Tak banyak orang sadar, bahkan meski sudah hidup di zaman yang modern, pandangan bahwa perempuan tidak memiliki kapabilitas untuk berkarier di dunia digital rupanya masih banyak. Hal inilah yang Markoding, Yayasan Dian Sastrowardoyo, dan ‘Perempuan Inovasi’ ingin robohkan.
FROYONION.COM - Hari ini (8/3), seluruh perempuan di Indonesia merayakan Hari Perempuan Internasional. Bertujuan untuk merayakan pencapaian perempuan di seluruh dunia dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik, Perempuan Inovasi juga ingin turut memberikan spotlight bagi perempuan yang berdaya di bidang sains dan teknologi.
Bersama Markoding, Yayasan Dian Sastrowardoyo, dan Magnifique, program Perempuan Inovasi telah menginjakkan kaki di tahun kedua mereka. Seperti tahun sebelumnya, program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang teknologi digital kepada perempuan Indonesia.
Pasalnya, Amanda Simanjuntak, Founder & CEO Markoding, berkata bahwa stereotip tentang perempuan yang tidak memiliki kapabilitas untuk berkarya dan bekerja di bidang teknologi digital masih kerap ia termui. Mirisnya, stereotip ini bahkan ditemui di kota sebesar Jakarta.
“Ketika saya bertemu dengan seorang kepala sekolah, beliau bilang ‘Emang perempuan bisa pakai logika mereka? Bukannya lebih cenderung pakai perasaan ya?’ Hal ini lah yang saya rasa jadi peperangan kita semua untuk membuat perempuan semakin berdaya,” jelasnya saat diwawancarai tim Froyonion.com pada Kamis (7/3) lalu.
BACA JUGA: LAND OF PLEASURE, RESPONS ATAS SENI INDUSTRIAL YANG SERAGAM NAN MEMBOSANKAN
Antusias perempuan Indonesia untuk mengikuti program pelatihan dari Perempuan Inovasi ternyata sangat besar. Dilihat dari jumlah pendaftar mereka yang mencapai lebih dari 16.000 pendaftar di tahun 2023 lalu.
Dari belasan ribu pendaftar tersebut, kemudian mereka melakukan seleksi dan sesi wawancara sehingga terpilih 36 orang yang mengikuti pelatihan coding intensif selama 4 bulan.
Setelah 4 bulan berlalu, seluruh peserta kemudian dapat memaparkan final project mereka yang berupa aplikasi untuk menjawab sebuah permasalahan.
Proyek-proyek tersebut meliputi aplikasi web, aplikasi mobile, dan desain UI/UX yang dirancang untuk menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat.
Terdapat 2 kategori yang ada dalam program Perempuan Inovasi, yaitu WebDev (Web Development) dan kategori UI/UX.
Juara 1 untuk kategori WebDev diraih oleh kelompok Rangkayo Rasuna Said dengan aplikasi Equip Parenting yang membantu orang tua memahami kesetaraan gender dalam pola asuh.
“Alasan kenapa kelompok kami pengen buat aplikasi ini karena kami melihat permasalahan pada rumah tangga teman-teman atau kerabat kami yang sudah menikah, dimana mereka merasa pekerjaan rumah juga terbagi-bagi untuk perempuan dan laki-laki. Misal, kalau mengganti popok anak ya tugasnya ibu, sedangkan tugas bapak ya untuk benerin genteng bocor. Hal ini lah yang kita coba suarakan, bahwa kesetaraan gender bisa dimulai dari hal kecil seperti pembagian tugas di rumah,” tutur Diah, salah satu anggota kelompok Rangkayo Rasuna Said.
BACA JUGA: BUKU THE ALPHA GIRL GUIDE: INSPIRASI MENJADI PEREMPUAN ALPHA DI ERA MODERN
Sedangkan Juara 1 untuk kategori UI/UX Design diraih oleh kelompok Maria Ulfa Santoso dengan platform She Grows yang memberdayakan ekonomi perempuan.
Dian Sastrowardoyo, Founder Yayasan Dian Sastrowardoyo, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian para finalis. “Graduation Day” ini menjadi momentum untuk mendorong perempuan Indonesia agar terus berinovasi dan berkontribusi bagi bangsa.
Selanjutnya, program Perempuan Inovasi akan terus berlanjut dengan membuka kembali program beasiswa batch 3. Program ini diharapkan dapat melahirkan generasi pemimpin masa depan yang inovatif dan berdaya.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pendaftaran Perempuan Inovasi batch 3 bisa kalian cek di perempuaninovasi.com. (*/)