Akun Instagram @sltyhub menyentil bagaimana ‘hedon’nya gaya hidup anak muda di Jakarta, khususnya bagian Selatan. Konon mereka bisa kayak gitu karena tinggi literasi keuangan? Lah?
FROYONION.COM - Akhir-akhir ini lagi rame banget unggahan akun Instagram @sltyhub yang menyindir gaya hidup anak muda di Jakarta Selatan.
Pasalnya, menurut pengamatan yang dilakukan sama pemilik akun tersebut, banyak generasi Z Jaksel yang sangat mementingkan fashion item yang mereka pakai demi meningkatkan kelas sosial mereka. Contohnya kayak unggahan di bawah ini.
Menanggapi unggahan-unggahan mereka, berbagai komentar pun bermunculan. Mulai dari yang mendukung penuh atas dasar relate dan ada juga yang ngata-ngatain konten meme mereka yang dianggap berlebihan.
Terlepas dari pendapat netizen, keberadaan anak muda Indonesia yang sangat mementingkan fashion item yang mereka pake memang nyata adanya. Mayoritas dari golongan tersebut banyak ditemukan di bilangan Ibu Kota khususnya bagian Selatan. Buat kalian yang ada di luar area tersebut, berbahagialah karena nggak usah musingin perdebatan ini.
Tapi setidaknya menarik untuk diketahui, kalo perilaku konsumtif yang cenderung hedonis ini juga turut dipengaruhi sama tingginya literasi keuangan anak-anak muda di sana.
Lah? Maksudnya gimana?
Gini-gini.
Kebanyakan dari kita berpikir bahwa semakin tinggi literasi keuangan yang kita punya, maka semakin bijak perilaku yang kita cerminkan dalam mengatur uang. Literasi keuangan itu sendiri, dilansir dari Otoritas Jasa Keuangan, adalah kemampuan seseorang untuk memahami tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Mengacu dari maknanya, seharusnya kan orang yang literasi keuangannya tinggi makan akan lebih bijak mengatur uang bukan?
Iya, kalo literasi keuangannya tinggi dan berhasil dipahami. Kalo gagal paham?
Menurut pendapat mimin @sltyhub, perilaku anak muda Jaksel yang bela-belain beli New Balance 990 mayoritas menggunakan fitur paylater alias beli sekarang bayar belakangan dengan nyicil Rp8-9 juta untuk sepasang sepatu ini belom termasuk bunga.
Meleknya mereka sama cara memanfaatkan fitur paylater ini kan termasuk ‘cipratan’ dari literasi keuangan yang pengaplikasiannya salah kaprah.
BACA JUGA: TERGIUR PAKAI PAYLATER? ANAK MUDA PERLU PERTIMBANGKAN HAL INI DULU
Perlu dipahami fitur-fitur PayLater yang disediakan sama penyedia jasa keuangan punya kebijakan yang berbebeda-beda. Ada yang bunganya cenderung kecil, ada juga yang besar. Ada yang limit-nya rendah, ada juga yang tinggi.
Seharusnya penggunaan paylater harus diimbangi dengan kemampuan anak muda untuk ngitung cicilan per bulan kalo ditambah bunga. Belom lagi keperluan sehari-hari hingga mendesak yang datang per bulan. Kalau-kalau budget kebutuhan pokok hingga dana darurat sampe kepotong hanya karena cicilan Pay Later, pantaskah disebut bijak?
Lagi, unggahan @sltyhub memanglah bikin hati sebagai orang panas, tapi tetep ada unsur benernya juga. Perilaku anak muda Jaksel yang dianggap menggunakan barang branded untuk menaikkan status sosial ini turut diafirmasi sama penelitian Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia berjudul Fanatisme Budaya Hypebeast di Kalangan Anak Muda Jakarta.
Brand-nya boleh beda, tapi polanya sama. Anak muda Jakarta cenderung membeli produk bukan karena kegunaannya tapi lebih mengkonsumsi tanda dari fashion item itu. Hal ini turut sejalan dengan teori masyarakat konsumsi Jean Baudrillard yang bilang kalo masyarakat belom punya pembahasan mendalam soal investasi, hanya fokus pada konsumsi untuk menaikkan status sosial, gengsi, rasa bangga, dan menghamburkan uang.
BACA JUGA: 5 HAL YANG BIKIN ANAK MUDA MAKIN TEKOR KELOLA KEUANGAN
Itulah sebabnya mengapa ‘harus’ New Balance 990 dan bukan sneakers diskonan di mall. Karena dengan menggunakan sepatu branded itu, mereka merasa kelas sosial mereka meningkat dan bisa masuk ke circle pergaulan yang gaul.
Syukurlah jika hanya segelintir anak muda Jaksel yang seperti ini. Karena kalo mayoritas kayak gini, bisa-bisa anak muda hancur duluan sebelum bisa menyiapkan masa tua yang nyaman.
Jangan sampe kayak gitu deh, Civs. Bergaya itu boleh. Tapi disesuaikan sama kemampuan kantong ya. PayLater itu boleh, tapi kalkulasikan kebutuhan pokok dan dana darurat dulu.
Jangan jadi anak muda yang gaya setinggi langit tapi ekonomi sulit~ (*/)