In Depth

PERILAKU BURUK TURIS ASING DI BALI, DAMPAK NEGATIF LONJAKAN PARIWISATA

Bali mendapatkan lonjakan kunjungan turis asing. Meski mendatangkan keuntungan di sektor pariwisata, hal ini juga menghadirkan berbagai masalah. Salah satunya adalah perilaku buruk para turis.

title

FROYONION.COM - Bali menjadi salah satu destinasi wisata paling laris di Asia. Meski memiliki banyak hotel, resort, bar dan sarana yang disediakan buat para turis asing; masyarakat Bali masih memegang erat kepercayaan agama kuno mereka.

Di pulau ini masih banyak situs-situs keagamaan yang dianggap sakral dan dikultuskan oleh masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. 

BACA JUGA: 6 HAL YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEBELUM TRAVELING KE JEPANG

Bahkan bisa dibilang, kesakralan inilah yang kemudian menjadi daya tarik dan membuat Bali dijuluki Pulau Dewata.

Namun, lonjakan turis asing pasca-pandemi dengan berbagai masalah yang dibawanya, mulai mengancam kesakralan itu, memudarkannya perlahan.

BALI SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA

Beberapa bulan lalu berkibarlah tagline “Bali sedang tidak baik-baik saja” di media sosial. Umumnya, tagline itu hadir bersama unggahan video yang menayangkan perilaku nyeleneh dan di luar nalar turis asing di Bali.

Misalnya, seperti dikutip dari laman National Geographic, pada tahun 2023 seorang turis wanita Jerman berjalan telanjang memasuki sebuah pura di Bali. 

Kasus lainnya, masih di tahun yang sama, seorang wanita Rusia berpose telanjang saat berfoto di pohon beringin yang dikeramatkan. Dan tak lama kemudian seorang blogger Rusia bertelanjang dada di Gunung Agung yang dikultuskan.

BACA JUGA: 9 ALASAN TRAVELING DENGAN OPEN TRIP ITU SERU

Yang terbaru, seperti dikutip dari Detik News, di tahun ini seorang pria asal Inggris membuat kehebohan dengan mencuri sebuah truk dan mengendarainya ala-ala Fast Furious di bandara I Gusti Ngurah Rai.

Jangan lupakan juga bagaimana seorang bule perempuan melakukan pole dance di depan sebuah minimarket di Bali.

Perilaku nyeleneh di atas tak hanya menyinggung masyarakat setempat, melainkan juga dianggap mengusik ketenangan para dewa Hindu di Bali.

BACA JUGA: HAL-HAL SEDERHANA YANG BISA MEMBUAT TRAVELING KALIAN MENJADI KACAU

Untuk menenangkan para dewa yang marah ini dan menyeimbangkan energi kosmik, orang Bali melakukan ritual kuno di beberapa lokasi yang ‘tercemar’ ini demi membersihkannya dari energi negatif.

Namun, selain masalah soal tingkah tak masuk akal para turis tersebut, Bali juga menghadapi masalah kemacetan yang parah, krisis air bersih hingga membeludaknya sampah.

DAMPAK DARI REVENGE TRAVEL DAN MEDIA SOSIAL?

Tak hanya Bali yang merayakan melonjaknya kunjungan turis asing. Melainkan juga destinasi wisata lainnya seperti Spanyol, yang mencatatkan peningkatan kunjungan sebesar 21 persen di tahun 2023.

Namun, seperti halnya Bali, melonjaknya kunjungan para turis asing ini juga membawa masalah bagi kehidupan warga lokal. Seperti meningkatnya kebisingan dan polusi, kemacetan lalu-lintas hingga naiknya biaya hidup.

Seperti dikutip dari laman CNN Travel, hal ini mengundang reaksi dari penduduk lokal yang berkerumun melakukan protes dan mengibarkan seruan anti-turis.

Aksi demonstran yang terjadi di Barcelona ini dibarengi dengan aksi menyemprotkan air kepada para turis menggunakan pistol air.

Kejadian ini menunjukkan bahwa tak hanya Bali yang menghadapi isu serupa akibat dari lonjakan kunjungan para wisatawan.

