In Depth

TERAPI SENI UNTUK DEPRESI

Seni sebagai terapi akan membuka saluran komunikasi antara rasa sakit yang tak terungkap atau depresi dengan kekuatan penyembuhan batin kita.

title

FROYONION.COM - Seni, dalam bentuk apa pun, adalah ekspresi simbolis dari dunia batin seniman. Dunia batin ini adalah wadah untuk eksplorasi diri, artikulasi konten pikiran bawah sadar,  pertumbuhan, dan pemulihan psikologis. Kita bisa merasakan hubungan antara menciptakan atau menggunakan seni dan proses penyembuhan batin. Banyak pelukis (seperti Picasso dan Van Gogh), pematung, musisi, dan penulis hebat menjalani kehidupan di mana seni terkait dengan masalah kesehatan mental.

Tapi kamu tidak harus menjadi musisi atau pelukis untuk menggunakan seni sebagai penyembuhan mental atau depresi. 

Ada teman saya yang memiliki masalah kesehatan mental, dan dia suka melukis. Dia melukis bukan sebagai profesi, dia hanya melukis karena memang suka melukis, dan dia melakukan itu sebagai terapi untuk depresi yang dia alami. Melukis membuatnya tetap stabil, di samping dia juga rutin minum obat dari psikiater.

Atau, jika kamu adalah seniman, kamu juga tidak harus menjadi seniman profesional untuk mendapatkan manfaat dari terapi seni untuk depresi. Itu karena esensi dari efek kuratifnya bukan terletak pada kualitas artistik karya kamu, tapi terletak pada eksplorasimu dan bagaimana kamu mengekspresikan pengalamanmu yang paling intim, yang bahkan, pengalaman intim itu sering kamu sembunyikan dari dirimu sendiri.

BACA JUGA: MELAHIRKAN IDE KREATIF ALA PABLO PICASSO DAN LUDWIG VAN BEETHOVEN

BUKTI TERAPI SENI

Dikutip dari American Psychological Association, bahwa terapi seni memberi kita kesempatan untuk mengekspresikan diri secara imajinatif, otentik, dan spontan. Dan hasil dari karya terapeutik dengan seni adalah pemenuhan pribadi, reparasi emosional, dan juga transformasi.

Terapi seni menggunakan tarian, drama, musik, puisi, dan seni visual untuk membantu klien mengekspresikan diri. Ini didasarkan pada gagasan mendasar tentang pendekatan holistik kepada orang-orang. Dengan kata lain, kita adalah makhluk non-verbal sebagaimana kita adalah makhluk verbal, dan yang non-verbal berpotensi lebih kuat dari yang verbal.

Seni, yang non-verbal dan simbolis, membuka jalan menuju bagian-bagian mental atau jiwa kita yang tidak dapat diungkapkan secara verbal.

Dan temuan yang dilaporkan memberitahu kita tentang kekuatan seni bagi mereka yang berjuang dengan suasana hati depresi.

Sebuah studi tahun 2007 dari Florida State University yang dilakukan pada sekelompok narapidana mengkonfirmasi bahwa mereka yang terlibat dalam pengobatan terapi seni selama delapan minggu mengalami penurunan gejala depresi yang signifikan. Narapidana memiliki keinginan kuat untuk tidak mengungkapkan masalah mereka secara verbal karena bisa saja itu akan menempatkan mereka dalam lebih banyak masalah. Oleh karena itu, sifat seni non-verbal untuk depresi berfungsi sebagai saluran yang ideal untuk menghadapinya.

Sementara itu sebuah studi 2012 dari Seoul Women's University yang dilakukan pada orang dewasa yang lebih tua mengungkapkan bahwa menggunakan terapi seni untuk menargetkan depresi dapat mengurangi emosi negatif, meningkatkan harga diri dan mengurangi kecemasan. Efeknya sangat jelas, dengan penurunan perasaan negatif lebih dari 85 persen. Studi lain dengan orang tua juga mendukung klaim tersebut. Gejala depresi berkurang secara dramatis setelah hanya enam minggu terapi seni.

SEBERAPA EFISIENSINYA SENI UNTUK DEPRESI?

Kita dapat mencari jawaban dalam penelitian yang membandingkan efek terapi psikodinamik verbal tradisional dan terapi seni psikodinamik singkat. Ada wanita dengan depresi menjalani sepuluh sesi mingguan dari salah satu pendekatan ini untuk mengobati depresi. Hasil menunjukkan bahwa seni dan psikoterapi verbal sebanding, dan keduanya membawa bantuan untuk depresi.

Juga, sebuah organisasi Inggris yang bernama Arts and Minds, telah menemukan tentang pencampuran seni dengan intervensi kesehatan mental. Keterlibatannya bersaksi tentang tingkat efektivitas seni untuk depresi, di samping gangguan kesehatan mental lainnya. Salah satu dari mereka ada yang mengatakan: "Itu adalah cara saya bisa mengekspresikan diri dan membiarkan bagaimana perasaan saya untuk benar-benar muncul."

Terlepas dari penelitian ini yang melihat bagaimana seni bekerja untuk mengurangi depresi, pandangan keseluruhan tentang terapi seni adalah lebih dari positif. 

Dan seni, sebagai terapi, akan membuka saluran komunikasi antara rasa sakit yang tak terungkap atau depresi dan kekuatan penyembuhan batin kita. Dalam perumpamaan psikolog Carl Gustav Jung, diilustrasikannya seperti ini: "Tidak ada pohon yang tumbuh ke surga, kecuali akarnya menembus lebih dulu ke neraka." (*/)

BACA JUGA: WALAU BUTA WARNA, VAN GOGH BERHASIL MEMBUAT LUKISAN YANG SEMPURNA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akim Mahesa

Founder akun jasa curhat @curehead.id, freelance copywriter, dan penulis buku "Selain Berengsek Hidup Ini Penuh Hal Paradoks