Suka atau tidak, manusia harus mau menerima dan berkembang mengikuti pesatnya kemajuan teknologi, termasuk metaverse. Kenapa sih kita harus coba untuk mengerti tentang konsep dunia virtual ini? Lalu, apa manfaatnya buat kehidupan kita nantinya?
FROYONION.COM - Civs, seberapa sering sih lo denger tentang konsep metaverse?
Dewasa ini, setiap kali kita membaca berita tentang perkembangan teknologi, pasti nggak pernah lepas untuk sedikit ‘menyenggol’ konsep metaverse. Meskipun udah sering denger, tapi gue yakin masih banyak dari kita yang belum paham secara mendalam tentang konsep dunia virtual yang satu ini, karena begitu abstraknya ‘teknis’ untuk bisa hidup dan berinteraksi di dalamnya.
Berbagai persepsi tentang kehadiran dunia virtual ini muncul ke permukaan. Beberapa orang menganggap konsep ini selayaknya dunia distopia yang dikuasai oleh teknologi seperti robot yang suatu saat bisa menghancurkan ras manusia. Di sisi lain, ada juga yang beranggapan bahwa metaverse akan menjadi sebuah gebrakan teknologi yang memudahkan interaksi sosial antar manusia, terlepas dari segala konsekuensi yang mungkin akan muncul jika dunia kita dikuasai oleh teknologi itu sendiri.
BACA JUGA: CINDRUM: METAVERSE KARYA INDONESIA
Hype yang dibangun atas kehidupan di metaverse ini bener-bener bikin geleng-geleng kepala, Civs. Hampir semua tokoh penting di dunia menggembar-gemborkan tentang hal ini. Mark Zuckerberg pun beberapa waktu lalu sempat memberikan sebuah presentasi tentang dunia virtual di mana setiap orang bisa berinteraksi dengan lebih immersive, menggunakan sebuah ‘avatar’ yang bisa merepresentasikan diri kita secara lebih baik dibandingkan interaksi yang dilakukan lewat telpon atau chat.
Memang, terminologi ‘metaverse’ ini baru booming ketika Facebook me-rebrand perusahaan mereka menjadi ‘Meta Inc.’ – Karena itu, dunia virtual yang berusaha dibentuk oleh perusahaan ini kemudian dinamakan metaverse.
Dikutip dari It’s Nice That, Annie Zhang, senior product manager untuk Roblox yang juga memiliki ketertarikan pada perubahan budaya mengatakan bahwa keajaiban yang sebenarnya akan terjadi jika setiap orang memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu – hal ini bakal mendorong hasil yang nggak terduga (bisa baik, dan bisa buruk).
BACA JUGA: DIGITAL NOMAD ISLAND: PULAU PRIBADI YANG CUMA BISA DIAKSES PARA PEMILIK NFT
Roblox itu sendiri merupakan sebuah platform atau game, di mana setiap pemain bebas berkreasi dan membuat sub-game-nya sendiri dan bisa dimainkan oleh pemain lainnya. Kurang lebih, Roblox adalah sebuah sistem ‘pembuatan game’ yang cukup ekspresif, memberikan kebebasan kepada para pemain untuk berinteraksi dan menciptakan sesuatu yang ideal dengan diri masing-masing pemain.
Kembali lagi ke konsep metaverse, dengan pernyataan Annie Zhang soal kebebasan dan ekspresi yang jadi pondasi atas dunia virtual ini, maka tentunya sangat krusial untuk para perusahaan pengembang ‘metaverse’ untuk dapat menciptakan dunia virtual yang ‘demokratis’ atas proses kreatif yang dijalankan setiap orang di dalamnya.
Karena terkadang, banyak hal di dunia nyata yang rasanya sulit buat kita realisasikan. Konsep hidup yang memadukan kebebasan, ekspresi, dan kreativitas ini memang jadi idaman bagi banyak orang. Sebuah konsep dunia distopia namun virtual, di mana ada ‘irisan’ antara khayalan dan realita.
Berbeda dengan apa yang dilakukan Roblox dalam menanggapi perkembangan metaverse, Mark Zuckerberg di sisi lain dengan sosoknya di internet yang cukup ‘high profile’ memberikan kesan yang agak skeptis bagi beberapa golongan masyarakat dunia.
Ambisi besarnya malah terdengar agak sedikit ‘memaksa’, terlebih, di dunia nyata masih banyak orang yang belum melek teknologi – apalagi soal metaverse itu sendiri.
Tetapi, Vivian Galinari, AR content creator untuk Meta menjelaskan bahwa konsep metaverse yang berusaha diciptakan oleh Meta bakal lebih dari sekedar distraksi ketika lo lagi penat dari dunia nyata, tapi nggak sampai berusaha ‘menyingkirkan’ kehidupan asli kita.
“Semoga dengan metaverse ini, kita bisa membuat kota-kota yang biasanya ramai jadi lebih lengang, membuat kualitas hidup kita jadi lebih baik, sembari tetap terkoneksi dalam hal pekerjaan dan komunitas sosial secara global,” jelas Vivian.
Sedangkan menurut Kinur, seorang pelaku seni digital, selama ini konsep metaverse sebenarnya udah hadir di tengah-tengah kita tanpa kita sadari.
“Sebenarnya kita sudah tinggal di metaverse selama ini, dengan adanya teknologi seperti video call, di mana kita bisa berbicara tatap muka dengan siapa pun, dimana pun, dan kapan pun. Konsep dari metaverse sekarang mengamplifikasi perubahan teknologi yang sangat mutakhir, tentunya dengan fase yang lebih cepat dari sebelumnya," jelasnya.
Salah satu tujuan utama dari diciptakannya metaverse adalah untuk memperkuat hubungan antara manusia dengan teknologi yang sudah ada – memanfaatkan potensi teknologi secara penuh untuk membantu menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan untuk menggeser kehidupan nyata yang memang selalu ada.
Penggabungan antara teknologi VR, AR, AI, dan sebagainya, dan secara teknis diimplementasikan kepada setiap unsur sosial dalam hidup manusia, itulah konsep ‘kasar’ dari metaverse. Cepat atau lambat, mau nggak mau, konsep ini gue rasa terealisasikan dalam kehidupan kita. (*/)
BACA JUGA: NFT: SERBA-SERBI KARYA SENI DIGITAL, ANAK MUDA PERLU TAU!