Di bulan Ramadan, lo bakal sering ngeliat anak muda bagi-bagiin iftar buat pengendara yang lewat. Kalau iftar on the road di Sudan, lo bakal dipaksa mampir sampai ditarik-tarik baju lo buat ikutan buka puasa bareng mereka.
FROYONION.COM - Iftar on the road di Indonesia biasanya diselenggarakan oleh anak sekolah atau komunitas. Iftar adalah bahasa Arab yang artinya “buka puasa”, hal ini mengacu pada kegiatan makan setelah azan magrib setelah berpuasa. Kenapa orang melakukan iftar on the road?
Banyak fenomena di kota besar seperti seorang pegawai kantoran yang tidak sempat berbuka di rumahnya, lantaran baru pulang kerja di waktu yang mepet dengan berbuka puasa. Banyak juga yang masih bekerja di jalan raya seperti supir taksi dan ojol.
Dengan adanya iftar on the road, diharapkan semua orang yang pulang kerja atau sedang bekerja tetap dapat melakukan buka puasa. Dalam agama Islam, orang yang memberi iftar bagi orang yang berpuasa, dia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tersebut.
Sudan adalah sebuah negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Menahan haus di Sudan kalau belum terbiasa akan sangat sulit, lantaran suhu rata-rata di Sudan bisa mencapai 42 °C. Panas juga ye, kalau di Jakarta kan biasanya cuman 25-32 °C. Namun, panasnya Sudan tidak dijadikan alasan bagi masyarakat sana untuk tidak berpuasa.
Mengutip dari Detik, budaya berbuka puasa di Sudan adalah semua orang berbuka di luar rumah dan beralaskan tikar yang tak terlalu besar. Seperti di area Masjid Mujamma Al Islami atau Masjid Al Noor di Khartoum Sudan, lima keluarga yang tinggal berdekatan, bersatu untuk berbuka puasa di depan salah satu rumah di antara mereka.
Rumah pertama yang menyediakan makanan pokok. Rumah kedua yang menyediakan minuman. Rumah ketiga yang menyediakan hidangan berbuka, dan sebagainya. Selama 30 hari mereka berganti tugas untuk mereka berbuka puasa, juga untuk masyarakat sekitar.
Jika ada orang yang melewati tempat mereka berbuka, mereka tak segan memaksa pejalan kaki yang lewat untuk berbuka bersama mereka. Ini adalah tradisi begal Ramadan di Sudan. Bahkan baju atau tangan lo bisa jadi bakal ditarik-tarik biar lo melakukan buka puasa bersama mereka.
“Gue pernah menuju ke lokasi buka puasa bersama, dan untuk ke sana, gue harus ngelewatin 5 titik begal Ramadan,” kata Muhammad Faiz Alamsyah. “Mereka bakal memanggil kita untuk buka puasa bersama mereka. Gue sampai ditarik-tarik, tapi gue menolak karena sedang menuju lokasi bukber yang lain.”
Faiz menceritakan, bahwa bisa saja yang memaksa lo berbuka puasa ini adalah dua orang yang berbeda lokasi buka puasanya. Mereka akan adu mulut, bahkan kalau di berita, mereka berdua akhirnya dipolisikan karena berebut mengajak orang berbuka puasa. Faiz adalah Ketua Departemen Media dan Informasi Persatuan Pelajar Indonesia di Sudan (PPI Sudan) 2016-2017.
“Mereka biasanya memanggil kita dulu untuk mengajak berbuka. Kalimat mereka biasanya: Ayo ke sini, Andunisi (bahasa Arab untuk orang Indonesia). Kalau jauh lo bisa pura-pura enggak denger, tapi kalau dekat, tangan dan baju lo bakal ditarik-tarik, kayak dibegal lah,” terang Faiz kepada Froyonion.
Faiz menambahkan cerita tentang betapa panasnya Sudan. Selama berkuliah di Sudan, Faiz pernah tinggal di kontrakan yang tidak ada AC-nya. Ngadem pun kalau pakai kipas angin, itu angin dari kipasnya juga panas.
Pernah Faiz merasakan suhu 47 °C ketika musim panas di Sudan, “Itu kalau kita gak pakai pendingin (AC), kasur kita bakal diguyur dulu pakai air dan keringnya pun cepet banget,” kata Faiz. Menjemur pakaian yang habis dicuci pun cukup 3 jam saja, karena kalau lebih dari itu, “Pakaian lo bakal mengeras, kayak kerupuk,” tambahnya. (*/)