Pertanian jadi salah satu sektor yang paling bergantung sama teknologi, utamanya di luar negeri. Udah saatnya pertanian di negara kita juga semakin terbuka dalam mengadopsi teknologi supaya nggak ketinggalan sama negara lainnya.
FROYONION.COM - Dompu, Sumbawa, jadi salah satu daerah di Indonesia yang dipenuhi sama kebun dan sawah kecil, banyak dari lahan-lahan itu diisi sama tanaman jagung. Mayoritas masyarakat di daerah ini mengembangkan pertanian dengan teknik dryland farming, yang berarti kehidupan mereka sangat bergantung pada cara masyarakat mengolah komoditas tani di musim hujan.
Selama bertahun-tahun, pertanian di daerah itu mengandalkan tanda-tanda dari alam buat memprediksi curah hujan. Tapi semenjak adanya pemanasan global, hal-hal konvensional kayak gini makin nggak akurat, dan di sini peran teknologi makin sentral.
Di tahun 2015 kemarin, organisasi non-profit ‘World Neighbors’ yang biasa membantu menangani masalah sosial kayak under development di berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekerja sama dengan Dr Armi Susandi dari ITB untuk memperkenalkan program prediksi cuaca dan curah hujan yang bisa dipakai sama para petani lokal.
Biasanya, para petani udah mempersiapkan lahan di sekitar bulan November, dan mulai tanam di bulan Desember. Program ini kemudian memprediksi adanya keterlambatan musim hujan, dan ternyata prediksinya benar, beruntungnya para petani mengikuti prediksi dari program ini dan baru mulai membajak lahan di akhir bulan Desember/ awal bulan Januari.
BACA JUGA: REBRANDING SUPAYA PERTANIAN NGGAK STAGNAN!
Tantangan terbesarnya adalah bagaimana cara menyebarkan informasi tentang prediksi cuaca kepada ribuan petani lokal yang ada di Sumbawa. Alhasil, perlu adanya digitalisasi terhadap informasi, supaya para petani bisa mengakses informasi penting ini lewat aplikasi di smartphone atau via website.
World Neighbors mengklaim bahwa para petani bisa melihat informasi prediksi hujan, kecepatan angin, kelembapan, dan tekanan udara dengan jarak prediksi per tiga jam sekali selama tiga hari ke depan.
“Para petani juga bisa melihat prediksi hujan bulanan selama lima tahun ke depan, dan ada rekomendasi waktu menanam yang paling optimal bagi tanaman primer (jagung dan padi) dan juga tanaman sekunder lainnya. Program ini juga menyediakan data bencana real-time seperti banjir, kekeringan, longsor, dan hama,” jelas pihak World Neighbors dalam situs mereka.
Sampai saat ini, program yang didesain mereka masih bisa diakses dalam situs yang bernama SICA (Sistem Informasi Cerdas Agribisnis).
Melihat perkembangan teknologi pertanian yang cukup signifikan di luar negeri, memang dirasa sudah saatnya pertanian dalam negeri pun menganut teknologi yang serupa demi kemajuan negara.
Menurut lo, teknologi kayak apa lagi yang bisa membantu pertanian di negara kita Civs? (*/Photo credit: Sandy Zebua via Unsplash.com)
BACA JUGA: CARA KREATIF MASYARAKAT SIAK BUAT GALAKKAN KESADARAN LINGKUNGAN