Creative

TRI HITA KARANA: BRAND ARTISAN LOKAL YANG NGGAK SETENGAH-SETENGAH DALAM BERBISNIS

Sering denger kata artisan, gue kira sebutan buat orang yang suka ngartis. Ternyata sebutan untuk orang-orang hebat yang juga terlibat di pembuatan perhiasan dengan filosofi ala Tri Hita Karana (THK Indonesia).

title

FROYONION.COMBermula dari rasa rindu untuk membantu mereka yang mungkin jarang dilihat dan didengar di tengah dunia yang semakin modern, Phoebe Carolyn, mendirikan bisnis perhiasan yang bernama Tri Hita Karana atau yang akrab dikenal dengan THK. 

‘Tri Hita Karana’ sendiri adalah filosofi bahagia asal Bali yang mencakup tiga penyebab kesejahteraan hidup: manusia, alam, dan Tuhan. THK menjiwai filosofi ini dan menjadikannya identitas brand mereka. THK menyebut ketiga unsur tersebut dalam sebutan Parahyangan (Tuhan), Pawongan (manusia), dan Palemahan (alam). 

Launching pertama kali sejal 19 Januari 2019, THK menawarkan berbagai macam produk perhiasan dari cincin, gelang, serta kalung. Nggak seperti produk perhiasan pada umumnya, THK lebih dari sekedar jualan aksesoris. Tri Hita Karana adalah salah satu brand artisan lokal yang juga menerapkan social entrepreneurship. 

Wadaw, apaan tuh artisan? Apa pula social entrepreneurship? Apa bedanya sama bisnis biasa?

Tenang, awalnya gue juga bingung kok sama semua sebutan itu. Tapi value yang ditawarkan THK bikin gue mencoba memahami lebih dalam tentang brand satu ini. 

Menurut KBBI, artisan artinya orang yang ahli membuat kerajinan tangan. Kata yang berasal dari Bahasa Prancis ini sering digunakan untuk mendeskripsikan mereka yang menghasilkan karya yang bukan hanya sekedar handmade, tapi juga melibatkan seluruh rasa ke dalam karyanya. 

Sedangkan social entrepreneurship adalah salah satu upaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan sosial dengan strategi bisnis. Dengan begitu para wirausaha yang ingin menerapkannya diharapkan nggak cuma berbisnis untuk mencari untung saja, tapi somehow juga bisa berkontribusi untuk menyelesaikan suatu masalah sosial. 

Gue rasa Phoebe sebagai pendiri THK jauh lebih memahami kedua hal tersebut sehingga bisa melahirkan bisnis yang super apik. Dengan melibatkan banyak pengrajin perak di pelosok Indonesia, THK bukan hanya dagang aksesoris, tapi juga berupaya untuk memberdayakan, mengedukasi, juga memberi berbagai macam bantuan untuk menghidupi para pengrajinnya. 

Dilansir dari akun Instagram THK di @thk____, hubungan baik dengan para pengrajin perak udah dijalin sejak 2017. Phoebe terjun langsung melihat kondisi para pengrajin khususnya di  Bali dan Sulawesi. Pekerjaan sebagai pengrajin perak lokal tidaklah mudah. 

Salah satu pengrajin bahkan mengatakan bahwa dulu kalau ditanya orang bekerja apa, rasanya bangga sekali menyebut profesi mereka sebagai pengrajin perak. Namun menghadapi dunia yang makin modern dengan cepatnya perkembangan teknologi, mereka dipaksa untuk bisa terus beradaptasi. 

Para pengrajin yang tidak memiliki alat yang sama canggihnya dengan perusahaan-perusahaan besar, akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa keahlian mereka tidak lagi seagung dulu. 

Sepi pembeli, merosotnya pemasukan, dan kekurangan alat serta pengetahuan menjadi batu-batu kerikil yang membuat jalan mereka tidak mudah. Oleh sebab itu, THK berinisiatif untuk menjadi wadah bagi para pengrajin ini bisa berkembang. 

THK tidak hanya menjadi tangan sambung pembeli dan pengrajin, tapi juga jadi pelaku pemberdaya bagi mereka untuk bisa maju secara individu. Bentuk-bentuk pemberdayaan itu ada berbagai macam bentuk. 

Pertama adalah memberdayakan sejak dalam pikiran. Phoebe yang juga lulusan Psikologi Universitas Pelita Harapan juga berusaha untuk menerapkan langsung apa yang dipelajari selama kuliah. Dari cerita-ceritanya di media sosial, memberdayakan pikiran manusia sama sekali nggak mudah. Mengubah mindset para pengrajin adalah salah satu upaya pemberdayaan jangka panjang supaya para pengrajin nantinya bisa menjadi artisan yang mandiri. 

