Zaman sekarang di dunia kreatif anak muda kreativitas dianggap layaknya emas. Tapi anehnya saat ide-ide kreatif disodorkan, kita malah mencibir? Ternyata ada alasan yang bisa dijelaskan secara ilmiah dari fenomena ini, Civs.
FROYONION.COM - Akhir-akhir ini kita disuguhi kehebohan di media sosial soal penggunaan aplikasi MyPertamina. Bagi bangsa kita, tentu ini sebuah langkah maju menuju ekonomi digital sebagaimana yang diberitakan di sejumlah media kreatif Indonesia.
Jual beli semuanya bisa dilakukan via aplikasi dan internet sehingga terpantau jelas dan objektif. Tidak ada kongkalikong, kecurangan, korupsi.
Tapi dalam kenyataannya, begitu rencana inovatif ini diluncurkan ke masyarakat, yang lebih banyak kita dengar adalah olok-olok, sindiran, dan komentar-komentar bernada pesimisme.
Hal ini cukup aneh karena kita hampir selalu terkagum-kagum dengan kreativitas dan inovasi bangsa-bangsa lain. Mereka meluncurkan produk X, kita tepuk tangan. Mereka menyuguhkan layanan Y, kita acungi jempol. “Wah canggih ya. Kapan Indonesia bisa kayak begitu?” gumam kebanyakan dari kita.
BACA JUGA: “APLIKASI DESAIN INSTAN: MATIKAN KREATIVITAS ATAU MEDIA BERKARYA BARU?”
Hal ini bisa dijelaskan oleh sains ternyata, Civs. Ilmuwan menemukan bahwa memang manusia memuja kreativitas tetapi begitu ide-ide kreatif disajikan di depan mereka, kebanyakan manusia secara naluriah justru menolak dan enggan menerimanya, demikian ungkap temuan sebuah studi yang dipublikasikan oleh Cornell University, AS (cornell.edu).
Penjelasannya ialah karena mereka yang menolak atau memandang ‘miring’ ide-ide kreatif kurang paham seperti apa ide kreatif itu dan definisi kreativitas sesungguhnya. Kreativitas yang kerap digadang-gadang orang sebagai penggerak kemajuan peradaban umat manusia sebetulnya pada kenyataannya cenderung ditolak oleh manusia kebanyakan.
Ilmuwan sekaligus akademisi Jack Goncalo yang mengajar di ILR School menjelaskan hal ini dalam laporan risetnya di jurnal Psychological Science. Riset yang ia lakukan melibatkan lebih dari 200 orang yang menjadi subjek dua penelitian di University of Pennsylvania.
Temuannya menyatakan bahwa ide-ide kreatif memang tampak bagus tapi hal-hal kreatif juga membawa kebaruan yang menimbulkan ketidakpastian dan ketidaknyamanan. Bagaimanapun juga manusia merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang lama karena lebih familiar. Hal-hal baru memaksa mereka kembali beradaptasi dan ini bukan hal yang mudah apalagi buat mereka yang usianya sudah tidak muda lagi.
BACA JUGA: “KONTES ROBOT INDONESIA: AJANG KREATIVITAS ANAK MUDA DI BIDANG TEKNOLOGI”
Di samping itu, manusia cenderung mengabaikan ide kreatif karena merasa sudah menemukan ide konvensional yang cukup praktis dan telah teruji efektivitasnya. Ide baru mungkin bisa saja memecahkan masalah yang ada di ide lama tapi manusia juga takut dengan kemunculan masalah baru yang mereka tidak tahu. Sekali lagi di sinilah faktor ketidakpastian itu berpengaruh pada respon terhadap ide kreatif.
Bahkan setelah manusia disodori bukti objektif tentang manfaat ide kreatif ini, mereka masih tidak terdorong untuk menerimanya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus pertimbangkan juga adanya faktor bias anti kreativitas yang tersembunyi dalam otak tiap manusia. Manusia bisa saja mencap satu ide kreatif sebagai tidak kreatif hanya karena tidak suka atau tidak pas dengan selera atau idealisme mereka. Bahkan bisa anti kreativitas ini juga bisa mengandung unsur rasisme, yang menurut kita sudah nggak relevan dengan zaman yang makin egaliter dan progresif kayak sekarang. Tapi faktanya bias rasisme juga bisa memengaruhi penerimaan ide-ide kreatif termasuk di industri kreatif Indonesia, Civs.
Dengan mengenali adanya kecenderungan manusia menolak ide-ide kreatif ini saat disuguhkan di depan mata mereka, mungkin sudah saatnya kita tidak cuma berpikir soal bagaimana menghasilkan sebanyak mungkin ide kreatif di organisasi, perusahaan atau lingkungan sekitar kita tapi juga bagaimana membuat masyarakat awam bisa menerima ide-ide kreatif dengan lebih mulus, tanpa penolakan atau resistensi. Penerimaan ini penting karena ide-ide kreatif akan percuma dan tak berguna jika tidak bisa diadopsi oleh masyarakat umum.(*/)
YANG TAK KALAH MENARIK: “ALASAN KENAPA ORANG YANG RASIS KREATIVITASNYA LEBIH RENDAH”