In Depth

MENEMUKAN HARMONI DALAM BUDAYA BALI: PELAJARAN HIDUP DARI TRI HITA KARANA

Temukan harmoni dalam hidup melalui filosofi Tri Hita Karana dari Bali yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Kearifan lokal ini ciptakan kehidupan yang lebih seimbang.

title

FROYONION.COM Ketika pertama kali menapakkan kaki di Bali, keajaiban budaya dan spiritualitas yang mendalam akan langsung terasa. Pulau ini bukan hanya sekedar tujuan wisata dengan pantai indah dan pemandangan eksotis.

Bali adalah tempat di mana setiap aspek kehidupan penuh dengan makna dan spiritualitas yang mengakar kuat.

Salah satu filosofi yang menjadi dasar dari segala kehidupan di Bali adalah Tri Hita Karana, sebuah konsep yang menggambarkan keseimbangan universal yang relevan bagi semua orang.

BACA JUGA: BUKAN SEKEDAR HIASAN, INI ARTI DI BALIK LOGO RUMAH MAKAN PADANG SEDERHANA

TRI HITA KARANA BALI
(Sumber: Tourscanner)

Tri Hita Karana berasal dari tiga kata dalam bahasa Sansekerta. Tri yang berarti tiga, Hita yang berarti kebahagiaan, dan Karana yang berarti sebab. 

Filosofi ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam tiga hubungan utama, hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. 

Melalui prinsip-prinsip ini, masyarakat Bali tidak hanya menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga mengajarkan kepada dunia tentang pentingnya hidup dalam keseimbangan.

MERAWAT RASA SALING MENGHARGAI

Di tengah hiruk pikuk dunia modern, seringkali kita lupa akan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. 

Namun ketika di Bali, prinsip pertama dari Tri Hita Karana mengajarkan bahwa harmoni dalam hubungan antar manusia adalah pondasi dari kehidupan yang sejahtera. 

Seperti yang dijelaskan oleh Ketut yang merupakan seorang penduduk lokal di Ubud dalam artikel Psychology Today, setiap individu di Bali dianggap sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.

Hidup di Bali berarti hidup bersama dalam kerukunan, di mana setiap orang saling mendukung dan bekerja sama demi kebaikan bersama.

Ketut bercerita tentang bagaimana masyarakat di desanya selalu berkumpul untuk merayakan setiap tonggak kehidupan, seperti kelahiran, pernikahan, hingga kematian. 

Semua orang ikut serta dalam persiapan dan perayaan, tanpa terkecuali. Keterlibatan ini tidak hanya menciptakan rasa kebersamaan yang kuat, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu merasa dihargai dan didukung oleh komunitasnya.

Contoh nyata dari prinsip ini bisa dilihat dalam upacara Ngaben, atau kremasi, yang merupakan salah satu upacara paling penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

Dalam upacara ini, seluruh komunitas akan berkumpul untuk membantu keluarga yang ditinggalkan.

Mereka saling berbagi tanggung jawab, dari persiapan hingga pelaksanaan upacara, hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial yang terbentuk melalui rasa saling menghargai dan peduli.

MENJAGA KESEIMBANGAN DENGAN ALAM

Di Bali, alam dipandang sebagai bagian integral dari kehidupan yang harus dijaga dan dihormati.

Prinsip kedua dari Tri Hita Karana mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Masyarakat Bali percaya bahwa alam adalah pemberian dari Tuhan yang harus dijaga kelestariannya untuk keberlangsungan hidup.

Bukti dari penghormatan ini dapat dilihat dalam berbagai upacara dan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Bali untuk menghormati elemen-elemen alam seperti tanah, air, dan api. 

Salah satu contoh yang paling dikenal adalah upacara Tumpek Wariga, yang merupakan ritual untuk menghormati dan berterima kasih kepada pepohonan dan tanaman yang memberikan kehidupan.

Dalam upacara ini, masyarakat akan memberikan sesaji kepada pohon-pohon, sebagai simbol rasa syukur dan doa untuk kelestarian alam.

Selain ritual, masyarakat Bali juga memiliki berbagai tradisi yang mencerminkan komitmen mereka untuk hidup selaras dengan alam.

Misalnya, dalam pertanian masyarakat Bali menggunakan sistem Subak, sebuah sistem irigasi tradisional yang tidak hanya efisien dalam mendistribusikan air, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.

Sistem ini memungkinkan petani untuk berbagi sumber daya air dengan adil, sehingga semua bisa memperoleh manfaat yang sama tanpa merusak lingkungan.

KEPERCAYAAN PADA BIMBINGAN ILAHI

Prinsip ketiga dari Tri Hita Karana menekankan pentingnya hubungan antara manusia dan Tuhan. Bagi masyarakat Bali, keyakinan bahwa ada kekuatan ilahi yang membimbing kehidupan mereka adalah sumber ketenangan dan tujuan hidup.

Kepercayaan ini diwujudkan dalam berbagai bentuk ibadah dan upacara yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Setiap pagi, masyarakat Bali akan membuat dan meletakkan Canang Sari, sebuah sesaji kecil yang terdiri dari daun kelapa, bunga, dan makanan, di depan rumah, toko, atau pura. 

Canang Sari ini adalah simbol rasa syukur dan pengabdian kepada Tuhan, sekaligus permohonan agar hidup mereka selalu dalam lindungan-Nya. 

Ritual ini tidak hanya menghubungkan mereka dengan yang ilahi tetapi juga memperkuat ikatan spiritual dalam komunitas.

BACA JUGA: REKOMENDASI KARYA OKA RUSMINI TENTANG KRITIK SOSIAL MASYARAKAT BALI DAN ISU PEREMPUAN

Dalam perayaan besar seperti Galungan, umat Hindu Bali memperingati kemenangan Dharma (kebajikan) melawan Adharma (kejahatan). 

Selama perayaan ini, masyarakat akan menghias rumah dan pura dengan janur serta bambu, sambil mengadakan berbagai upacara yang bertujuan untuk memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan. 

Melalui tradisi ini, masyarakat Bali menemukan makna dan kedamaian dalam kehidupan mereka, dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang mereka ambil dipandu oleh kehendak ilahi.

MARI BELAJAR DARI BALI

Meskipun Tri Hita Karana merupakan konsep yang lahir dari kearifan lokal Bali, prinsip-prinsip yang diajarkannya sangat relevan bagi semua orang, dimanapun mereka berada. 

Di tengah tekanan hidup modern yang seringkali membuat kita lupa akan pentingnya keseimbangan, Tri Hita Karana menawarkan panduan untuk hidup yang lebih harmonis.

Bagi kita yang hidup dalam budaya Barat atau di kota-kota besar, pelajaran dari Tri Hita Karana bisa menjadi pengingat untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan sesama, menghormati alam, dan mencari bimbingan spiritual dalam menghadapi tantangan hidup. 

Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk komunitas dan lingkungan di sekitar kita.

Tri Hita Karana mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari pencapaian material, tetapi juga dari kemampuan kita untuk hidup selaras dengan orang lain, alam, dan Tuhan. 

Dengan memahami dan mengintegrasikan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan harmoni yang lebih besar dalam setiap aspek kehidupan kita.

Warisan budaya dan spiritual ini bukan hanya milik mereka, tetapi juga pelajaran berharga yang bisa kita bawa dan terapkan dalam kehidupan kita sendiri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance