In Depth

PERNYATAAN SRI MULYANI SEBAGAI KODE AGAR NETIZEN GAK PERLU REPOT NYINYIRIN ORANG PAMER HARTA

Yaa dari pada lu ngabisin waktu buat nyinyirin mereka yang hobi flexing harta, lebih baik mendukung mereka agar cepat terpantau radar buat bayar pajak, bukankah begitu buk Menteri?

title

Belum lama ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencurahkan perhatiannya kepada tokoh yang doyan flexing harta. Ia mengaku senang jika ada tokoh yang pamer karena bisa mempermudahnya dalam menagih pajak. Tentu hal ini selain mempermudah Ditjen Pajak dalam memonitor wajib pajak juga sebagai penyegaran target pendapatan negara. Bukankah begitu toh?

Keaktifan Ditjen Pajak di media sosial dalam mencolek dan mengomentari beberapa postingan tokoh yang suka pamer kekayaan memang harus diakui kemampuannya. Seperti kejadian Sisca Kohl yang ngejual roti panggang seharga Rp 500 juta hingga tren pamer saldo ATM membuat tangan admin Ditjen Pajak gatal untuk mengomentarinya.

Ngomong-ngomong tentang Admin Ditjen Pajak, gue jadi flashback dengan kejadian viral beberapa tahun yang lalu. Ketika Raditya mengunggah foto Hypercar Koenigsegg CCX yang terpakir keren di pekarangan rumah Raffi Ahmad. 

Gak butuh waktu yang lama, akun resmi Ditjen Pajak mengomentari foto dan cuitan doi. “Tolong bilangin ke Kak Raffi, jika ada penambahan harta di tahun berjalan, jangan lupa laporkan di SPT tahunan ya Kak @radityadika,” cuit admin Ditjen Pajak.

Namun, ternyata Raffi membantah memiliki mobil mevvah asal Swedia yang konon katanya, harga mobil tersebut melebihi harga Lamborgini Rolls Royce . Dirjen Pajak pun berkomentar “Soal mobil sudah jelas, karena Raffi sebagai bintang iklan, dan pemilik mobil ini adalah importir, selama ini belum laku. Nanti kalau laku, saya minta yang membeli tolong laporkan di dalam SPT.”

Dari kejadian itu kalian bisa menilai civs, kira-kira seperti itulah cara DJP di era kekinian ketika mengingatkan Wajib Pajak. Padahal kalau gue liat dari cuitan admin Ditjen Pajak itu terjadi ketika hari sabtu. Gue tau persis bahwa Sabtu adalah hari libur di Instansi tersebut, karena di mana-manapun  jajaran pegawai DJP jatah pelayanannya yaa dari hari Senin sampai Jum'at.

Mungkin karena memang adminnya lagi gabut buka akun sosmed ditjen saat lagi liburan. Dan dengan rasa penuh perhatian, ia masih menyempatkan diri untuk mengedukasi umat. Namun tetep aja gue bertanya-tanya, ini memang karena gabut atau ternyata memang ada honor lemburnya ya, min?

Namun apapun itu, gue mendukung tindakan Buk Menteri, karena bagaimanapun juga selain membuat kerja fiskus (nama lain dari pegawai pajak) lebih terbuka dan transparan, juga membuat kaum yang hobi pamer ini berpikir kembali jika memang tujuannya hanya sekedar pamer harta. Dan tentunya, ini bisa sedikit memperbaiki dampak psikologis yang terjadi pada masyarakat. Loh, emang ada dampak psikologis nya ya?

Medsos memang lekat dengan sifat pamer meskipun hanya kadar kenorakannya yang berbeda-beda. Namun ternyata dibalik kegemaran dalam pamer harta juga akan dapat memberikan dampak psikologis ke berbagai masyarakat, apalagi ketika dalam kondisi sulit saat ini.

Seperti yang dilansir oleh Kompas.com, seorang Psikolog Sosial yang bernama Hening Widyastuti mengatakan bahwa mereka yang hobi pamer harta pasti menimbulkan gap ekonomi antara si miskin dan si kaya, sehingga akan berdampak pada sosial.

Yaa ibarat kata, ketika ada orang yang lagi berjuang buat makan sehari-hari dengan beban psikologis yang berat, namun dengan melihat mereka yang hobi pamer harta, maka akan ada kemungkinan timbul suatu dorongan ingin seperti itu juga. 

Bagus jika seseorang menjadikan itu sebagai motivasi untuk menjadi kaya, namun bagaimana jika hal tersebut hanya memicu hasrat untuk menghalalkan segala cara agar terlihat menjadi kaya? Tentu ini juga termasuk dampak yang bisa saja terjadi dari pengaruh flexing ini.

Maka ini alasan gue untuk mendukung pernyataan buk menteri, kalau bisa gue mengusulkan Dirjen Pajak bisa mempertimbangkan pembentukan fiskus Cyber Army, mumpung mereka belum baca tulisan gue kemudian lantas mem-private postingan-postingan hartanya. Xixixi

Maka dari itu, kita seharusnya mendukung orang kaya, orang baru kaya atau yang mengaku-ngaku kaya untuk pamerin semua hartanya. Kalo dapet kan lumayan buat mengurangi utang negara lebih-lebih bisa menambal jalanan yang pada berlubang. Ketimbang disembunyikan dan tidak dilaporkan yang hanya menguntungkan satu pihak? (*/ Photo credit: World Bank Managing Director, Sri Mulyani Indrawati)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Bayu Dewantara

Mahasiswa UI(n) Jakarta, Content Writer, Civillion, Penulis buku antologi "Jangan Bandingkan Diriku" dan "Kumpulan Esai Tafsir Progresif"