Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan jumlah pembunuh berantai terbanyak di dunia, dan sebagian besarnya, berasal dari tahun 1980an. Penasaran nggak kenapa?
FROYONION.COM – Fun fact, Amerika Serikat memegang rekor sebagai negara dengan jumlah pembunuh berantai terbanyak di dunia. Data dari World Population Review menunjukkan kalau negeri Paman Sam memiliki total 3.204 orang pembunuh berantai. Negara di posisi kedua adalah Inggris dengan total 166. Beda jauh!
Ini tentu bukan prestasi yang layak dibanggakan. Tapi uniknya, sebagian besar dari pembunuh berantai ini berasal dari tahun 1980an.
Lebih tepatnya, jumlah pembunuh berantai di Amerika mulai mengalami kenaikan sejak 1950an hingga 1960an, lalu memuncak di tahun 1970an hingga 1980an, kemudian barulah menurun sampai tahun 2010an.
Penasaran nggak sih, apa yang terjadi di tahun 1980an sampai jadi “golden age” buat manusia-manusia kejam ini? Beberapa hal berikut mungkin adalah penyebabnya.
The Great Depression atau Depresi Besar yang terjadi di Amerika Serikat pada 1929 disinyalir sebagai salah satu faktor membludaknya jumlah pembunuh berantai di tahun 1980an. Pada era Depresi Besar, negara adidaya ini mengalami kelesuan ekonomi besar-besaran yang berpengaruh pada hampir seluruh faktor kehidupan.
Krisis ekonomi ini turut mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan berimbas pula pada kondisi keluarga yang berantakan. Orang tua yang tidak bekerja lalu menjadi emosi dan mencari pelampiasan pada anak-anaknya atau bahkan mengabaikan keluarganya.
BACA JUGA:
LIST REKOMENDASI DOKUMENTER KRIMINAL NYATA YANG BIKIN OVERTHINKING PARAH
Dari keluarga-keluarga bermasalah inilah lahir anak-anak pada tahun 1950an hingga 1960-an yang kelak tumbuh menjadi pembunuh berantai. Masa kecil yang penuh dengan kekerasan, pengabaian dari orangtua dan kurangnya kasih sayang dari orang-orang terdekat membentuk mereka menjadi pribadi yang kejam dan psikopat.
Hal ini bisa dibuktikan dari banyaknya pembunuh berantai yang memiliki kemiripan latar belakang kehidupan semasa kecil. Mereka kerap mendapat kekerasan verbal maupun nonverbal dari orangtua, keluarga atau bahkan teman sebaya.
Salah satu contohnya adalah Richard Ramirez. Pembunuh berantai yang meneror Los Angeles pada 1985 ini diketahui memiliki seorang ayah pecandu alkohol yang sering memukulinya ketika kecil. Nggak hanya itu, Ramirez juga mendapat pengaruh buruk dari saudara sepupunya sejak ia masih remaja.
Pernah liat orang mengarahkan jempol ke atas di pinggir jalan dan berharap dapat tumpangan kendaraan? Ini dinamakan hitch-hiking alias nebeng dan sudah jadi budaya yang cukup populer di Amerika Serikat dan Eropa. Nah, budaya nebeng inilah yang dimanfaatkan pembunuh berantai untuk mencari target korbannya.
Edmund Kemper, pembunuh berantai yang aktif pada 1964 hingga 1973, merupakan salah satu yang memanfaatkan budaya hitch-hiking dalam menjalankan aksinya. Ia akan mengangkut wanita-wanita yang nebeng di sekitar University of California, Santa Cruz untuk kemudian dibawa ke tempat terpencil dan dihabisi.
BACA JUGA:
FANATISME SAMA PELAKU KRIMINAL? HATI-HATI LO KENA HYBRISTOPHILIA
Selepas tahun 2000an, hitch-hiking nggak sepopuler dulu lagi. Kepemilikan mobil pribadi meningkat karena harganya yang cenderung lebih murah dan lebih mudah didapat.
Masyarakat khususnya orangtua juga menjadi lebih awas akan fenomena pembunuh berantai yang mengincar korban melalui budaya nebeng. Praktis, jumlah pembunuh berantai pun turut berkurang.
Uji tes DNA terbukti punya peran besar dalam pengungkapan kasus kriminal. Tapi, teknologi ini sendiri baru dikenal pada akhir 1970an hingga awal 1980an.
Banyak kasus pembunuhan pada era tersebut yang berakhir sebagai cold case dan baru terpecahkan puluhan tahun berikutnya. Akibatnya, para pelaku dapat lolos dari hukum lalu mengulangi kejahatannya berkali-kali.
Salah satu contohnya adalah pembunuh berantai berjuluk The Golden State Killer. Ia aktif beroperasi pada 1979 hingga 1986 namun baru terungkap pada 2018 lalu saat polisi mengecek sampel DNA dari salah satu TKP. Setelah 30 tahun menjadi misteri, identitas tersangka atas 12 kasus pembunuhan ini terungkap sebagai Joseph Deangelo.
Meledaknya kasus pembunuhan berantai pada 1970an hingga 1980an di Amerika Serikat juga bisa jadi karena belum sinkronnya penegakkan data antar negara bagian. Ini membuat si pembunuh bisa dengan mudah berpindah tempat ke negara bagian lain supaya jejaknya semakin sulit terlacak.
Terdapat 50 negara bagian di Amerika Serikat yang masing-masing memiliki bank datanya sendiri, dan seringkali pihak berwajib enggan untuk melakukan pertukaran data. Perbaikan dan integrasi data kemudian dilakukan oleh kepolisian guna mempermudah mereka menggabungkan data pembunuhan satu dengan lainnya.
Ted Bundy, salah satu pembunuh berantai paling terkenal di Amerika Serikat, mengakui melakukan 30 pembunuhan di 7 negara bagian berbeda antara rentang tahun 1974 hingga 1978. Ia juga termasuk pembunuh berantai paling “licin” karena berkali-kali mampu melarikan diri dari penjara sebelum akhirnya dieksekusi mati pada 1989.
Sudah nonton Dahmer – A Monster Story: The Jeffrey Dahmer Story? Sebagian besar korban Jeffrey Dahmer adalah pria-pria berkulit hitam karena dia tahu, ketika korban-korbannya dinyatakan hilang, polisi nggak akan berusaha maksimal untuk mencarinya.
Kesaksian orang kulit putih seperti Dahmer juga cenderung lebih dibela. Ini terlihat saat Dahmer meyakinkan dua petugas polisi bahwa Konerak Sinthasomphone yang dalam keadaan tidak sadar adalah kekasih prianya yang berusia 19 tahun. Padahal, ada lebih dari satu orang saksi berkulit hitam yang menyatakan Konerak masih di bawah umur.
Itu dia beberapa alasan di balik tingginya angka pembunuh berantai di Amerika Serikat pada 1980an. Kini, dengan semakin canggihnya teknologi dan perbaikan dari berbagai instansi, jumlah serial killer di negeri Paman Sam nggak sebanyak dulu lagi. Kita juga pastinya berharap supaya nggak terjadi kasus-kasus mengerikan seperti ini lagi di negara mana pun. (*/)