In Depth

MENCARI PASSION BAGI ORANG YANG PUNYA BANYAK BAKAT

Anugerah Tuhan turun kepada kaki kiri seorang bocah yang bernama Lionel Messi. Sebuah anugerah yang bernama bakat yang membantu dirinya dalam mencapai cita-citanya, yaitu menjadi pesepak bola dunia. Begitu pun dengan Pablo Picasso, Ernest Hemingway, atau Bob Marley yang memiliki anugerah Tuhan tersebut. Mereka menemukan passion dan cita-cita mereka.

title

FROYONION.COM - Bakat dan hobi bisa membantu dalam menemukan passion dan tujuan hidup. Akan tetapi, pernah tidak terpikir atau mungkin merasakan, bagaimana dengan orang yang punya banyak bakat dan punya hobi yang beragam? 

Pintar dalam menggambar, melukis, bermain musik, berenang, atau menulis. Punya hobi naik motor, berkendara sepeda, traveling, olahraga di gym, mengoleksi buku, atau membuat diorama. 

Jika memiliki banyak bakat dan hobi dalam satu waktu, bukankah semakin pusing dalam menentukan mana yang paling kita sukai dan akan kita jalankan. Semakin sulit menentukan bahwa inilah passion kita, inilah yang akan kita fokuskan.

Ketika sedang gandrung dengan manga dan anime, kita menggambar sesering mungkin; membuat fan art dan mencoba menjadi freelance illustrator

Di sisi lain, kita senang bermain fotografi dan videografi; kita sering mengambil gambar atau video dan menguploadnya di YouTube, TikTok, atau Instagram. Kemudian, kita juga senang bermusik; mendengar lagu-lagu baru, mengulik lagu, dan kemudian mencoba membuat lagu. 

Semuanya bisa dilakukan sehingga membuat bingung, skill mana yang sebaiknya diasah setiap hari dan terus-menerus? 

Apakah harus mengasah semua skill yang kita punya? 

Sedangkan waktu tidak banyak. Ditambah, mengasah semua skill secara bersamaan cukup sulit dan mungkin tidak "mempertajam" satu kemampuan sehingga membuat semua kemampuan yang dimiliki hanya menjadi rata-rata, kecuali kamu memang sekera itu berusahanya.

Di satu sisi, banyak yang bilang, khususnya dari pemikiran Barat, untuk menemukan passion terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang dilakukan. Memastikan bahwa diri sendiri akan senang menjalani satu pekerjaan. 

Akan tetapi, tidak semua orang mudah menemukan passion-nya. Ditambah, passion bisa berubah-ubah. Waktumu terlalu berharga jika hanya menunggu passion yang masih belum ditemukan dan tidak melakukan apa-apa.

Oleh karena itu, penting untuk bertanya kepada diri sendiri dan mendengar hati kecil yang biasanya bersuara di dalam senyap. Coba tanyakan kepada diri sendiri: Alih-alih memikirkan soal passion yang rasanya agak abstrak, coba tanyakan tentang hal lain. Misalnya: “Apa sih cita-cita kamu? Apa sih yang kamu inginkan? Apa kamu mau hidup dengan hal itu sampai tua?” Hatimu sendiri yang bisa menjawabnya.

Pandji Pragiwaksono berkata di channel YouTube-nya bahwa cita-cita tidak pernah mati. Dia hanya tertidur atau pingsan ketika kita menguburnya dan tidak mengejarnya. Dan kelak, saat tua, cita-cita itu kembali datang dan menjadi penyesalan karena kita tidak berusaha menggapainya.

Selain cita-cita, proses kehidupan dan orang yang hadir dalam hidup kita turut membuat kita menemukan tujuan dan apa yang ingin kita lakukan. Misalnya, bagaimana para pedagang dan pengusaha menemukan keasyikan dalam memutar otak, siasat, strategi, dan kemudian mendapatkan hasil dari usahanya. Perjalanan hidupnyalah yang menempatkannya jadi pedagang. Sepertinya jarang mendengar pedagang memilih jalan hidupnya karena passion

Menaruh kata passion terlalu dekat di depan kepala membuat kita tidak melihat hal-hal lain yang mesti dilakukan. Tidak semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan passion, namun yang pasti semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan tanggung jawab. 

Selain itu, ada sisi lain yang menyenangkan dalam sebuah pekerjaan, bukan soal passion, melainkan soal hasil jerih payahnya dan hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. 

Saya bertanya-tanya apa sih passion Thomas Shelby? Apakah mungkin bisnis adalah passion-nya? Atau bisa jadi karena hasil bisnisnya dan orang-orang di sekitarnya yang membuat apa yang dilakukannya terasa berarti baginya?

Kadang kita lupa kalau tidak semua hal yang kita bisa lakukan dan senang mesti menjadi passion dan pekerjaan kita. Kadang, bisa juga hanya menjadi hobi di waktu senggang di luar rutinitas. 

Kesenangan yang dilakukan di luar rutinitas pekerjaan juga perlu ada dan dilakukan. Pemain sepak bola pun pasti ada rasa jenuh. Pemain e-sport professional mungkin juga ada rasa jenuh. Melakukan hal lain di luar rutinitas bisa menjadi obat kejenuhan itu dan itu cukup penting, sepenting passion, pekerjaan, dan rutinitas itu sendiri.

Orang yang bingung mau jadi apa karena banyak bisanya mungkin perlu belajar dari kisah Norman Kamaru, seorang polisi yang bisa bernyanyi dan berjoget ala India. Ia memutuskan melepas pekerjaannya untuk mengejar passion-nya. Kadang tersempil pertanyaan apakah passion seberharga itu untuk dikejar?

Selain itu, kita juga bisa belajar kepada seniman serba bisa Sujiwo Tejo. Beliau merupakan seorang aktor, budayawan, penulis, pelukis, dan musisi. Beliau ini serba bisa dan serba tahu. Apakah dulu Sujiwo Tejo mengkotak-kotakkan kesenangannya, mengerucutkannya, dan kemudian memberi “label” bahwa ini passion-nya? Atau, jangan-jangan beliau mengerjakan saja apa yang ia suka? Ia suka kesenian musik, ia belajar kesenian musik. Ia suka kesenian peran, ia belajar dan ikut tampil di teater serta film.

Mengerjakan apa saja dan mau belajar hal-hal baru dapat menambah kesempatan untuk menemukan tujuan hidup. Itu lebih baik daripada tidak mengerjakan apa-apa dan sibuk menimbang-menimbang apa sih passion kita sesungguhnya. 

Kadang, seperti menyantap makanan. Tak perlu makanan yang mahal dan sulit didapat untuk membuatmu tampak passionate dalam menikmati makanan. Satu yang kamu butuhkan agar kamu penuh dengan passion di dalam diri kamu adalah rasa lapar. Rasa lapar akan ilmu, rasa lapar akan pengalaman.

Oleh karena itu, perihal banyak bakat yang membingungkan dan passion yang belum ditemukan bukanlah hal utama. Hal utama yang mesti dilakukan adalah terus melangkah dan mencoba saja dulu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rama

Editor naskah, ilustrator, dan penulis lepas/hantu yang suka jalan-jalan.