Kreativitas memang beda tipis dari kelicikan. Tapi tetap berbeda kok. Apa bedanya? Simak di sini.
FROYONION.COM - Pernahkah kalian bertanya: “Apa sih risiko jadi pekerja kreatif?”
Kalau dipikir-pikir lagi memang risiko jadi seorang pekerja kreatif pasti ada. Kalo ngomongin soal waktu kerja, kita cenderung lebih banyak lembur dibanding yang kantoran–apalagi kalo lagi ada syutingan, produksian, atau pitching.
Kerjaan kita yang menuntut kita untuk ngeliat layar gadget dalam jangka waktu yang panjang juga berisiko buat kesehatan kita. Baru aja desainer gue sakit mata sama kepala karena kebanyakan liat laptop. Hadeh…
Tapi karena lo nanya kayak gitu gue jadi inget sama salah satu jurnal penelitian yang pernah gue baca tentang malevolent creativity–alias bagaimana seseorang menggunakan kreativitasnya untuk melakukan kejahatan yang membahayakan banyak orang.
Sebagai pekerja kreatif, tentunya definisi kreativitas yang gue tahu adalah tentang bagaimana cara memecahkan masalah, membentuk ide-ide yang unik, bikin karya seni yang nyentrik, dan sebagainya. Ternyata, definisi kreativitas yang selama ini gue tahu termasuk ke dalam definisi benevolent creativity–yang artinya jenis kreativitas yang disalurkan lewat karya-karya yang berdampak baik bagi masyarakat luas.
BACA JUGA: EMANG BENER KREATIVITAS TERBATAS DI BIDANG PEKERJAAN TERTENTU?
Contohnya kayak Alexander Graham Bell deh sang pencipta telepon. Beliau berhasil jadi orang kreatif yang membuat suatu teknologi baru yang berguna buat kita semua sampe sekarang.
Dia juga bisa dibilang sebagai orang kreatif juga karena memenuhi ‘4 indikator orang kreatif’ ala Cropley: menghasilkan gagasan atau karya yang relevan, baru, berguna, dan bisa diaplikasikan sama orang lain.
Nah, Bang Bell ini bisa memenuhi keempat indikator tersebut. Beruntungnya, karya yang dia ciptakan bisa berguna dan punya dampak positif buat kita sampe sekarang.
Tapi gimana dengan bom nuklir karya Albert Einstein?
Di satu sisi, karya Einstein ini merupakan sebuah inovasi teknologi yang canggih parah. Lewat kecerdasannya, Einstein membuktikan kalo dia bisa bikin bom nuklir yang bener-bener bekerja dan termasuk teknologi baru yang belom pernah diciptakan sama siapapun di tahun 1945.
Di sisi lain, bom karya Einstein menghancurkan hidup jutaan orang di Hiroshima dan Nagasaki. Sampe sekarang kalo lo baca-baca kisah tentang Einstein, dia selalu bilang kalo dia nyesel bikin bom itu.
Artinya, kreativitas Einstein malah berujung menimbulkan malapetaka buat banyak orang. Tanpa disadari ternyata Einstein udah mewujudkan malevolent creativity-nya.
Kalo contoh orang yang sadar melakukan malevolent creativity mungkin Osama bin Laden sih (kalo nggak kenal beliau siapa boleh baca-baca di Google). Suka atau nggak suka, Osama bin Laden termasuk orang kreatif kalo dinilai lewat ‘4 indikator orang kreatif’ tadi. Ya sayangnya, dia memanfaatkan kreativitasnya untuk aksi kejahatan yang jadi sejarah sampe sekarang.
Jadi intinya kalo menurut penelitian yang gue baca, kreativitas juga bisa berdampak buruk dan bikin manusia jadi makhluk yang licik. Ternyata nggak selamanya kreativitas berdampak positif ya.
Tapi kalo menurut gue mah, manusia itu kan makhluk ciptaan-Nya yang kompleks. Selain otak yang mengandung kreativitas, kita juga punya hati nurani, dan rasa kemanusiaan yang harus selalu kita asah.
Nggak perlu takut kreativitas lo akan berubah jadi kejahatan kalo lo inget untuk terus menggunakan hati nurani dan mempertajam sisi kemanusiaan lo, gue yakin kita akan menjadi pelaku-pelaku benevolent creativity, kok. (*/)