Kreatif

4 POIN PENTING WAWANCARA ALA PODCASTER MAKNA TALKS IYAS LAWRENCE

Sebagai orang yang pernah menjadi penyiar radio, jurnalis, dan kini podcaster, bertanya-tanya ke orang tentu sudah jadi makanan sehari-hari Iyas. Di artikel ini, kami rangkum tentang kiat-kiat jadi interviewer ala founder Makna Talks.

title

FROYONION.COM - Bagi anak muda zaman sekarang, nama Iyas Lawrence lebih dikenal sebagai podcaster dan founder Makna Talks. 

Mengundang narasumber ternama seperti Dian Sastrowardoyo, Jerome Kurnia, hingga Aldi Haryopratomo di podcast terbarunya (episode 246), Iyas berhasil menjadikan Makna Talks sebagai platform yang memberikan makna melalui obrolannya dengan para narasumber. 

Sesungguhnya, sebagai pengemban Sarjana Desain dari Universitas Bina Nusantara, Iyas memulai kariernya sebagai fotografer di tahun 2014 silam. Kemudian di Vice sebagai Art Director tahun 2016-2018. ‘Selesai’ dengan dunia desain, Iyas menjadi pembawa berita di SEA Today. Dari sinilah ‘karier jurnalisme’-nya dimulai.

Kemudian pada tahun 2021 hingga sekarang, Iyas menjadi penyiar radio Hard Rock FM– sembari mengurus Makna Talks sebagai founder. 

Berarti kurang lebih 7 tahun sudah Iyas menggeluti pekerjaan yang mayoritas isinya mewawancarai narasumber. Tentu dari banyak pengalamannya tersebut–baik sebagai jurnalis, penyiar radio, dan podcaster–mengasah teknik dan cara wawancara Iyas.

4 POIN UTAMA 

Di sesi ‘Walk the Talk: Find Meaning’ yang ia bawakan di IdeaTalks 2023 pada Sabtu (30/9) lalu, Iyas membagikan caranya menyusun pertanyaan wawancara. Ia menyebutnya Program Paper. 

Ada 4 bagian dalam program paper ala Iyas: 

  1. Pembuka atau opening
  2. Fakta tentang narasumber
  3. Topik
  4. Pertanyaan

“Fakta, topik, dan pertanyaan, harus relate sama narasumbernya. Di sinilah tugas kita untuk riset tentang narasumber tersebut,” kata cowok yang punya hobi main golf ini. 

Riset yang dimaksud sebenarnya cukup mendasar tapi semakin detail semakin baik. Misalnya tidak hanya tahu tanggal lahir sang narasumber, tapi juga tahu zodiaknya. Tidak hanya tahu apa hobinya, tapi juga tahu bersama siapa dia melakukan hobi tersebut dari foto-foto Instagramnya. 

Iyas juga menekankan bahwa memosisikan diri sebagai teman dengan narasumber dapat menciptakan suasana yang lebih santai sehingga dapat membuat narasumber nyaman dan mau bercerita. Namun, trik ini juga harus disesuaikan dengan kepada siapa kita berbicara.

Dalam arti lain, pembawaan kita sebagai pewawancara harus fleksibel untuk bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi. 

DINGIN VS HANGAT: PILIH YANG MANA?

Selain itu, menurut Iyas ada 2 tipe pewawancara yang ia observasi dari pengalamannya, yaitu tipe pewawancara yang dingin dan hangat.

“Kalau dingin itu biasanya dia nanya tanpa bridging, kayak Soleh Solihun lah. Sedangkan yang hangat itu kayak, let’s say, Andy Noya. Dia kan tipe yang harus duduk dulu, nanya kabar dulu, baru wawancara,” jelasnya.

Namun, penting bagi pewawancara, menurut Iyas, untuk bisa menggabungkan kedua hal tersebut. Agar target wawancara kita tercapai dan narasumber pun dapat dengan nyaman ngobrol dengan kita.

“Karena gue, alhamdulillah, punya pengalaman baik sebagai jurnalis dan penyiar radio, gue jadi bisa membalut pertanyaan-pertanyaan dingin dengan sentuhan entertainment. Menurut gue ini cara terbaik yang bisa gue lakukan sekarang,” tuturnya. 

Memang hanya secuil tips yang dibagikan Iyas pada sesi IdeaTalks kali ini. Namun, kalian bisa mengikuti workshop satu ini untuk tahu lebih dalam!

(*/) 


 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.