Sudah nonton Mask Girl di Netflix? Ada satu fenomena yang disentil drama Korea ini di dalamnya, bahkan sudah dikenal di kalangan penggemar K-Pop.
FROYONION.COM - Salah satu serial Netflix yang cukup banyak mencuri perhatian di tahun ini adalah Mask Girl. Serial adaptasi webtoon ini mengisahkan seorang gadis bernama Kim Mo Mi yang berprofesi sebagai live streamer.
Nggak percaya diri dengan wajahnya, Mo Mi lalu menggunakan topeng tiap kali melakukan live streaming. Ia merasa dirinya lebih dihargai dan juga merasa percaya diri karena banyak orang memujinya cantik dengan topeng itu.
Namun, kebiasaan Mo Mi menggunakan topeng ini ternyata turut mengundang masalah lain. Salah satu penonton live streaming-nya malah berujung jadi stalker alias penguntit.
Fenomena ini sendiri disebut fatal attraction syndrome, sebuah fenomena cinta palsu yang melibatkan perilaku obsesif dan berujung pada tindak kriminal seperti menjadi penguntit. Kondisi ini sendiri disebut akan tumbuh dari khayalan serta fantasi seseorang bahwa targetnya tertarik atau mencintai dirinya.
Dalam serial Mask Girl, digambarkan bagaimana si penguntit selalu berfantasi seksual pada Mo Mi dan bahkan menganggap ia dan Mo Mi adalah pasangan kekasih. Padahal, itu semua hanya khayalannya saja!
Hal ini turut membuat si penguntit rajin memperlihatkan rasa obsesinya yang nggak sehat itu pada Mo Mi, bahkan nggak takut untuk mengancam dan membunuh atas nama cinta.
Menjadi target penguntit ternyata pernah dialami oleh banyak orang. Survey dari media Vice terhadap 12.000 orang menyatakan bahwa lebih dari sepertiga responden mengaku pernah jadi korban stalking.
Sementara survey dari Office of Justice Programs (ojp.gov) mengungkap 8% perempuan dan 2% laki-laki pernah dikuntit seseorang dalam hidupnya. Ini bukanlah main-main karena stalking bisa berakibat negatif mulai dari rasa nggak tenang, gangguan kecemasan hingga ketakutan berlebihan.
BACA JUGA: 5 HAL YANG BIKIN DRAKOR NETFLIX MASK GIRL WAJIB DITONTON
Mungkin ada dari kalian yang bertanya-tanya, “apa bedanya fatal attraction syndrome ini dengan parasocial relationship? Bukannya mereka sama?”
Parasocial relationship atau hubungan parasosial mengacu pada kondisi hubungan satu sisi antara seorang penggemar dengan persona media yang ditampilkan oleh idolanya, seperti selebriti, aktris, influencer atau bahkan karakter fiksi. Sementara fatal attraction syndrome lebih mengarah pada cinta palsu yang berujung pada perilaku obsesif.
Bisa dikatakan bahwa parasocial relationship merupakan awal dari fatal attraction syndrome. Rasa cinta seorang penggemar yang terlalu berlebihan pada idolanya akan dapat memicu tumbuhnya sifat obsesif dan bahkan hasrat ingin memiliki hingga nekat melakukan hal-hal di luar batas.
Penggemar K-Pop terutama pasti nggak asing dengan istilah sasaeng. Secara arti bahasa, kata ini berarti “problematik”. Istilah sasaeng sendiri kerap digunakan untuk para penggemar grup idola yang terlalu fanatik dan selalu mengikuti tiap jadwal idolanya.
Sasaeng juga seringkali disebut stalker atau penguntit karena kebiasaannya yang gemar mengambil foto atau video idolanya secara diam-diam. Foto atau video ini berasal dari kegiatan pribadi sang idola untuk kemudian disebarluaskan atau bahkan dijual dengan harga tinggi.
Sasaeng juga nggak akan ragu untuk menyakiti siapapun yang dirasa menghalangi jalannya dalam mendekati idolanya. Bahkan, jika sang idola ketahuan punya kekasih, sasaeng bisa bertindak untuk menyakiti pasangan sang idola atau mengancam menyebarluaskan foto-foto kencannya pada media.
Jelas, apa yang dilakukan sasaeng di Korea Selatan termasuk dalam contoh fatal attraction syndrome di dunia nyata. Berawal dari rasa cinta pada idola kemudian berubah menjadi obsesi nggak sehat yang membahayakan idolanya dan juga orang-orang di sekitarnya.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar terhindar dari stalker atau supaya kita sendiri nggak terjebak dalam fatal attraction syndrome?
BACA JUGA: MENGUAK ALASAN DI BALIK PACARAN DIANGGAP SKANDAL OLEH INDUSTRI HIBURAN KOREA
Cobalah untuk nggak bepergian seorang diri, apalagi jika hendak menuju tempat yang baru dikunjungi untuk pertama kalinya. Solo travelling memang seru, tapi keamanan harus tetap nomor satu.
Lindungi diri dengan alat pertahanan seperti semprotan merica, pisau kecil dan lain-lain. Self-defense item seperti ini mungkin nggak akan sepenuhnya bikin tersangka jera, tapi seenggaknya bisa bikin efek kejut buat mereka.
Jika memungkinkan, rekam semua hal sebagai barang bukti. Beri tahu orang terdekat tentang masalah penguntit dan ambil tindakan hukum ke lembaga terpercaya.
Penguntit zaman sekarang bukan hanya di jalanan saja, tapi sudah sampai ke media sosial. Hati-hati dalam bermain sosmed dan hindari mengungkap data-data pribadi yang sifatnya sensitif seperti nomor telepon, alamat rumah, dan lain-lain.
Supaya diri kita sendiri nggak terjebak dalam fatal attraction syndrome, selalu ingat kalau hal-hal yang berlebihan itu nggak baik. Bahkan mencintai secara berlebihan juga nggak baik, apalagi kalau berujung pada sikap obsesif yang membahayakan.
Ingat, persona media yang ditampilkan di layar kaca itu nggak selalu sama dengan kenyataannya. Idola yang kalian sukai itu sedang bekerja untuk mendapat uang ketika tampil romantis di hadapan penggemarnya. Jangan terlalu baper, lah.
Mungkin memang sulit untuk terhindar dari parasocial relationship, apalagi kalau kalian gemar mengonsumsi konten dari idola secara berkala. Tapi, sulit bukan berarti nggak mungkin. Tanamkan selalu kepercayaan bahwa sesuatu yang berlebihan itu nggak baik, dan cintailah mereka sewajarnya saja. (*/)