar-samar mengisyaratkan permohonan bantuan, hingga komentar bernada pasif-agresif.

Baik disengaja maupun tidak, banyak orang menunjukkan perilaku ini. 

BACA JUGA: 'RED STRING THEORY' DAN PERJALANAN TAKDIR DALAM HIDUP KITA

Dan, masifnya pertumbuhan media sosial, membuat taktik ini berkembang pesat. Atau lebih tepatnya memiliki banyak bentuk dan cara buat dipraktikkan.

Meski tak selalu berdampak buruk, dry begging dapat membuat dinamika hubungan sosial antar sesama menjadi kompleks. 

Sehingga rentan sekali memicu terjadinya kesalahpahaman. Bahkan di satu titik dapat memicu stres yang jelas akan membawa masalah bagi kesehatan mental.

DRY BEGGING ADALAH TAKTIK MANIPULATIF?

Perilaku ini kerap dianggap sebagai taktik manipulatif yang biasa dilakukan oleh orang-orang dengan kepribadian narsistik.

Tujuannya adalah untuk memancing empati dari targetnya, sambil tetap mempertahankan image mereka sebagai sosok yang superior.

Ketimbang meminta bantuan langsung dari orang lain, mereka biasanya akan mengutarakan beberapa keluhan halus agar orang lain mau turun tangan buat membantunya tanpa diminta.

Misalnya, daripada bilang, “Bisakah kamu membantuku mengerjakannya?” sambil membeberkan alasan mereka butuh bantuan. 

Justru mereka lebih memilih mengeluh soal betapa mereka merasa kewalahan. 

Juga mereka mungkin bakal bercerita soal jerih-payah mereka dalam mengerjakannya. Sambil mengomel bahwa tak ada seorang pun yang datang buat membantunya.

Jika akhirnya ada orang yang datang membantu, mereka tidak merasa bertanggung jawab atau membalas budi, sebab bantuan itu datang tanpa diminta.

Perilaku inilah yang kemudian membuat dry begging dekat dengan taktik manipulatif.

BACA JUGA: TREN RAW-DOGGING DI KALANGAN GEN Z, JENIS MEDITASI SELAMA PERJALANAN JAUH?

Contoh lain, seperti yang dijumpai dalam postingan di Reddit, seorang pengguna mengeluhkan soal pacarnya yang membuatnya kesal karena menunjukkan perilaku dry begging.

Ia menceritakan soal pacarnya yang ingin pergi ke bar untuk main billiard bersama teman-temannya, justru mengeluh soal banyak hal yang tak ada hubungannya dengan keinginannya itu.

Ia merasa frustrasi dan mengeluh kenapa pacarnya itu tak langsung mengatakan keinginannya saja, padahal ia pada akhirnya pun juga akan mengizinkannya.

Mungkin kalian pernah mengalami kisah sejenis. Entah itu dengan pacar, teman, bahkan keluarga sendiri.

Misalnya nih pas air galon di dispenser habis. Perkara yang harusnya kelar dengan tinggal ngomong, “Air galonnya habis, tolong angkatin dong.”

Bisa panjang urusannya dan jelas bikin mangkel, ketika entah partner atau keluarga kalian malah mengomel soal bagaimana ia dari tadi kehausan? Atau soal bagaimana ia gagal bikin kopi gara-gara tak ada air?

Atau misalnya, pasangan kalian sebetulnya ingin kalian bantu mencuci piring karena ia capek atau apalah. 

Justru mengomel soal bagaimana ia dari tadi mengerjakan ini-itu dan tak ada yang bantu, alih-alin ngomong: “Tolong bantu cuci piring.”

Bisa juga, mendadak suatu hari pasangan kalian mengirimi sebuah postingan yang isinya tentang temannya yang lagi liburan bareng pacarnya.

Tak hanya itu, ia juga menambahkan isyarat bersama postingan itu, “Lihat pasangan orang lain kayaknya pada romantis. Pasangannya diajak jalan-jalan, liburan, nyari wisata viral.”

Padahal seharusnya ia cukup bilang, “Beb, aku ingin kita liburan bareng. Sudah lama kita nggak quality time.

