Ruang MES 56 akan menyajikan festival fotografis pertama di Yogyakarta pada 12 Agustus – 11 September 2023 mendatang. Festival yang berskala internasional ini terbuka bagi masyarakat umum yang ingin mengumpulkan karyanya.
FROYONION.COM - Jogja Fotografis Festival (JOFFIS) adalah nama anyar yang akan menambah khazanah perfestivalan yang ada di Yogyakarta. Adapun pihak yang menjadi organizer dalam perhelatan berskala internasional ini adalah Ruang MES 56, sebuah kolektif seniman yang bermarkas di Yogyakarta.
Rencananya festival ini akan diadakan dari 12 Agustus hingga 11 September 2023 mendatang. Tidak hanya berada di satu lokasi saja, melainkan JFF akan tersebar di berbagai titik, yakni di Galeri RJ Katamsi ISI Jogjakarta yang menjadi venue utama, Krack! Studio, Tirtodipuran Link B, Ruang MES 56, Kelas Pagi Yogyakarta, Galeri Pandeng FSMR ISI Jogjakarta, serta Garasi Tirtodipuran.
Adapun orang-orang yang menjadi pentolan dalam JOFFIS 2023 antara lain adalah Akiq AW (Executive Director), Budi N.D. Dharmawan (Research & Education Director), Kurnia Yaumil Fajar (Festival Manager), serta Abimanyu Dirgantara (Admin & Partnership Manager). Keempat orang itulah yang menyusun konsep serta bekerja sama dengan berbagai pihak.
Menurut pengakuan Budi N.D. Dharmawan, inspirasi untuk mengadakan festival ini tidak terlepas dari pengalaman menyenangkan saat dirinya menghadiri festival foto yang ada di Singapore dan Malaysia.
“Saya cerita tentang pengalaman saya datang ke festival foto di Singapore dan Malaysia. Adanya suatu festival kan membuat banyak orang bisa hadir di satu tempat. Kita bisa berjejaring satu sama lain. Yang bukan siapa-siapa bisa duduk dekat dengan orang-orang hebat. Setelah acara bisa ngobrol bareng, bisa saling memberikan masukan terhadap karya. Itu yang kemudian membuat saya pengen membuat festival ini,” ujar Budi sewaktu sesi perkenalan Jogja Fotografis Festival yang diadakan di Galeri Kelas Pagi Yogyakarta pada Selasa, 04 April 2023.
Jika ketertarikan Budi ingin membuat festival berangkat dari pengalaman personalnya, berbeda dengan Akiq AW yang lebih merefleksikan kenapa festival fotografis ini menjadi penting. Bahwa dirinya melihat banyak orang-orang yang berkecimpung di dalam fotografi lebih asik dengan dunianya masing-masing. Sehingga untuk sekedar duduk bareng dan merumuskan suatu festival agak terbilang susah. Belum lagi belum banyak orang-orang baru yang diakui di kancah fotografi.
“Jadi ini persoalan eksistensial. Kalo dibiarkan seperti ini terus-menerus, orang-orang tidak akan melirik fotografi lagi,” tambah Akiq.
Faktor itulah yang kemudian membuat Akiq WA ingin mengadakan festival fotografis. Dan pada waktu itu ada lagi persoalannya bahwa Akiq AW beserta kawan-kawan di Ruang MES 56 berkutat perihal konsep untuk merumuskannya. Supaya ketika suatu festival dibuat dapat memiliki ciri khas daripada festival yang lain.
“Setelah bertahun-tahun Mes 56 memikirkannya, akhirlah tercetuslah ide untuk membuat Jogja Fotografis Festival pada 2022 lalu. Karena ini juga sesuai dengan pengalaman anak MES 56 juga. Sebab walau basisnya adalah fotografi tapi karya-karyanya bisa video, musik, performance. Tapi itu semua bisa kita lihat ada jejak-jejak fotografi di situ,” kata Akiq AW selaku Direktur Eksekutif Jogja Fotografis Festival.
Ia juga menambahkan kenapa memakai nama sifat, fotografis, bukan fotografi. Lantaran dalam festival ini publik harus melihat bahwa fotografis itu bukan sekedar sebagai cara produksi tertentu (seperti menggunakan kamera, printer, kertas), tapi harus melihat bahwa fotografis sebagai perspektif/ sudut pandang.
“Saya ambil contoh, fotografis dalam hal performance, gerakan sosial misalnya, bahwa petani Kendeng yang menyemen kakinya saat demo di Jakarta adalah wujud perlawanan sosial. Nah itu adalah perspektif fotografis dalam wujud performance,” imbuh Akiq AW sewaktu sesi perkenalan Jogja Fotografis Festival yang diadakan di Galeri Kelas Pagi Yogyakarta pada Selasa, 04 April 2023.
JOFFIS 2023 BERTEMAKAN FRAME DAN TERBUKA BAGI SIAPA SAJA
Pada penyelenggaraan Jogja Fotografis Festival 2023, pihak penyelenggara memilih tema “frame”. Frame dipilih lantaran dalam praktik seni, frame adalah hal yang pertama kali menentukan bagaimana seniman akan menyuguhkan karyanya, baik yang bisa dilihat maupun tidak kepada publik.
“Frame ini tentu sangat luas banget. Tapi pada intinya kalo kita mau melihat sesuatu itu harus punya frame. Jadi kalo kita tidak punya frame pengalaman apapun itu tidak bisa kita definisikan, tidak bisa dipahami,” ujar Akiq AW.
Informasi penting lainnya bahwa Jogja Fotografis Festival terbuka bagi siapa saja. Ada dua metode yang digunakan untuk pencarian seniman. Yang pertama adalah dengan riset oleh Tim JOFFIS yang kemudian menemukan seniman yang sesuai. Lalu yang kedua adalah dengan open call/ panggilan terbuka.
Panggilan terbuka ini sifatnya bebas. Siapa saja boleh mendaftarkan diri. Pendaftar bisa mengirimkan karya yang sudah jadi, karya setengah jadi, maupun karya yang baru ada di kepala dengan cara mengirimkan proposal.
“Kami berharap festival ini bisa milik bersama, dalam artian bahwa teman-teman bisa terlibat. Melalui festival ini juga kami pengen menyisir ide-ide baru, bakat-bakat baru dalam fotografis yang mungkin selama ini belum ke-ekspos. Karena kami pikir perlu untuk mendatangkan orang-orang baru, biar nggak itu-itu aja orangnya,” kata Budi.
Adapun batas waktunya open call tersebut sampai dengan 22 April 2023. Para peserta yang mengikuti panggilan terbuka Jogja Fotografis Festival 2023 akan dikuratori oleh dua orang yang ahli di bidangnya, yakni Dito Yuwono dari MES 56, dan Luthfan Nur Rochman dari Forum Lenteng.
Untuk informasi detailnya mengenai tema dan bagaimana mengikuti panggilan terbuka ini bisa cek Instagram @jogjafotografisfestival atau melalui website resminya, www.jogjafotografisfestival.com.
Tapi yang jelas, seperti yang disampaikan Budi di atas, pihak penyelenggara sangat mengharapkan masyarakat umum ikut berpartisipasi dalam panggilan terbuka ini. Toh menurut Direktur Riset dan Edukasi Jogja Fotografis Festival itu bahwa festival ini tidak membatasi para seniman hanya membuat karya foto, bisa ke ranah yang lain asalkan itu masih berkaitan dengan fotografis dan tema yang diangkat.
“Cita-cita kami di JOFFIS 2023 ini nggak cuma bergerak di satu genre, seperti seni, jurnalistik doang, misalnya. Tapi lebih dari itu. Makanya kami mengusung festival fotografis bukan fotografi. Bahwa dengan memilih kata sifat ini (fotografis), justru kami pengen melangkah lebih jauh bahwa fotografi bukan sekedar produk atau tindakan untuk membuat foto semata. Tapi kemudian kita mengangkat fotografis itu sebagai cara pandang,” pungkas Budi. (*/)