Jakarta Movin lebih dari sekadar komunitas seni pertunjukan di Jakarta. Di sini kalian juga belajar arti sebuah mimpi dan bagaimana mewujudkan itu secara luar biasa.
FROYONION.COM - Seusai menggelar drama komedi Reuni Nestapa: Cita-Cita Dibalas Realita pada Sabtu, (21/10/2023) lalu di Galeri Indonesia Kaya, Mall Grand Indonesia, Jakarta, Jakarta Movin semakin dikenal masyarakat sebagai komunitas berisi muda-mudi ibu kota yang menaruh minat tinggi terhadap seni pertunjukan.
Kesuksesan penampilan itu mengingatkan kita pada penampilan sebelumnya yang berhasil diperankan secara hebat melalui talenta muda andal. Mulai dari drama musikal Sembilan Sembilu, Musikal Petualangan Sherina, Cek Toko Sebelah, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa seniman kondang tanah air yang telah berkolaborasi menyajikan gelaran apik bersama komunitas ini, antara lain Derby Romero, Sherina Munaf, Yura Yunita, Ernest Prakarsa, Sivia Azizah, Reza Rahadian, Reza Chandika, dan Isyana Sarasvati.
Tak lengkap berbicara tentang Jakarta Movin tanpa mengetahui siapa sosok yang menaruh andil besar di balik berdirinya komunitas seni pertunjukan ini. Keduanya datang dari kalangan muda berbakat, Nurul ‘Nuya’ Susantono dan Farras Safira.
Lantas, bagaimana cerita menarik berdirinya Jakarta Movin dalam mewadahi kreativitas generasi muda di dunia seni pertunjukan? Selengkapnya, baca artikel ini hingga selesai.
BACA JUGA: FILM ‘CEK TOKO SEBELAH’ HADIRKAN WARNA BARU LEWAT TEATER MUSIKAL
Didirikan sejak tahun 2013 silam, Jakarta Movin merupakan jawaban atas keluh kesah Nuya yang ingin membangun wadah kreativitas bagi generasi muda untuk bisa berkembang di dunia seni pertunjukan. Ketertarikannya akan pertunjukkan musikal dimulai sejak ia duduk di bangku SMA hingga kuliah.
Konsepnya pun sederhana. Nuya bersama Farras, ingin menghadirkan komunitas yang sepenuhnya digerakkan oleh anak-anak muda di Jakarta dan sekitarnya. Melalui sederet waktu yang panjang, akhirnya mereka mulai mementaskan perdana di tahun 2014.
Tapi sayang seribu sayang. Karena kurangnya minat generasi muda terhadap seni pertunjukan kala itu. Nuya dan juga Farras terpaksa memutar otak dan berusaha optimis agar di kesempatan berikutnya dapat menciptakan penampilan yang memukau dan dilirik oleh masyarakat.
“Karena pada mulanya kita mencoba bikin drama musikal tapi kurang cocok pada target audiens kala itu. Maka kita berusaha menciptakan antitesisnya bahwa kita juga bisa bikin yang lebih bagus dengan dukungan anak muda di industri kreatif ini,” ujar Nuya, saat ditemui tim Froyonion.com, Sabtu (21/10/2023) lalu.
Akhirnya, harapan tersebut bisa direalisasikan dengan penampilan Jakarta Movin untuk kesekian kalinya yang mencapai lebih dari 2 ribu penonton dengan pertunjukan berformat drama musikal melalui judul Musikal Sekolahan.
Musikal Sekolahan merupakan debut Jakarta Movin untuk menyajikan pagelaran drama musikal yang mengisahkan cerita klise soal kehidupan anak SMA yang berkelompok dalam bergaul.
Mulai dari kelompok atau geng berisikan siswa dan siswi yang dikenal kutu buku serta mereka yang akrab dengan tampilan urak-urakan dan memiliki sifat yang rebel terhadap peraturan sekolah.
Faktanya, penampilan perdana mereka ini memang dikemas tanpa membutuhkan banyak properti. Mulai dari set panggung sederhana yang berfungsi sebagai halaman sekolah yang juga terbagi menjadi set ruang kelas. Jadi, semua adegan dilakukan di dalam satu set.
“Pada saat itu masih sedikit pemuda-pemuda yang kita ajak untuk berkarya. Bahkan, seluruh pemain itu masih volunteer dan kita pun belajar bersama mulai dari nol. Dan pada akhirnya, beberapa di antara kita menjadi profesional. Yang sudah terkenal pun tetap berkarya bareng,” timpalnya.
Setelah melalui cerita yang cukup panjang, perjalanan satu dekade Jakarta Movin akhirnya sampai untuk penampilan ke sekiannya dengan membawa format penampilan baru, drama komedi.
Berbeda dengan format drama musikal yang selama ini menjadi ciri khas Jakarta Movin di setiap penampilan, drama komedi yang identik dengan memadukan unsur komedi berhasil disuguhkan dengan penuh reaksi gelak tawa penonton dan akting luar biasa dari para pemain Reuni Nestapa: Cita-Cita dibalas Realita.
Penampilan epik ala Jakarta Movin tersebut membuktikan bahwa tidak ada pakem atau aturan khusus dalam pagelaran seni pertunjukkan. Seperti halnya Jakarta Movin yang sukses beralih sementara melalui medium drama komedi yang jadi favorit penonton.
“Sebelumnya, kita lebih sering dikenal sebagai musikal. Namun, karena kali ini kita tetap ada unsur musiknya tapi bukan berarti drama musikal. Karena syaratnya adalah lagu menjadi penggerak cerita. Namun, kali ini lagu sebagai penghias atau ornamen. Dan tantangan terbaru kita kali ini yaitu mengambil tema komedi yg sebelumnya gak pernah kita ambil,” terang Nuya.
Drama komedi berdurasi kurang lebih 60 menit ini menyuguhkan cerita sederhana yang dikemas menarik. Agus yang punya impian menjadi aktor hebat seperti Reza Rahadian namun terhambat restu orang tua, dan Tuti yang selalu merasa kalah dalam berkarier karena pernah di-PHK saat dahulu bekerja kantoran di ibu kota.
Meskipun baru pertama kali menghadirkan penampilan drama komedi, para pemain di Jakarta Movin sangatlah totalitas. Seperti menyelipkan candaan yang digabung dengan isu-isu ataupun tren yang tengah hangat dibicarakan khalayak hingga kualitas akting yang begitu padat tanpa kesan yang seolah dibuat-buat.
Akhirnya, drama komedi ini berakhir dengan sorak sorai penonton yang begitu meriah, sejalan dengan cerita yang ditutup melalui pesan yang penuh makna tentang arti kegagalan sebagai bagian dari proses pendewasaan manusia menuju kesuksesan.
Bagi kalian yang penasaran dengan penampilan selanjutnya dari Jakarta Movin, selalu pantau melalui akun Instagram dan situs resmi Jakarta Movin. Selamat berkarya untuk nusantara! (*/)
BACA JUGA: ‘ANDAM KARAM’ TEATER EMKA INGATKAN SOAL KESADARAN PSIKO-SOSIOLOGIS