In Depth

MINDFUL MENJALANI PERAN SANDWICH GENERATION

Sandwich generation selalu identik dengan beban ganda menanggung hidup dua keluarga sehingga sulit untuk membahagiakan diri sendiri. Lantas, bagaimana ya agar dapat menjalani peran ini dengan lebih ringan?

title

FROYONION.COM - Menjadi sandwich generation, ternyata bukan hanya memiliki PR untuk memutus rantainya saja. Tapi juga bagaimana menjalaninya dengan mindfulness. Mindfulness sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran untuk menerima dan fokus terhadap kondisi saat ini serta tidak terlalu reaktif dalam merespon. 

Lantas, bagaimana agar dapat menjalani peran sebagai sandwich generation dengan penuh kesadaran dan penerimaan?

BACA JUGA : SANDWICH GENERATION: SAAT KELUARGA JADI TANGGUNGAN SAMPE NGGAK ADA JATAH ‘ME TIME’

MELIHAT PERAN SANDWICH GENERATION SEBAGAI PILIHAN

Menjadi sandwich generation, pada akhirnya merupakan sebuah keputusan dari dua pilihan yaitu menanggung kehidupan dua keluarga atau berani menutup mata lepas tangan terhadap kondisi satu keluarga lainnya. Namun tentu saja, kedua pilihan ini hadir dengan konsekuensinya masing-masing.

Dengan melihat peran ini sebagai sebuah pilihan terbaik, bukan sebagai beban maka kamu akan lebih bisa menerimanya dengan penuh kesadaran. Menurut Perencana Keuangan Annisa Steviani, sebenarnya sandwich generation punya pilihan untuk tidak menanggung keluarganya, namun pilihan ini tentu saja memiliki dampak tersendiri. 

“Bisa banget kok memilih untuk tidak menanggung beban orangtua atau adik, tapi setiap pilihan ada konsekuensinya. Konsekuensi dari menanggung keluarga adalah harus berpenghasilan lebih banyak, konsekuensi tidak menanggung keluarga mungkin bisa jadi jadi putus hubungan atau kamu merasa bersalah. Konsekuensi mana yang lebih bisa kamu ambil?” Jelas Annisa, saat dihubungi melalui surel. 

MERENCANAKAN KEUANGAN DENGAN TERPERINCI

Setelah dapat menerima dan sadar bahwa menjalani peran sebagai sandwich generation adalah sebuah pilihan, maka langkah berikutnya adalah membuat perencanaan keuangan secara terperinci. Sudah bukan rahasia ya, salah satu bagian terberat dari menjalani peran ini adalah masalah keuangan. Untuk dapat mengatasi masalah finansial, kamu bisa mulai dengan membuat catatan keuangan secara terperinci. 

Buat catatan detail tentang pengeluaran wajib yang harus kamu tanggung, mulai dari kebutuhan orang tua setiap bulannya, biaya sekolah adik yang mungkin juga harus kamu bayar, dan tentu saja kebutuhan primermu sendiri. Dari catatan ini, kamu akan mengetahui apakah penghasilanmu cukup atau butuh tambahan pemasukan lain. 

Selain membuat catatan keuangan, ada beberapa pos anggaran lain yang juga harus kamu persiapkan. Pertama, dana darurat dengan jumlah ideal 3x pengeluaran bulanan keluargamu dan keluarga orang tua. Kedua, yang juga tidak boleh terlewat adalah asuransi kesehatan. Tidak perlu mahal, BPJS juga sudah cukup kok untuk mengcover biaya kesehatan saat keluarga ada yang sakit. Ketiga, asuransi jiwa untuk pencari nafkah utama. Poin nomer tiga, memang sering terlewat ya padahal asuransi jiwa merupakan instrumen penting dalam perencanaan keuangan. Dengan memiliki asuransi jiwa ahli waris atau pihak keluarga yang ditinggalkan akan terlindungi secara finansial.

“Asuransi jiwa untuk kamu sebagai pencari nafkah utama supaya kalau misal kamu meninggal, keluarga yang kamu biayai ada pegangan uang dari uang pertanggungan asuransi jiwa.” Lanjut Annisa Steviani.

Selain pos anggaran dan perencanaan keuangan yang baik, sebaiknya kamu tidak berhutang untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Pengelolaan kebutuhan dan hutang yang tidak bijak, bisa jadi malah menambah panjang rantai sandwich generation ke generasi berikutnya. Alih-alih bersifat konsumtif, lebih baik menurunkan gaya hidup sesuai dengan kemampuan yang dapat kamu jangkau. 

BACA JUGA : PSYCHOLOGY OF MONEY: UBAH POLA PIKIR BARU ATUR KEUANGAN

MENCARI PENGHASILAN TAMBAHAN

Jika setelah membuat catatan keuangan ternyata penghasilan tetapmu kurang, maka kamu harus mempertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan lain. Di Era serba digital saat ini, sebenarnya banyak sekali pilihan pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan dan dilakukan sebagai sampingan. Misalnya kamu bisa mulai menjadi dropshipper yang tidak memerlukan modal saat memasarkan produk atau menjadi freelancer untuk bidang yang kamu kuasai. Intinya, gali terus potensi diri dan terus belajar. 

Jangan lupa untuk tetap mengatur waktu bekerja dan merawat diri sendiri. 

BACA JUGA : 5 KULINER VIRAL YANG BISA JADI IDE BISNIS SAMPINGAN LO TAHUN INI

TIDAK MENANGGUNG KELUARGA USIA PRODUKTIF

Nah ini salah satu yang dapat meringankan peran sebagai sandwich generation, yaitu mengharuskan setiap anggota keluarga yang berusia produktif untuk dapat menghasilkan uang. Jangan sampai, kamu menanggung biaya hidup adik atau kakak yang sebenarnya sudah bisa menghasilkan uang. Selain dapat menambah biaya yang harus kamu keluarkan, dengan menghidupi anggota keluarga yang berusia produktif sama saja melanggengkan sifat malas bekerja dan mental pengemis. Kamu bisa membantu mereka dengan cara lain seperti memberikan informasi atau mencarikan lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. 

Menjadi sandwich generation, memang merupakan peran yang istimewa. Selain menyadari bahwa setiap orang memiliki dan melalui takdir yang berbeda, sebaiknya kamu juga tidak perlu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Karena dibalik setiap keputusan yang diambil, pasti ada konsekuensi yang ditanggung. Dan ini, berlaku untuk semua hal di dunia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandhita Nugrahanti

Scriptmaker, content planner and forever learner