Sebutan Indonesia sebagai negara agraris udah sering kita denger dari zaman sekolah. Ironisnya, bidang pertanian seperti memiliki daya magnetis yang lemah untuk menarik minat anak muda.
FROYONION.COM - Kalo dilansir dari Statista sih, katanya Indonesia merupakan negara agraris terbesar di dunia. Berlimpahnya sumber daya alam kita membuat Indonesia jadi eksportir minyak sawit, karet, coklat, kopi, beras, hingga aneka rempah-rempah terbesar.
Bahkan menurut data selama satu dekade ke belakang, industri pertanian merupakan salah satu sektor industri yang menopang perekonomian Indonesia, loh.
Segala pencapaian ini berbanding terbalik dengan apresiasi para anak muda terhadap sektor pertanian. Walaupun tiap hari makan nasi, sayangnya minat anak muda Indonesia untuk menjadi petani beras terbilang rendah. Tidak hanya petani beras, tapi minat anak muda di sektor pertanian sendiri juga bisa dibilang enggan.
Kalo melihat gaya hidup anak muda–yang udah dipenuhi sama gadgets dan perkembangan teknologi modern–rendahnya minat di ranah pertanian nggak perlu ditanyakan lagi alasannya.
Padahal, kalo anak muda Indonesia nggak ada yang berkecimpung di sektor pertanian, bisa-bisa anak cucu kita nanti mati kelaparan loh.
BACA JUGA: REBRANDING SUPAYA PERTANIAN NGGAK STAGNAN!
Nggak nakut-nakutin, tapi emang sangat mungkin terjadi. Kalo sumber daya manusianya nggak ada, gimana sektor pertanian bisa dikembangkan? Amit-amit, skenario terburuknya, Indonesia bisa-bisa nggak mampu memproduksi bahan pangan sendiri lagi. Apa-apa bergantung sama ekspor, tapi nggak ada komoditas yang dijual ke luar.
Alhasil harga bahan pangan bisa melonjak drastis. Nggak mau kan beli beras sekilo yang biasanya Rp10.000 jadi Rp50.000?
Nah biar nggak kejadian, Google.org, lembaga nirlaba milik Google, berupaya untuk bikin pertanian jadi lebih ‘seksi’ di mata anak muda dengan melibatkan perkembangan teknologi di dalamnya lewat acara “Solve…for Sustainability” pada Selasa, 22 November lalu.
Lewat dana hibah sebesar US$724.490 yang diberikan ke Edu Farmers International Foundation, penelitian dan peningkatan awareness tentang cara meningkatkan hasil produksi, menjalankan bisnis, hingga mengajarkan soft skills yang dibutuhin para pemimpin masa depan di bidang pertanian dapat dilakukan.
Nantinya lewat dana hibah ini, Edufarmers akan secara konsisten membuat program Bertani Untuk Negeri, untuk memberikan pengalaman nyata kepada para mahasiswa pertanian di seluruh Indonesia.
Mereka juga akan setia membangun komunitas pemuda yang merupakan bagian penting dari perkembangan sektor pertanian.
“Saya menyadari anak muda zaman sekarang nggak terlalu tertarik sama pertanian. Mereka lebih memilih kerja di kantor atau bisnis karena lebih menghasilkan cuan dan lebih enak kerjanya. Maka dari itu kami berupaya untuk melibatkan teknologi di dalam pertanian, supaya nggak ketinggalan zaman juga. Seperti irigasi pakai drone misalnya,” jelas Amri Ilmma selaku Chief Operating Officer Edufarmers.
Dari kiri, hadir pula dalam acara Christa Räder (Country Representative United Nations World Food Programme for Indonesia), Putri R. Alam (Director of Government Affairs & Public Policy Google Indonesia), dan Amri Ilmma (Chief Operating Officer Edufarmers).
Selain itu Google.org juga memberikan dana hibah sebesar US$500.000 untuk mendukung upaya United Nations World Food Programme (WFP) untuk mengurangi dampak iklim ekstrim terhadap ketahanan pangan Indonesia.
BACA JUGA: UDAH WAKTUNYA PETANI LOKAL MEMANFAATKAN TEKNOLOGI BUAT MEMAKSIMALKAN HASIL PANEN
Harapannya dana hibah ini dapat disalurkan dengan tepat supaya industri pertanian Indonesia bisa berkembang dengan lebih baik lagi. Walaupun begitu, akan sia-sia semua program ataupun dana yang dikeluarkan kalo nggak didukung sama penerus bangsa, alias kita para anak muda.
Nggak perlu muluk-muluk untuk mulai terlibat. Lo bisa mulai dengan membeli bahan-bahan makanan yang diproduksi di Indonesia kok, Civs. Bisa dengan beli sayur, buah, dan daging di tukang sayur supaya rantai ekonomi pertanian kita bisa tetep jalan. Cukup mudah bukan? (*/)