Apakah lo termasuk yang mengidamkan untuk bekerja di Google? Simak dahulu penjelasannya hanya di artikel ini, Civs!
FROYONION.COM - Siapa nggak kenal Google? Perusahaan yang bergerak dalam pengembangan mesin pencari internet ini selalu berhasil menarik perhatian, tak terkecuali bagi generasi Z sebagai tren anak muda Indonesia. Salah satu daya tariknya adalah Google punya kantor yang futuristik, moderen, dan cozy!
Selain didukung interior dan eksterior yang ramah lingkungan, kantor Google yang berpusat di Mountain View, Amerika Serikat juga dilengkapi dengan beragam fasilitas: ada makanan dan minuman gratis; tersedianya ruang kebugaran; dan berbagai macam kemudahan lainnya.
Setelah ngomongin fasilitas, berapa sih ranking Google sehingga jadi kantor idaman para generasi Z?
Mengutip survei yang dilakukan Business Insider pada 2017, Google berada di peringkat pertama selama tiga tahun berturut-turut. Fakta ini sesuai dengan sampel data terhadap 145.437 mahasiswa program S1 bisnis di 12 negara dengan produk domestik bruto tertinggi di dunia.
Fakta tersebut menyalip Apple yang berada di peringkat ketiga, Microsoft di peringkat ketujuh, L'Oréal Group di posisi kedelapan, Nike di peringkat kelimabelas, BMW Group di peringkat keenambelas, dan disusul oleh Unilever di posisi terakhir.
Jadi, penasaran. Gimana sih tanggapan para generasi Z di Indonesia tentang nyamannya bekerja di kantor Google? Ayo kita temukan jawabannya di artikel ini, Civs!
BACA JUGA: JANGAN BURU-BURU RESIGN! INI 5 ALASAN BERTAHAN DI KANTOR LAMA
Sebelum bahas lebih lanjut, kita mulai dahulu dari kriteria kantor idaman. Chelyn, seorang Social Media Intern di salah satu startup di Jakarta, bilang ke gue, ada beberapa poin penting tentang kriteria tersebut, Civs.
“Kantor idaman menurutku yang suportif satu sama lain. Selain itu, atasan yang bisa kasih arahan atau feedback yang baik. Kantor yang nerapin work-life balance menurutku juga idaman sih,” tuturnya.
Dirinya juga menyebutkan beberapa fasilitas wajib. Misalnya, tersedia laptop dan handphone, sehingga menunjang pekerjaan dan upskilling karyawan, dan pastinya punya fasilitas standar.
“Untuk fasilitas, kayak laptop atau handphone juga jadi kriteria kantor idaman. Karena kadang gak semua karyawan punya perangkat yang compatible buat kerjaan tertentu meskipun mereka punya skill-nya. Selain itu, ada WiFi, pantry, ruang santai, dan ruang ibadah,” tambah Chelyn.
Nggak berbeda jauh, Nanda yang kini berkarier sebagai Partnership Intern di suatu startup, menyebutkan jika kriteria kantor idaman itu memiliki lingkungan yang kondusif untuk saling support.
“Udah pasti yang suportif gitu, terus punya leader yang bener-bener ngerangkul gitu. Gak cuma in professional way, tapi dia juga kasih feedback yang emang ngebangun. Terus punya temen-temen yang suportif, bisa kerjasama, dan satu value gitu,” kata Nanda.
Bicara soal fasilitas, menurutnya yang terpenting memudahkan untuk melakukan hal-hal dasar, seperti ruang ibadah, akses internet WiFi, meja dan kursi kerja yang nyaman.
“Kalau aku sih yang basic aja. Pokoknya ada ruang ibadah, akses WiFi, meja, kursi kerja yang nyaman, terus ada ruang santainya. Ya, biar gak terlalu stres lah kerjaan ini,” pungkasnya.
Lalu, ada Nofi, seorang Social Media Specialist di salah satu startup pendidikan. Kriteria kantor idamannya adalah lingkungan kantor yang positif dan proaktif. Jadi, ada kenyamanan selama bekerja.
“Menurutku sih tipe kantor idaman itu yang pasti lingkungannya harus positif dan juga proaktif. Jadi ada kenyamanan ketika aku bekerja di situ, walaupun di setiap kantor kan pasti ada pressure, ya. Jadi, bakal tercapai apa yang ditargetkan perusahaan,” terang Nofi.
Menariknya nih, Civs, fasilitas yang diinginkan Nofi seperti jatah cuti yang dimudahkan perizinannya, lalu ada fasilitas untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental, misalnya gym, dan sports club.
