In Depth

TIKET NAIK KE CANDI BOROBUDUR DIRASA TERLALU MAHAL BUAT TURIS LOKAL, APAKAH ADA OPSI LAINNYA?

Beberapa waktu lalu pemerintah kita berniat menerapkan sistem tiket bagi turis yang ingin naik ke Candi Borobudur, alasannya sih guna menjaga kelestarian area sekitar. Tapi untuk ‘greater good’ ini, ada opsi lain nggak sih selain harus pasang tarif yang nggak murah?

title

FROYONION.COM - Pemerintah berencana menetapkan harga tiket naik ke Candi Borobudur bagi turis lokal sebesar Rp750.000/orang. Menurut Luhut Binsar Pandjaitan, penetapan harga tiket ini bertujuan untuk menjaga kelestarian candi itu sendiri.

Pemberitaan tentang harga tiket naik ke atas Candi Borobudur yang fantastis ini rupanya masih sering disalahartikan sama netizen. Padahal yang sebenarnya, harga tiket sebesar Rp750.000 ini adalah biaya yang perlu lo bayarkan jika lo pengen naik ke area atas candi. Sedangkan harga tiket masuk ke kawasan candi masih nggak berubah kayak sebelumnya, yaitu sebesar Rp50.000.

Dikutip dari Kompas, Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata, Dony Oskaria menyebutkan bahwa penetapan harga ini dilakukan atas pertimbangan para ahli khususnya dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, yang sejatinya memang mengurusi konservasi kawasan Candi Borobudur.

Penetapan harga naik ke atas candi ini seakan menjadi buntut dari masalah sebelumnya, dan jelas menuai pro-kontra di tengah masyarakat. Banyak yang setuju harga naik dengan alasan ‘menjaga kelestarian kawasan candi’, dan banyak juga yang nggak setuju karena harga tiket itu dianggap nggak masuk di ‘kantong’ turis lokal. 

Lalu, apakah penetapan harga tiket yang lumayan tinggi ini cukup bijak untuk diterapkan bagi turis lokal?

Pada tahun 2019, pengunjung yang datang ke Candi Borobudur diklaim bisa mencapai 8.000 orang per harinya. Padahal menurut hasil studi Balai Konservasi Borobudur, idealnya Candi Borobudur cuma mampu menampung pengunjung sebanyak 128 orang per sekali kunjungan.

Juga mulai bulan Februari tahun 2020, turis yang datang ke Candi Borobudur nggak boleh naik hingga ke puncak, khususnya lantai 9 dan 10 di mana stupa terbesar berada. Alasannya karena banyak turis lokal yang berperilaku seenaknya kayak memanjat dan menduduki stupa hingga timbul kerusakan permanen hingga 30 persen. Semenjak kerusakan itu, turis yang datang dibatasi dan cuma bisa naik hingga lantai 8 aja.

BACA JUGA: HIDUPKAN KEMBALI DESA WISATA KULON PROGO LEWAT PAMERAN EKONOMI KREATIF DI YIA

Berdasarkan beberapa faktor ini, rasanya ‘masih agak’ masuk akal jika akses turis ke bagian atas Candi Borobudur dipatok dengan penarikan tiket lagi. Consent untuk nggak merusak lingkungan candi saat turis berkunjung ke Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) kayak Candi Borobudur memang dibutuhkan banget. Karena sayangnya, turis lokal kita memang masih banyak yang nggak ‘tahu diri’ pas lagi berkunjung ke destinasi wisata.

Tapi yang jadi pertanyaan, ada solusi lain nggak sih untuk menjaga kelestarian area wisata tanpa harus memberlakukan tarif yang nggak murah? 

Salah satu solusi yang mungkin bisa dicoba yaitu membatasi kuota kunjungan turis per harinya, kemudian diperkuat dengan pembagian kuota pengunjung harian dalam beberapa sesi kunjungan. 

Sesuai studi dari Balai Konservasi Borobudur, kuota turis sebanyak 128 orang per sesi dirasa jadi jumlah ideal untuk naik ke bagian atas Candi Borobudur. Kemudian, aktivitas turis selama berada di bagian atas Candi Borobudur memang perlu diawasi oleh pihak pengelola. Segala aktivitas mencurigakan yang berpotensi merusak candi bisa dicegah secara langsung.

Ambil contoh Colosseum di Roma. Salah satu destinasi Seven Wonders of the World ini membatasi kuota pengunjung sebanyak 3.000 turis per hari guna menjaga kelestarian area Colosseum. Untuk itu, reservasi sebelum kunjungan jadi aspek penting bagi turis yang ingin berkunjung ke sana. Sistem reservasi ini juga dinilai efektif karena mampu mencegah adanya lonjakan pengunjung saat peak season dan mencegah potensi kerusakan area wisata.

Kemudian, misal pemberlakuan sistem tiket yang mahal ini direalisasikan, maka rasanya biaya sebesar Rp750.000 ini bukan angka yang ideal. Candi Borobudur seharusnya menjadi destinasi wisata yang inklusif dan bisa diakses oleh banyak lapisan masyarakat. Harga tiket kisaran Rp200.000 – Rp500.000 dirasa lebih masuk akal, dan lebih bisa diterima oleh turis lokal kita. 

Meskipun begitu, untungnya keputusan ini masih belum final. Pemerintah masih harus melakukan evaluasi kebijakan yang tepat demi kenyamanan semua pihak.

Keputusan apapun yang nantinya diambil pemerintah terkait Candi Borobudur diharap bisa mewadahi keinginan dan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Sebagai salah satu ikon wisata negara, Candi Borobudur hendaknya jangan menjadi ‘asing’ bagi tuan rumahnya sendiri. 

Semoga pemerintah kita bisa melihat bigger picture dari kendala pariwisata di negara kita ya. (*/)

BACA JUGA: BUDAYA BLOKIR WEBSITE ALA PEMERINTAH: SOLUSI CEPAT, NAMUN APAKAH TEPAT?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.