Kedua adalah memperkenalkan mereka pada pasar. Berbagai training sudah dilakukan oleh THK, seperti mengedukasi para pengrajin tentang pasar, teknik-teknik marketing, customer behaviour, dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendorong para pengrajin untuk melek bisnis juga dan nantinya bisa berbisnis sendiri. 

Ketiga dengan memberikan mereka modal. Salah satu faktor yang juga menyulitkan para pengrajin perak lokal untuk berkembanga dalah masalah modal. Maka THK berkomitmen untuk memberikan bantuan modal dari setiap pembeliannya. Bahkan kabarnya kini pengrajin juga sudah punya workshop sendiri tanpa dana pinjaman. 

Keempat, THK juga turut berkontribusi untuk memberikan bantuan alat bahkan memperbaiki workshop para pekerja. Kalau dipikir-pikir, semua ini bukan cara yang mudah ya buat nyari untung. Tapi THK memilih jalan yang sedikit lebih sulit dengan buah yang jauh lebih manis nantinya. Bener-bener contoh nyata kalau berbisnis nggak lagi cuma sekedar duit-duit-dan duit, tapi gimana caranya kita bisa bantu orang lain dengan bisnis kita. 

KEUNGGULAN THK YANG BISA JADI PANUTAN

Setelah tahu apa itu THK dan bagaimana filosofi yang dijalaninya, sekarang gue mau jabarin beberapa hal baik yang dijalankan THK yang mungkin bisa lo adaptasikan untuk bisnis lo juga. 

Pertama, THK bukan cuma sekedar jual produk tapi juga jual narasi. Kalau lo liat-liat produk yang dijual sama THK, masing-masing produk bagaikan simbol atas filosofi tertentu. Setiap cincin, kalung, gelang, dan produk lainnya yang akan datang dari THK pasti punya nilai di baliknya. Contohnya cincin ombak dari THK yang menggambarkan naik dan turunnya kehidupan. Ada juga kalung moonstone yang melambangkan awal baru. Bahkan THK juga kasih konsultasi loh buat lo bercerita dan kemudian mereka yang nyari aksesoris apa yang sesuai sama cerita lo. 

Cara THK memberikan narasi dan filosofi di balik produknya membuat para pembeli tidak hanya sekedar mengeluarkan duit buat aksesoris, tapi juga punya kesempatan untuk terlibat dalam narasi tersebut. Bayangin lo jadi bagian cerita suatu brand, lo pasti akan lebih menghargai usaha dan produk brand tersebut karena lo merasa menjadi bagian mereka. Strategi ini gue akui oke banget untuk diteladani. 

Kedua, THK menerapkan konsep sustainable fashion. Fesyen berkelanjutan adalah salah satu upaya untuk mengurangi limbah-limbah yang dihasilkan industri fesyen. Fesyen berkelanjutan ini punya 7 bentuk pengaplikasian dan THK menerapkan beberapa diantaranya: bikin aksesoris yang on demand dan jadi bentuk slow fashion untuk mengurangi produksi massal yang cenderung menghasilkan limbah lebih banyak, melibatkan para artisan lokal dalam proses produksi, dan menerapkan upcycle pada kemasannya.

Ketiga, THK rela terjun langsung untuk memberdayakan para pengrajin. Bukan langkah yang mudah untuk diambil oleh pebisnis untuk mau berkorban lebih banyak seperti ini. Mengajar dan mengayomi para pengrajin itu sama sekali nggak mudah. Tapi THK selalu bilang kalau dengan membeli produk mereka, kita juga turut berpartisipasi untuk melestarikan warisan budaya dan meningkatkan kualitas hidup para pengrajin.

Keempat, THK membuat dunia bisnis jewelry jadi lebih bermakna. Di saat pebisnis lain berfokus untuk cari strategi dapet keuntungan segede-gedenya, THK justru rela puter otak untuk tidak hanya untung, tapi juga mikirin keberlangsungan para pengrajin mereka. Dengan harga jual produk mereka yang berkisar antara Rp135.000-349.000, THK nggak cuma nawarin produk berkualitas, tapi juga merangkul kita untuk jadi bagian kebahagiaan para pengrajin. 

Punya bisnis semacam Tri Hita Karana ini nggak akan mudah. Pasti akan banyak orang yang mikir, “Ngapain berbisnis kalau untungnya nggak gede?” atau bahkan, “Ngapain sih repot-repot bantu orang yang nggak dikenal?”. Tapi THK membuktikan kalau sisi kemanusiaan masih ada di dunia bisnis sekalipun. Dengan melibatkan perasaan, hati, dan tentunya skill berbisnis, gue rasa THK pantes untuk jadi role model bisnis artisan yang juga menjawab permasalahan sosial. 

Jadi gimana? Apakah lu juga tertarik mendirikan bisnis yang bermisi sosial kayak THK? (*/Grace)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Bercita-cita menjadi seperti Najwa Shihab. Member of The Archipelago Singers.