“Fasilitasnya itu ada cuti, membership untuk gym atau kayak ada sports club, kayak hal yang bisa membuat well being kita meningkat itu kayaknya will be good gitu. Kayak apa yang itu poin plus lah untuk lingkungan dan juga fasilitasnya itu sendiri.” tuturnya secara semangat.
Terus, apa aja sih plus dan minus berkantor di Google? Soal ini, Chelyn bilang kalau keunggulan berkantor di Google itu dimanjakan dengan berbagai macam fasilitas.
“Google ini ngasih banyak keuntungan dan fasilitas ke karyawannya. Kayak layanan kesehatan, fasilitas, dan gaji yang gede,” ujar Chelyn.
Menurutnya, minus berkantor di Google dikenal dengan workload dan tekanan kerja yang tinggi.
“Kalau minusnya sih palingan workload dan tekanan kerja yang pasti udah tinggi, dan akhirnya berakibat stres,” terangnya.
Jika kata Chelyn bekerja di Google itu identik dengan fasilitas, berbeda dengan Nanda karena poin yang jadi plus bekerja di Google adalah kesempatan untuk selalu up-to-date.
“Google itu kayak jendela. Kerja di sana itu tuh apa aja up-to-date sama banyak informasi dan juga wawasan, sih,” timpalnya.
Cewek yang masih fokus menyelesaikan studinya ini juga berpendapat bila kelemahan atau poin minus bekerja di Google itu justru hampir nggak ada. Enak juga ya, Civs?
“Menurutku, nggak ada sih kelemahan bekerja di sini. Tapi, kerja di Google itu emang challenging banget buat ngadepin perubahan dan situasi apapun,” jelasnya.
Sedangkan, bagi Nofi, beberapa hal yang menjadi plus berkantor di Google adalah tersedianya tunjangan seperti makan siang dan layanan kesehatan mental secara gratis.
“Menurutku, Google itu nge-provide karyawannya untuk kasih jatah makan siang. Jadi, kita gak perlu bingung nanti siang makan apa. Terus, Google juga ngasih mindfulness practice yang bikin stres kita itu bisa diminimalisir,” kata Nofi.
Soal kelemahan berkantor di Google, Nofi cenderung mengatakan kalau bekerja di Google itu justru bikin karyawannya wajib berbahasa Inggris sebagai bahasa dunia.
“Jujur aku gak tau spesifik kelemahannya apa. Tapi, kerja di Google itu artinya kita sebagai karyawan mesti mahir bahasa Inggris karena ada banyak karyawan dari berbagai negara,” terangnya.
Dari penjelasan sebelumnya kita tau bahwa ada plus dan minus tersendiri perihal bekerja di Google. Lantas, apakah Google menjadi kantor idaman para ketiga generasi Z ini, Civs?
Pertama, bagi Chelyn, bekerja di Google memang jadi kantor idamannya. Ada banyak fasilitas dan pasti jenjang karier yang jelas.
“Aku tertarik sih kerja di Google. Selain nyaman karena ada banyak fasilitas, kerja di sini itu tuh bagus banget buat mengembangkan diri dan karier buat ke depannya,” katanya.
Nggak beda jauh, Nanda ternyata begitu kepincut untuk bekerja di Google. Bertemu dengan kolega dari berbagai negara, jadi pengalaman yang seru baginya.
“Jelas tertarik dong karena jadi perusahaan besar, dan salah satu multinational companies yg udah ke-integrated ke negara lain. Jadi seru sih,” ujar Nanda.
Last but not least, Nofi juga tertarik. Tapi eh tapi, dirinya perlu meninjau lebih dalam nih seperti apa value dan goals yang akan dicapai ke depannya oleh Google. Biar sesuai sama passion gitu kali ya, Civs?
“Salah satu perusahaan teknologi besar dan fasilitasnya juga oke. Jadi, tertarik sih. Cuma aku perlu mengulik lagi value dan goals nya mereka itu seperti apa biar sesuai sama minatku,” imbuhnya.
Nah, dari sini minimal kita udah paham ya, Civs, ternyata masih banyak kok generasi Z yang masih mengidamkan untuk bekerja di Google. Apalagi dengan segudang fasilitas dan tunjangan yang diberikan, memang bikin betah karyawan yang bekerja di sini.
Tapi, buat lo yang ingin memulai berkarier, misalnya di raksasa teknologi seperti Google, jangan lupa untuk menyesuaikan dengan kemampuan, keterampilan, dan visi karier lo ke depannya, Civs! (*/)
BACA JUGA: FENOMENA MAHASISWA BEDA JURUSAN JUSTRU DAPAT KARIR YANG LUMAYAN