In Depth

MENURUT SURVEI, BANYAK PEKERJAAN DI TAHUN 2024 YANG NGGAK ADA 20 TAHUN LALU

Pekerjaan di zaman sekarang mulai beragam, misalnya Data Scientist dan AI Engineer yang 20 tahun lalu jarang ditemui. Salah satu faktor utamanya adalah perkembangan zaman dan teknologi. 

title

FROYONION.COM - Pernah kebayang nggak sih berapa banyak sebenarnya pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul belakangan ini gara-gara tuntutan zaman? 

Banyak jobdesk baru yang sekarang ini akhirnya bisa dieksplorasi dan ternyata menghasilkan lapangan pekerjaan yang mungkin nggak pernah terpikirkan 10-20 tahun lalu. 

Ternyata, hal ini juga dipertegas sama hasil data penelitian terbaru bertajuk Data work Change Snapshot yang diterbitkan oleh LinkedIn. 

Platform jaringan profesional yang terbesar di dunia ini mengungkapkan kalau 10 persen profesional yang direkrut pada 2024 ini menduduki jabatan-jabatan yang tidak ada pada tahun 2000. 

Beberapa jabatan tersebut muncul berdasarkan tren kebutuhan dan juga perkembangan konsentrasi isu ataupun topik yang mengemuka secara global. Nah, beberapa jabatan tersebut misalnya seperti: Sustainability Manager, AI Engineer, Data Scientist, Social Media Manager, dan Customer Success Manager.  Pekerjaan-pekerjaan itu makin populer di dunia dan di Indonesia.

Dari riset ini, kita belajar kalau tempat kerja modern sekarang ini mengalami perubahan yang ekstrim dibanding beberapa dekade lalu. Tentu, faktor yang memengaruhinya itu beragam. Mulai dari kebiasaan bekerja remote saat pandemi, perkembangan teknologi baru yang sangat signifikan hingga meningkatkan perhatian masyarakat terhadap isu-isu keberlanjutan (sustainability). 

Kalau kata Studi LinkedIn, transformasi ini diperkirakan bergerak sangat cepat dan berdampak bagi pada banyak lini bisnis. Lebih lebih dari 5.000 pemimpin bisnis di dunia mendapati bahwa 8 dari 10 eksekutif di Asia Pasifik melihat laju perubahan di tempat kerja semakin cepat seiring meningkatnya permintaan akan sejumlah peran, skills, dan teknologi baru. 

"AI membawa transformasi luar biasa di tempat kerja. Hampir dua pertiga (67%) profesional di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merasa kewalahan dengan cepatnya perubahan pekerjaan mereka. Lebih dari setengah responden mengatakan bahwa kemampuan menggunakan alat bantu AI dengan nyaman menentukan perkembangan karier mereka. 

Laju perubahan ini mungkin terlihat menakutkan, tetapi kita harus tetap optimis, terlebih karena perusahaan di Indonesia mengambil pendekatan proaktif dengan fokus yang jelas untuk mengadopsi teknologi AI pada 2025," kata Indonesia Country Lead LinkedIn, Rohlt Kalsy. 

Bicara soal AI, data LinkedIn juga menunjukkan bahwa skills yang dibutuhkan untuk sejumlah pekerjaan di Indonesia telah berubah 50% sejak 2016. Dengan kehadiran AI yang mempercepat tren ini, skills untuk pekerjaan yang sama diperkirakan akan berubah sebesar 70% pada tahun 2030.

Salah satu contoh yang benar-benar mungkin bisa dirasakan sekarang ini adalah hadirnya pekerjaan Data Scientist dan AI Engineer yang kini sangat dibutuhkan di berbagai industri. 

Cara kerja mereka tak hanya terpaku pada metode-metode pengumpulan dan analisis data konvensional, tetapi juga membuat model AI yang mampu memberikan prediksi bisnis atau memahami perilaku konsumen secara lebih mendalam. 

Begitu juga dengan profesi Customer Success Manager yang kini banyak dibantu oleh AI untuk memantau kesehatan hubungan dengan pelanggan dan memberi rekomendasi personal yang berdampak positif pada loyalitas konsumen.

Menariknya, AI generatif kini masuk ke ranah kreatif dan pemasaran, di mana profesi seperti Social Media Manager dan Content Creator dapat mengandalkan AI untuk membuat konten yang menarik dan relevan dengan audiens. 

AI memungkinkan mereka menghasilkan ide konten, caption, hingga gambar hanya dengan satu kali klik, sehingga waktu yang digunakan untuk eksekusi bisa lebih efisien.

Menurut data LinkedIn, pemimpin bisnis di Asia Pasifik juga mengakui potensi transformatif dari AI generatif, dengan 8 dari 10 responden mampu menyatakan satu cara bagaimana teknologi ini bermanfaat bagi tim mereka. 

Pada 2025, 7 dari 10 eksekutif di Asia Pasifik berencana memprioritaskan teknologi dan alat bantu AI, menandakan momentum di kawasan tersebut dalam mempercepat adopsi.

"Mengadopsi AI bukan hanya untuk tetap kompetitif, tetapi juga membuka jalan untuk pertumbuhan dan inovasi, serta membina tim yang gesit dan berdaya," tambah Rohlt.

So, bagaimana kita bisa sigap menghadapi perkembangan tersebut dalam lanskap industri pekerjaan yang beragam? 

  1. Dunia kerja terus berubah, dan belajar hal baru sangatlah penting. Manfaatkan kursus online, pelatihan, dan sertifikasi untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan tren terkini, seperti data analitik, kecerdasan buatan (AI), atau digital marketing. Ini tidak hanya membuat kita lebih siap, tetapi juga memberi nilai tambah bagi perusahaan.
  2. Beradaptasi dengan perkembangan zaman bisa lebih mudah jika kita belajar dari pengalaman orang lain. Ikuti komunitas atau grup profesional yang sesuai dengan bidang kita untuk mendiskusikan tren dan berbagi informasi. Networking ini bisa menjadi sumber inspirasi dan solusi saat menghadapi perubahan.
  3. Dunia kerja saat ini membutuhkan orang yang dapat dengan cepat menemukan solusi dan fleksibel menghadapi perubahan. Asah keterampilan problem solving dengan menganalisis kasus atau masalah kecil, lalu temukan solusi yang mungkin. Melatih fleksibilitas bisa dilakukan dengan menerima perubahan kecil di lingkungan kerja dan menyesuaikan diri dengan cepat.
  4. Meski teknologi penting, soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, dan manajemen waktu juga sangat berharga. Keahlian interpersonal membantu kita bekerja dengan lebih baik dalam tim, sementara manajemen waktu memungkinkan kita menggunakan teknologi dengan efisien. Kedua aspek ini saling melengkapi untuk produktivitas yang maksimal.

Itulah pekerjaan yang baru ada di tahun 2024 ini dan cara beradaptasi di zaman sekarang. Untuk itu, dengan perubahan cepat ini, adaptasi keterampilan menjadi kunci. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!