In Depth

UNPAID INTERNSHIP? PIKIRIN HAL INI SEBELUM DAFTAR!

Ini magang apa romusha deh, bayarannya cuma terima kasih? Itulah yang dimaksud dengan unpaid internship.

title

FROYONION.COM - Kalo lo sadar, sekarang lagi jaman-jamannya anak muda atau mahasiswa nih berbondong-bondong ngumpulin pengalaman buat menuhin CV mereka di Linkedin. Sebenarnya bagus sih, tapi yang gue liat ada dari mereka yang rela buat ngorbanin waktu dan tenaga mereka ke perusahaan yang cuma mau nyari keuntungan dari ngikis budget pengeluaran, dengan buka lowongan magang unpaid.

Apalagi alasan mereka nggak ngasih uang upah atau uang transport itu biasanya karena program mereka ditujukan buat mahasiswa yang perlu nilai. Menurut gue itu unfair, dikira anak magang berangkat kerja nggak perlu ongkos kali ya?

Menurut hukum sebenarnya gimana sih tentang hak-hak para anak magang? Kalo tertulis di dalam Pasal 2 UU Ketenagakerjaan anak magang itu punya hak, antara lain:

1. Diberikan uang saku/transport

2. Dapat jaminan sosial tenaga kerja

3. Mendapatkan sertifikat setelah lulus program

Tapi kita sendiri tinggal di Indonesia dimana peraturan tertulisnya itu suka nggak jalan sama apa yang ada di lapangan, anak muda yang belum punya pengalaman apa-apa kadang juga engga tau hak yang harus didapat apa aja. 

Jadi sebenernya worth it atau engga sih kalo lo mau magang dibayar ucapan terimakasih? Nah sebagai orang yang pernah ikut magang unpaid dan paid, gue punya faktor-faktor penting nih untuk lo pertimbangin kalo mau daftar di suatu program magang unpaid. 

1. Value Perusahaan

Maraknya berbagai perusahaan yang ada sekarang udah berani buka lowongan magang unpaid nih kalo lo liat di platform job seeker. Yang gue maksud dari value perusahaan adalah apa nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan tersebut yang bisa lo ambil dan berdampak baik bagi lo. 

Misalnya perusahaan A itu punya nama besar, satu Indonesia pasti nggak asing denger namanya. Walaupun nggak terkenal segitunya, seenggaknya perusahaan itu punya track record bagus di bidangnya. Jadi meskipun cuma dapet sertifikat dan pengalaman, nama perusahaan itu bisa mempercantik CV lo.

2. Durasi dan Sistem Kerja

Ini salah satu perhitungan yang nggak kalah penting menurut gue untuk jadi patokan kalo lo mau magang di suatu tempat. Sebelum lo apply di suatu company pasti kan di keterangannya dikasih tau regulasi berapa bulan dan sistem kerja nya, entah full WFH, WFO setiap hari, atau hybrid

Gue rasa full WFH adalah sistem kerja paling okay kalo skema magangnya nggak dibayar, karena lo hanya mengeluarkan uang buat internet dan tenaga. Menurut gue hindarin sistem full WFO kalo lo nggak mau boncos di transportasi deh, tapi kalo lo magang karena gabut itu cerita lain ya Civs.

3. Deskripsi Kerja

Diperiksa dan dipastiin lagi job description yang dikasih sama perusahaan, selaras engga sama posisi yang lo apply. Karena kadang perusahaan ini suka banget gabung-gabungin kerjaan yang harusnya dikerjain sama 2–3 orang.

 Contohnya, lo apply di posisi Copywriter tapi disuruh jadi talent, ngedit video, sama bikin design visual nya. Engga masuk kan? dari sini lo juga jangan takut untuk nolak dengan alasan yang jelas.

Itu dia beberapa faktor yang bisa lo pertimbangin ketika ada tawaran atau lowongan magang bersifat unpaid. Sekarang bisa lebih jeli pas cari magang kan, Civs?

BACA JUGA: UNPAID INTERNSHIP? SEBUAH PILIHAN YANG JUSTRU MERUGIKAN PERUSAHAAN

Jujur pertama kali gue magang itu berada di salah satu stasiun radio Jakarta yang dibawah naungan perusahaan korporat yang memang cukup terkenal. Yang bikin gue kaget banget adalah perusahaan sebesar itu cuma bisa provide benefit pengalaman dan sertifikat aja, loh terus kenapa tetep gue jalanin? 

Karena disitu ada pros dan cons yang gue pertimbangin ketika gue daftar. Perusahaan itu ternama dan besar, jadi gue pikir disini lah kesempatan yang bisa gue jadiin batu loncatan. 

Sistem kerja gue waktu itu hybrid 3x WFO dengan jam kerja 7 jam/hari, dengan job description yang sesuai, workload ringan dan menyenangkan (ekhem). Jadi ketika gue magang nggak dibayar waktu itu gue ngerasa masih bisa handle aja pas jalanin.

Anehnya setelah beberapa waktu gue lulus dari program magang itu, ketika gue ngelamar di stasiun radio yang nggak kalah terkenal di Jakarta, gue serasa ditampar oleh mirisnya kewajiban yang lebih tega dari stasiun radio sebelumnya. 

Dengan embel-embel sertifikat dan bayaran terima kasih, gue diharuskan untuk WFO setiap hari dengan jam kerja 9–5 alias sama dengan karyawan full time. Ya bedanya mereka dibayar, gue nggak. Ini anak magang makan angin kali ya?

Jadi kalo lo mau ambil magang bersifat unpaid, cari tau apa aja yang bisa lo ambil keuntungannya selain dari sertifikat. Entah nilai perusahaannya tinggi dan bisa mempercantik CV, sistem kerja nya remote, atau gimana perusahaan itu kasih peluang anak magangnya buat jadi full time. Intinya ada nilai lebih yang lo ambil dari perusahaan ini, biar ngga miris-miris amat lah.

Sebenarnya semua ini tergantung gimana lo ikhlas ngejalaninnya buat pure dapet pengalaman atau biar ditambah punya selingan uang jajan juga. Tapi menurut gue, kalo lo udah punya pengalaman sebelumnya lebih baik cari magang yang bersifat paid

Karena dari pengalaman gue, job description dan alur kerja lo akan lebih jelas dan dipandu lebih baik oleh user ketika perusahaan udah berani punya budget untuk anak-anak magang.

Dari sini, tinggal gimana pinter-pinternya lo cari lowongan magang deh. Hustling buat mempercantik CV itu boleh tapi jangan mau dirugiin sama perusahaan lewat unpaid internship ya, Civs! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ezarine Vani

An obsessive watcher of TV series, 24/7 music listener, and eggs connoisseur.