Pelaku dry begging sering kali memberikan sinyal-sinyal untuk menggambarkan keinginannya.

Sayangnya, karena sinyal-sinyal tersebut biasanya terkesan samar tak jarang targetnya kesulitan menangkap maksud sebenarnya. Sehingga rentan sekali terjadi kesalahpahaman yang malah berujung konflik dan menimbulkan rasa frustrasi bahkan stres.

Puncaknya, yang lebih parah adalah mereka tak perlu merasa berterima kasih. 

Jikapun satu hari mereka dituntut untuk berterima kasih, mereka kemungkinan besar akan menolaknya dengan bilang, “Aku tidak pernah memintanya, kamu sendiri yang menawarkannya.”

Ini jelas bisa jadi pengingat, bahwa para pemberi harus punya batasan, karena para penerima tak punya batasan.

PELAKU DRY BEGGING TAK SELALU MANIPULATIF

Meski perilaku ini identik dengan praktik manipulatif, sebetulnya tak selalu orang yang menggunakannya adalah seorang manipulator.

Perilaku ini tetap tak bisa dipisahkan dengan konteks sosial dan hubungan yang terlibat. Sehingga menjadikan dry begging sebagai sebuah fenomena yang rumit untuk dinavigasi.

Ada faktor lain yang membuat seseorang menempuh praktik tersebut, selain ia orang narsis dan manipulatif.

Misalnya saja, karena ada perasaan takut ditolak apabila ia meminta bantuan secara langsung. Maka ia menilai dry begging sebagai cara aman meminta bantuan tanpa ia perlu mengkhawatirkan bakal ditolak atau tidak.

Bisa juga seseorang mempraktikkan dry begging karena sebetulnya ia memang tidak suka merepotkan orang lain. Atau karena ia tidak tahu caranya atau sungkan untuk meminta bantuan.

Di lain sisi, adanya norma sosial yang menekankan prinsip individualis dan kemandirian, membuat orang merasa bersalah jika meminta bantuan secara langsung.

Itu artinya, ada banyak faktor yang dapat mendasari seseorang melakukan dry begging. Untuk menilainya seseorang menggunakannya untuk manipulasi atau bukan, semua tergantung seberapa kenal kalian dengan orang tersebut.

MENGHADAPI PERILAKU DRY BEGGING

Ada beberapa saran yang bisa kalian terapkan dalam menghadapi orang terdekat kalian sering mempraktikkan dry begging. Setidaknya mengurangi perilaku tersebut secara bertahap.

Pertama, kalian bisa mendorong mereka untuk berkomunikasi secara terbuka, tanpa perlu menggunakan kalimat memutar yang terkesan manipulatif.

Caranya adalah dengan menciptakan ruang yang aman bagi mereka untuk berbagi segala emosinya, tanpa takut dihakimi. Dengan begitu mereka bisa lebih jujur terhadap perasaan juga keinginannya.

Bisa juga kamu menjadi pendengar yang aktif bagi mereka. Dengan begitu mereka tidak ragu meminta bantuan secara langsung saat dibutuhkan.

Kedua, yakinkan mereka bahwa menunjukkan kerentanan dan meminta bantuan orang lain, bukanlah perilaku orang lemah. Melainkan merupakan hal yang wajar dilakukan.

Ketiga, yakni dengan menjadi contoh atau role model yang positif dalam berkomunikasi secara terbuka.

Ajarkan mereka untuk menjadi orang yang tidak ragu meminta bantuan. Bahkan jikapun akhirnya permintaan itu ditolak.

Kesimpulannya, dry begging adalah fenomena yang rumit dan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku ini bisa menjadi tantangan yang mengganggu saat melakukan interaksi sosial.

Bagi pelaku dry begging, penting untuk menyadari bahwa orang terdekat mereka tak selalu bisa menangkap “kode-kode” yang mereka kirimkan. Ingat, mereka bukan Shinichi Kudo! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Shofyan Kurniawan

Shofyan Kurniawan. Arek Suroboyo. Penggemar filmnya Quentin Tarantino. Bisa dihubungi di IG: @shofyankurniawan