In Depth

MENDALAMI KONSEP ‘MAGIC THIRD’ YANG DIPOPULERKAN OLEH MALCOLM GLADWELL

Kalian penasaran gak kenapa sebuah hal bisa menjadi tren, atau bagaimana sebuah gerakan bisa memicu perubahan? Jawabannya mungkin terletak pada konsep yang disebut ‘magic third’. Apa itu magic third?

title

FROYONION.COM - Dalam suatu kondisi, terkadang satu suara bisa menjadi sangat mendominasi pilihan dan menentukan arah pergerakan suatu kelompok. Penasaran kenapa hal itu bisa terjadi? 

Nah ternyata fenomena ini pernah dikuliti oleh Malcolm Gladwell dalam buku terbarunya Revenge of  the Tipping Point. Dia menyebutkan perubahan budaya dan ideologi ini sebagai 'Magic Third'

Dilansir dari Big Think, pemahaman akan konsep ini akan bisa mengubah sudut pandang kita tentang pentingnya komunitas lokal. 

Gladwell menjelaskan bahwa fenomena ini bukan hanya terkait dengan kelompok kecil saja, tetapi juga bisa berlaku pada perubahan besar dalam masyarakat. 

Gladwell berargumen bahwa dalam banyak kasus, perubahan sosial terjadi secara eksponensial, bukan linear. Artinya, perubahan kecil pada awalnya dapat memicu efek domino yang jauh lebih besar. 

Ketika sekitar sepertiga dari suatu populasi telah mengadopsi ide atau perilaku baru, maka ide atau perilaku tersebut memiliki momentum yang cukup untuk menyebar dengan cepat ke seluruh populasi.

Dalam bukunya, ia memberikan contoh tentang bagaimana perubahan dalam suatu komunitas bisa dimulai hanya dengan sepertiga dari anggotanya yang berpikir atau bertindak berbeda. 

Sebagai contoh, ketika sekelompok orang mulai memperjuangkan nilai atau ide baru, mereka akan menarik perhatian banyak orang lainnya, bahkan yang sebelumnya tidak terlibat, hingga akhirnya ide tersebut menjadi dominan.

Lalu, mengapa angka sepertiga begitu penting?

  • Titik Kritis: Sepertiga dianggap sebagai titik kritis di mana sebuah ide atau perilaku mulai menyebar secara organik. Ketika mencapai jumlah ini, ide tersebut menjadi lebih terlihat dan menarik bagi orang lain.
  • Pengaruh Sosial: Ketika semakin banyak orang mengadopsi suatu ide, maka semakin besar pula tekanan sosial bagi orang lain untuk mengikutinya. Ini menciptakan efek bola salju yang sulit dihentikan.
  • Normalisasi: Ketika sepertiga populasi telah melakukan sesuatu, hal itu mulai dianggap sebagai norma baru. Ini membuat lebih mudah bagi orang lain untuk mengikuti, karena mereka merasa tidak lagi menjadi minoritas.

Dalam konteks yang lebih luas, perspektif ini bisa juga disematkan pada berbagai isu-isu tertentu, seperti kesetaraan gender, hak-hak minoritas, atau isu lingkungan. 

Ketika sepertiga dari masyarakat atau kelompok mulai menyuarakan perubahan, ide tersebut dapat menyebar dan mengubah pandangan orang lain.

Dalam bukunya, Gladwell juga menyebutkan bahwa terkadang perubahan kecil yang dimulai dengan sekelompok orang bisa menyebar dengan cepat, seperti virus yang menular. 

Proses ini bisa terjadi karena fenomena 'super-spreader'—orang-orang yang memiliki pengaruh lebih besar dalam menyebarkan ide atau gagasan ke kelompok yang lebih besar. 

Contohnya, dalam dunia media sosial, sebuah ide atau tren bisa viral karena sekelompok kecil orang yang memiliki pengaruh besar di platform tersebut.

Nah, dari sini saja kita bisa menakar dan melihat kalau ternyata ada peran penting komunitas lokal dalam memengaruhi individu. 

Gladwell menyatakan bahwa kita sering kali meremehkan pengaruh komunitas lokal, padahal di sinilah banyak nilai dan norma sosial terbentuk. 

Komunitas lokal ini bisa berupa lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, atau kelompok sosial yang lebih kecil. 

Di dalam komunitas ini, satu suara atau satu individu bisa saja mempengaruhi sudut pandang banyak orang, bahkan mungkin tanpa kita sadari.

Konsep "the magic third" memiliki implikasi yang sangat penting bagi para pemimpin, aktivis, dan siapa saja yang ingin menciptakan perubahan sosial. 

Ini menunjukkan bahwa kita tidak perlu meyakinkan semua orang untuk mencapai tujuan kita. 

Dengan fokus pada kelompok minoritas yang paling bersemangat dan persuasif, kita dapat memicu perubahan yang jauh lebih besar.

Di lain sisi, konsep Magic Third ini juga sebenarnya tidak selalu dianggap baik. Banyak juga pihak yang menentang pemikiran tersebut. 

Alasannya, angka sepertiga terlalu sederhana dan tidak selalu berlaku untuk semua situasi. 

Faktor-faktor lain seperti kompleksitas masalah, struktur sosial, dan konteks budaya juga dapat mempengaruhi kecepatan dan skala perubahan.

Selain itu, pada pemikiran lain terhadap konsep ini dianggap cenderung mengabaikan konteks spesifik di mana perubahan terjadi. 

Faktor-faktor seperti kekuatan institusi, keberadaan kelompok oposisi, dan akses terhadap sumber daya dapat sangat mempengaruhi dinamika perubahan sosial. Dalam sistem pemerintahan misalnya, seringkali mereka yang memiliki suara terbesar lah yang punya kuasa. 

Bukan cuma itu, konsep "magic third" cenderung meremehkan peran kepemimpinan dalam mendorong perubahan sosial. Pemimpin yang karismatik dan visioner dapat memainkan peran penting dalam memobilisasi massa dan mengatasi resistensi terhadap perubahan.

Jadi, mungkin konsep "magic third" akan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial kita semua. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!