Creative

THE PANTURAS ‘OMBAK BANYU ASMARA’: DIVERSE BANGET!

Album ini sangat cocok didengarkan berurutan satu album penuh. Kita seakan-akan diajak berkeliling ke belahan-belahan dunia, dari barat ke timur, dari Tanah Pasundan ke Negeri Tirai Bambu.

title

FROYONION.COM - Bulan lalu, tepatnya tanggal 10 September 2021, Band Surf Rock dari Jatinangor, The Panturas merilis album baru mereka yang bertajuk ‘Ombak Banyu Asmara’, setelah sebelumnya lagu ‘Balada Semburan Naga’ dan ‘Tafsir Mistik’ diperkenalkan sebagai ‘hint’ agar pendengar bersiap-siap untuk album baru mereka ini.

Lama dinanti-nanti, butuh waktu lebih dari setahun buat nyelesain materi dari album ke-2 ini. Banyak kendala yang menghambat, khususnya karena pandemi yang berlangsung dari tahun 2020. Ditambah lagi, Acin juga sempet kena Covid-19, yang setelahnya berdampak ke penyelesaian album yang terpukul mundur dan baru bisa kelar pas pertengahan 2021.

Semenjak album pertama yang bertajuk ‘Mabuk Laut’ dirilis, The Panturas keliatan semakin ‘berani’ dalam bereksplorasi dan menggali potensi ‘Surf Rock’ sampe ke batasnya. Musikalitas The Panturas juga dinilai jadi lebih ‘mateng’ dan semakin baik pada album ke-2 ini.

Cakupan tema yang dibawa di album ini juga nggak melulu terkesan ‘laut’ aja. Lebih dari itu, produser album ini, yaitu Lafa Pratomo, juga pernah memproduseri Danilla. Eksperimen yang mereka lakuin bareng berhasil membuat lagu-lagunya jadi makin diverse dan tambah asik, tentunya tanpa harus kehilangan benang merah ‘The Panturas’ yang udah dikenal selama ini.

Diawali oleh lagu pertama, ‘Area Lepas Pantai’ yang bermuatan instrumental dengan ‘Surf Rock’ khas The Panturas. Kemudian kita diajak untuk bereksplorasi dan bertransisi ke track-track selanjutnya yang ‘beda’ dari The Panturas yang kita kenal selama ini. Secara tersirat, The Panturas pengen pendengar tahu kalo band yang mereka kenal selama ini udah tumbuh.

“Karena tema albumnya diversity, kami ingin menyampaikan keberagaman budaya yang coba kami rangkum melalui musik rock yang kami bawakan,” ujar Ijal (Rizal Taufik), gitaris The Panturas.

Contohnya kayak lagu ‘Tafsir Mistik’, lagu unik buah cinta antara genre ‘Surf Rock’ dan musik melayu. Alunan nada mendayu yang khas, ditambah melodi gitar, instrumen akordeon yang semakin menambah nuansa melayu pada lagu ini.

Juga lagu ‘Balada Semburan Naga’, sounds so oriental tapi juga ada gambang kromongnya. Unik tapi tetep nggak kehilangan benang merah genre asli mereka.

“Kalo didengarkan secara penuh dan berurutan album ini bisa terdengar perjalanannya, mulai dari ujung timur hingga ke barat,” ujar Ijal. Album ini mengambil tema perjalanan dari dermaga ke dermaga di berbagai belahan dunia. “Semakin bawah urutan lagunya semakin kami masukkan nuansa belahan dunia lain hingga akhirnya di lagu ‘Masalembo’ kami coa masukkan nuansa Broadway,” jelas Ijal.

Kayak yang udah Ijal jelaskan, album ini sangat cocok didengarkan berurutan satu album penuh. Kita seakan-akan diajak berkeliling ke belahan-belahan dunia, dari barat ke timur, dari Tanah Pasundan ke Negeri Tirai Bambu. Sensasi dan pengalaman yang unik yang kalian harus coba rasakan sendiri, Civs. 

‘Ombak Banyu Asmara’ udah bisa kita dengarkan di berbagai platform audio streaming. Semoga juga The Panturas bisa manggung live lagi, gue yakin lagu-lagu dari album ini bisa memberi sensasi ‘Surf Rock’ yang lebih segar ala Los Panturas. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.