Creative

BELAJAR FASHION SAMBIL MENJAGA LINGKUNGAN LEWAT ACARA ‘BATIK KUDUS IN FASHION’

Desainer mode bernama Denny Wirawan memberikan pelatihan tentang fashion kepada siswa SMK Kudus. Denny juga mengajarkan kepada para siswa terkait pentingnya menjaga lingkungan, semuanya tergabung dalam acara ‘Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion’.

title

FROYONION.COM - Limbah pakaian bekas yang berasal dari produk fashion tiap tahunnya terus bertambah dan mengotori lingkungan. Untuk mengurangi dampak buruk tersebut, Denny Wirawan, mengajarkan mereka akan pentingnya menjaga lingkungan dalam acara ‘Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion’.

Bakti Budaya Djarum Foundation bersama dengan Denny Wirawan memberikan pelatihan membuat busana di SMKN 3 dan SMK NU Banat Kudus. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian membatik, serta memelihara kelestarian Batik Kudus sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

Proses pelatihan berlangsung selama 2 minggu mulai 29 Juli hingga 13 Agustus 2022. Dimulai dari pemberian materi, pembagian kelompok dan pembuatan busana, hingga pada acara akhirnya berupa fashion show.

Denny menuturkan bahwa kita harus menumbuhkan kecintaan terhadap bumi, dengan cara jangan terlalu sering membeli baju. Dia menjelaskan bahwa sampah pakaian terbagi menjadi 2 jenis: yang bisa terurai dan sulit terurai. 

“Sampah yang tidak terurai pasti dikarenakan berasal dari polyester dan mengandung plastik, bukan berasal dari serat alam seperti katun, sutra dan linen. Sampah yang berasal dari serat alam bisa terurai dengan tanah dan menjadi pupuk,” terang Denny.

Menurut Denny, manusia harus memperhatikan bumi sebagai lingkungan tempat tinggal. Denny Wirawan pun memiliki produk karyanya sendiri yang bernama Balijava. Dalam pembuatannya, Denny mengkombinasikan banyak motif dan menerapkan konsep sustainable (keberlanjutan).

Sejumlah 182 siswa dibagi menjadi 14 kelompok dengan tema yang telah ditentukan, antara lain Paciencia, Jaring Laba-Laba, Basundari, Kudusan, The Golden Fish, Triasih, Revati, Tabaco, Sheng, Parijoto In Fashion, Back To Nature, Labourer, Jungle, dan The Blessing of Parijoto.

Hasil karya ini dinilai langsung oleh para juri yang terdiri dari Renitasari AdrianProgram Director Bakti Budaya Djarum Foundation; Denny Wirawan, desainer yang juga mentor kegiatan ini; Ria Lirungan, editor in-chief Harper’s Bazaar Indonesia; serta Hagai Pakan selaku fashion stylist

Ada enam kriteria yang dinilai dalam hasil karya yang ditampilkan ini antara lain orisinalitas konsep dan kreativitas, kerapian jahitan, keserasian koleksi (total looks), penerapan desain batik, penerapan konsep sustainability (keberlanjutan), serta daya pakai dan daya jual.

Tiga kelompok pemenang kategori terbaik busana bakal mendapatkan beasiswa Intensive class di ESMOD Jakarta persembahan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. Ketiga kelompok tersebut adalah Kelompok 11 dari SMKN 3 Kudus, serta Kelompok 1 dan 3 dari SMK NU Banat Kudus.

Kelompok terbaik dari kedua sekolah tersebut adalah Kelompok 13 SMKN 3 Kudus dan Kelompok 5 SMK NU Banat Kudus. Ria Lirungan pun memberikan penghargaan untuk kategori Harper’s Bazaar Favourite Look kepada Kelompok 6 dari SMK NU Banat Kudus.

Busana karya Kelompok 6  SMK NU Banat Kudus pada fashion show dalam rangkaian acara Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion bersama Denny Wirawan.
Busana karya Kelompok 6  SMK NU Banat Kudus pada fashion show dalam rangkaian acara Ruang Kreatif: Batik Kudus in Fashion.

Denny Wirawan turut memberikan penghargaan untuk kategori Mentor Favourite Look kepada busana Batik Kudus Kelompok 2 atas nama Ziyan, Dwi, Fatima, & Natasya. Pemenang kategori ini berhak mendapatkan intensive class lebih lanjut bersama Denny Wirawan di Jakarta.

Denny Wirawan pun merasa takjub dengan busana karya siswa SMKN 3 dan SMK NU Banat Kudus. “Hasilnya bagus-bagus, di luar ekspektasi saya. Sebagian busana malah sudah layak jual,” ucap Denny.

Ziyan Faradisa (17) dari SMK NU Banat Kudus yang mendapat penghargaan Mentor Favourite Look menceritakan, bahwa proses pembuat busana sangatlah berkesan. “Semuanya kami kerjakan bareng-bareng. Mulai dari mendesain, menjahit, hingga pengerjaan revisi. Kami mengerjakannya di sekolah dari pagi hingga sore, kadang sampai malam,” ucap Ziyan kepada Froyonion.

Dalam membuat busana, hal yang paling sulit bagi Ziyan dan tim adalah pada tahap penentuan pola. Menurut Ziyan, pola adalah kunci terhadap kecocokan busana. Ziyan bersama dengan anggota timnya melakukan mix and match sampai menemukan pola yang paling cocok menurut mereka.

“Penentuan pemenang ini tidak mudah karena semua peserta memberikan karya luar biasa di usia mereka yang masih tergolong muda ini,” ujar Renitasari. “Dengan sering berlatih, kemampuan mereka akan semakin terasah dan mampu berkarya untuk mewarnai dunia fashion Indonesia.”

Renitasari mengucapkan terima kasih kepada siswa yang antusias berpartisipasi, dan mengucapkan selamat kepada para pemenang dalam acara Batik Kudus in Fashion. Dia berharap semoga prestasi para siswa dapat menginspirasi dan menumbuhkan semangat masyarakat untuk mencintai budaya Indonesia. (*/)

BACA JUGA: APA SIH BEDANYA 'STYLE' DAN 'LOOK' DALAM FASHION?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung