Damar Kurung Festival kembali diadakan di Gresik untuk menyambut Bulan Ramadhan. Berbeda dari tahun sebelumnya, festival kali ini diadakan di gang kampung kota lama Gresik.
FROYONION.COM - Ada pemandangan yang berbeda dari hari-hari biasa di sepanjang gang kampung Asu, di kawasan kota lama Gresik, Jawa Timur. Ratusan Damar Kurung tampak bergelantungan di langit-langit gang. Damar Kurung adalah sejenis lampion yang berbentuk kubus, dibuat dari bilah-bilah kayu dengan penutup kertas atau kain yang dihias dengan cerita bergambar penuh warna.
Di kota Gresik, popularitas objek budaya lentera Damar Kurung pada awalnya dipicu oleh kemunculan Sriwati Masmundari–seorang nenek yang diakui sebagai tokoh maestro pelukis Damar Kurung sejak karya lukisannya pada lentera dipindahkan ke medium kanvas dan dipamerkan untuk kali pertama di Bentara Budaya Jakarta pada tahun 1987.
Sepeninggal Masmundari (2005) Damar Kurung meredup. Di tengah ancaman kepunahan Damar Kurung itulah muncul Novan Effendy, seorang seniman inter-disiplin dan desainer yang tertarik mengembangkan Damar Kurung dengan pendekatan kreatif melalui festival.
Setelah tujuh tahun ditiadakan, Damar Kurung Festival 2023 kembali dihadirkan untuk menyambut Ramadhan dengan semarak. Di kota Gresik kehadiran Damar Kurung memang identik dengan perayaan warga Gresik sebagai penanda datangnya bulan suci umat muslim di kota ini.
Uniknya, penyelenggaraan festival yang diadakan pada tanggal 1 sampai 9 April ini memilih gang kampung Asu sebagai tempat festival utama. Kampung Asu, satu di antara puluhan kampung yang memiliki sebutan unik di kota Gresik. Nama kampung yang berlokasi di jalan HOS Cokroaminoto III ini cukup melegenda bagi warga.
Mengutip buku berjudul Yang Tercecer dan Terlupakan di Kota Gresik (2015) Loemaksono menceritakan sebutan Asu (anjing) berawal dari orang-orang Tionghoa yang menghuni kampung tersebut memelihara anjing. Anjing-anjing mereka sering bermain di bagian belakang ruko, yang berada di gang kampung.
Cak Opang (sapaan akrab Novan Effendy) mengungkapkan alasannya memilih gang kampung sebagai tempat utama diadakannya festival. Setelah menjelajahi beragam tempat dan tema festival, ia menemukan korelasi antara gang kampung dengan sejarah awal kemunculan perayaan objek budaya tersebut. Menurut Cak Opang, awal mula adanya tradisi perayaan Damar Kurung dimulai di gang-gang kampung pesisir Gresik.
“Masyarakat Gresik di daerah pesisir zaman dulu membuat Damar Kurung untuk menyambut bulan Ramadhan. Berawal dari itulah kami memilih gang kampung Asu untuk mengembalikan habitat Damar Kurung ke gang kampung di sekitar kita”, ujar Cak Opang yang juga menjadi direktur Damar Kurung Institute.
Damar Kurung Festival 2023 disiapkan selama tiga bulan oleh Cak Opang dengan menggandeng anak-anak muda Gresik yang tergabung dalam kolektif Kammari, nama yang diadopsi dari bahasa Sansekerta yang juga berarti anjing. Damar Kurung Festival terbagi dalam 3 bagian: pre-events, satellite event, dan diakhiri dengan main festival.
Festival dimulai dengan program lokakarya pembuatan gambar Damar Kurung dengan melibatkan 530 partisipan dari 3 sekolah dasar di kota Gresik, yang berlangsung selama 14 hari. Ada 250 karya Damar Kurung yang akhirnya dipamerkan selama festival utama berlangsung. Dan yang lebih menarik, Damar Kurung tersebut dibuat oleh pelajar sekolah dasar yang diundang secara khusus oleh Damar Kurung Institute.
“Kami sengaja mengajak pelajar sekolah dasar untuk bercerita melalui gambar, tidak ada batasan tema mereka harus menggambar apa. Anak-anak tuh punya siasat unik lho, mereka seperti punya kebebasan berpikir yang bertumbuh, liar, nakal, lugu dan jenaka. Jadinya, Damar Kurung nggak lagi di ‘menara gading’, tetapi balik ke posisinya semula, menjadi bahasa keseharian, itu yang bikin Damar Kurung tetap hidup”, jelas Cak Opang.
Berbeda dari terakhir kali diselenggarakan, yang hanya dilaksanakan tiga hari berturut-turut, tahun ini festival utama Damar Kurung Festival digelar selama sembilan hari. Berbekal pengalaman mengelola festival selama 13 tahun, Cak Opang menuturkan alasan mengapa festival tahun ini digelar lebih lama.
“Iya karena kita ingin pengunjung punya waktu lebih lama menikmati festival. Dulu waktu kami bikin di Kampung Kebomas tahun 2016, yang datang sampai 5.300 pengunjung selama tiga hari. Nah itu kan terlalu padat dan bikin pengunjung nggak nyaman buat lihat Damar Kurung yang dipamerin”, ujar Cak Opang.
Selain itu, ia juga menambahkan kalau edisi kampung Asu ini tidak ada program tambahan seperti fitur pasar warga. Damar Kurung Festival 2023 fokus pada eksibisi Damar Kurung. Harapannya, pengunjung menjadi lebih dekat, dan sekaligus dapat menangkap usaha membaca ulang (dekonstruksi) yang telah dihadirkan oleh adik-adik pelajar sekolah dasar.
Damar Kurung Festival sudah berlangsung sejak tahun 2012. Ketika kali pertama digelar, tujuan dari kampanye budaya ini adalah memantik kesadaran publik untuk merayakan dan menggali pengetahuan Damar Kurung sebagai warisan teknologi tradisional di Asia dalam konteks sumber penerangan. Melalui pendekatan festival Cak Opang berharap masyarakat di Indonesia bisa mengenal kembali objek penerangan tradisional dan budaya cahaya di sekitar lingkungan mereka.
Damar Kurung Festival akan berakhir pada tanggal 9 April 2023. Sejak dibuka pada tanggal 1 april lalu, Damar Kurung Festival berhasil menyedot pengunjung domestik maupun wisatawan asing dari Inggris dan Perancis, yang datang karena penasaran melihat festival tersebut. (*/)