Meski perilaku aneh para turis bukanlah hal baru, namun jumlah turis yang berperilaku buruk meningkat setelah masa pandemi berakhir.

BACA JUGA: JANGAN TAKUT, INI 5 ALASAN KAMU HARUS COBA SOLO TRAVELING

Seperti dikutip dari laman BBC, Gail Saltz, seorang psikiater asal Amerika mengungkap bahwa semakin banyaknya turis yang berperilaku buruk ini merupakan dampak dari “revenge travel” yang mulai tren pada 2021.

Istilah ini digunakan untuk menyebut perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang selepas pandemi, sebagai bentuk balas dendam karena mereka tak bisa ke mana-mana gara-gara lockdown.

“Mereka datang dengan mindset bahwa [negara asing] adalah tempat untuk bersenang-senang dan saya bisa melakukan apa pun semaunya,” ungkap Saltz.

Selain itu, Saltz juga menilai tidak terkejut dengan banyaknya turis yang berperilaku buruk, misalnya seperti mengukir nama mereka di situs bersejarah.

“Mereka mengira ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengabadikan diri,” pungkas Saltz seperti dikutip dari BBC.

Namun, ada faktor lain yang dinilai juga memicu perilaku buruk para turis ini. Yakni masifnya perkembangan media sosial saat ini.

Masih dari laman BBC, Lauren A. Siegel yang merupakan dosen pariwisata di Universitas Greenwich, London mengungkapkan bahwa media sosial juga bertanggung jawab untuk hal ini.

Siegel menyebutkan bahwa banyak turis sekarang berlomba-lomba untuk mendapatkan “like” dan “view” sebanyak-banyaknya di akun media sosial.

Mereka bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, misalnya dengan melakukan tindakan ekstrim dan tak senonoh.

LANGKAH YANG DIAMBIL UNTUK MENGATASINYA

Gubernur Bali, Wayan Koster, mengedarkan aturan bagi para turis di Bali. Seperti aturan memakai busana yang sopan,  wajar dan pantas saat berkunjung di Bali, utamanya di tempat-tempat yang dikeramatkan.

Juga adanya larangan berbuat onar dan keributan selama berkunjung di Bali. Hingga aturan lainnya soal izin tinggal dan bekerja.

Selain itu, sejak Februari lalu, para turis asing yang datang ke Bali dikenakan pajak sebesar Rp150 ribu per orang yang dibayarkan sebelum mereka meninggalkan Indonesia.

Pungutan ini nantinya akan digunakan untuk melakukan pemulihan dan perawatan situs-situs kebudayaan dan lingkungan alam yang menjadi daya tarik Bali.

Pungutan serupa juga diterapkan di Venesia yang banyak dikunjungi orang, demi membendung arus para turis yang tak ada habisnya.

Di tempat lain, seperti Palau yang merupakan negara kepulauan di Samudra Pasifik, mewajibkan turis yang berkunjung untuk menandatangani perjanjian lingkungan.

BACA JUGA: 10 REKOMENDASI KEGIATAN ASYIK SAAT TRAVELING DI SINGARAJA

Bahkan di Barcelona, pemerintah setempat mengambil kebijakan yang tidak biasa dengan menghapus rute bus dari Google Maps untuk mencegah para turis naik bus dan mengganggu penduduk lokal yang sudah lansia.

Bahkan beberapa destinasi wisata seperti Iceland, Amsterdam, dan New Zealand hanya mempromosikan destinasi wisata mereka kepada turis-turis dari negara tertentu yang dianggap berbudaya dan bertanggung jawab.

Namun, Antje Martins, seorang trainer Dewan Pariwisata Global mengungkapkan pada BBC bahwa ini bukan soal mengundang turis yang tepat.

Lebih jauh lagi, ia mengungkapkan ini soal memperbaiki manajemen pariwisata agar dapat membawa manfaat bagi penduduk setempat dan turis mancanegara. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Shofyan Kurniawan

Shofyan Kurniawan. Arek Suroboyo. Penggemar filmnya Quentin Tarantino. Bisa dihubungi di IG: @shofyankurniawan