In Depth

MARAKNYA PENGAKUAN GENERASI SEKARANG YANG ENGGAN MENIKAH, APA PENYEBABNYA?

Pernyataan tersebut membuat banyak orang terkejut ada pula yang tidak heran, kok bisa ya?

title

FROYONION.COM - Perubahan mindset atau pemikiran pastinya akan terus terjadi dalam perkembangan zaman, ditambah pada era sekarang mulai menjamurnya para influencer yang cukup berpengaruh bagi banyak orang yang tak terkecuali bisa mengubah cara berpikir.

Faktanya, anak muda di generasi sekarang sudah ikut memikirkan hal yang kompleks dan berat seperti isu-isu kesehatan mental, politik, dan salah satunya adalah pilihan hidup yaitu menikah atau tidak.

Jika pada zaman dahulu, menikah seakan menjadi sesuatu yang wajib bagi semua orang dan apabila ada yang belum menikah di usia yang dianggap sudah dewasa maka dianggap sebagai hal yang memalukan atau aib, tidak jarang juga dari mereka yang diolok-olok tetangga atau bahkan keluarga besar sendiri.

Berbanding terbalik dengan generasi sebelumnya, justru pada generasi ini mayoritas anak muda terutama generasi milenial dan generasi z memilih untuk tidak menikah nantinya. Walau sering juga kita temukan kelahiran 2000-an justru sudah menikah bahkan memiliki anak.

Studi yang dilakukan Pew Research menemukan bahwa sedikitnya ada 26% kaum milenial yang menunda pernikahan. Studi juga menyebutkan jika hampir 70% pemuda milenial masih lajang atau tidak terlalu memikirkan kisah percintaan di hidupnya. Dilansir juga dari Katadata.co.id (8/1/2022) Anak muda Indonesia cenderung ingin menunda pernikahan. Ini terlihat dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, persentase pemuda yang masih lajang terus meningkat setiap waktunya.

Melihat fakta tersebut dimana tidak sedikit yang menunda bahkan memilih tidak menikah sama sekali pastinya tidak mungkin tanpa adanya beberapa faktor. Berikut menjadi beberapa penyebab dari sekian banyak alasan generasi sekarang enggan menikah.

1. TRAUMA DENGAN KEGAGALAN RUMAH TANGGA ORANG TUA

Bukan rahasia umum lagi ini adalah faktor paling besar dan paling sering ditemukan. Istilah broken home pastinya sudah tidak asing lagi bagi kita semua dan sebagian dari kita pasti mempunyai teman yang merupakan anak broken home, hal ini juga dibuktikan dengan angka perceraian yang tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2022, sebanyak 447.743 kasus perceraian terjadi pada tahun 2021. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 291.677 perkara. 

Masalah orang tua di rumah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman tentunya akan memberikan trauma tersendiri bagi anak sehingga banyak dari mereka ragu untuk menikah karena takut akan bernasib sama dengan orang tuanya.

BACA JUGA: PLATONIC RELATIONSHIP: KARENA CINTA NGGAK MELULU SOAL NAFSU

2. MELIHAT FENOMENA SEKITAR MAUPUN PERCINTAAN TEMAN

Baru-baru ini media sosial digemparkan dengan kasus perselingkuhan beberapa public figure seperti Adam Levine, Reza Arap, atau bahkan yang sedang hangat hari ini adalah perselingkuhan Rizky Billar yang juga dilaporkan melakukan kasus KDRT. 

Tidak melulu melihat kegagalan pernikahan dari kalangan artis, nyatanya dari lingkungan terdekat pun seperti percintaan teman kita sudah tidak asing dengan fenomena tersebut. Apalagi untuk kamu sering dijadikan tempat curhat teman untuk segala masalah dalam hubungannya, selain lelah untuk menasehati juga akan membuat sebagian orang termotivasi untuk tetap melajang.

3. MEMILIKI AWARENESS TERHADAP MENTAL HEALTH

Isu kesehatan mental memang menjadi hal yang menarik untuk terus dibahas. Dampak positifnya, banyak dari generasi sekarang yang sudah mulai peduli terhadap mentalnya dan ini juga merupakan salah satu faktor yang membuat generasi sekarang mempertimbangkan untuk menikah.

Berkaitan dengan poin pertama, berawal dari melihat kegagalan rumah tangga orang tua yang dapat merusak mental anak membuat sebagian orang sadar bahwa nyatanya hal tersebut disebabkan karena belum adanya kesiapan secara mental untuk menikah terlebih orang-orang pada generasi tersebut belum mengenal bahkan tidak peduli dengan kesehatan mental dan berujung melampiaskan ke anak.

Faktor ini menyebabkan banyak orang berpikir dua kali untuk menikah atau berinisiatif untuk menyelesaikan masalah mentalnya lebih dahulu seperti trauma dan masalah mental lainnya. Dampak baiknya ialah, secara tidak sadar mereka mencegah generasi berikutnya untuk terkena imbas dari masalah mental mereka yang belum sembuh. 

BACA JUGA: 3 TIPS TERBEBAS DARI TOXIC RELATIONSHIP BUAT ANAK MUDA ‘BUCIN’

4. ALASAN FINANSIAL

Pastinya kalian sudah sering melihat keluhan terutama dari kaum laki-laki yang merasa terbebani dengan permintaan dari perempuan seperti harus mempunyai, rumah, mobil, gaji minimal 2 digit, dan masih banyak lagi. Belum lagi harga rumah yang saat ini terasa sangat mahal sekalipun dengan ukuran yang cenderung kecil. Daya beli yang menurun Ini lah membuat kebanyakan orang untuk menunda menikah karena mereka berpikir tidak hanya untuk menikahnya saja tetapi kebutuhan setelah menikah akan terus membutuhkan finansial yang besar.

Istilah ‘’banyak anak banyak rezeki’’ sepertinya sudah tidak berlaku lagi saat ini

5. TERLALU BANYAK STANDAR DI MEDIA SOSIAL

Percaya tidak percaya nyatanya faktor ini juga secara tidak sadar menjadi faktor yang membuat seseorang mempertimbangkan untuk memiliki pasangan. Beberapa bulan lalu ada sebuah trend pada sosial media TikTok yang berisi seperti larangan untuk menjalin hubungan dengan orang yang memiliki ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh ‘’don’t date girl with mental illness’’ atau ‘’don’t date a guy who’s younger than you’’ bahkan larangan untuk tidak memiliki hubungan dengan seseorang karena zodiaknya.

Mungkin di satu sisi hal seperti ini bertujuan memberikan kita warning agar terhindar dari sakit hati di kemudian hari, tetapi kelamaan tren ini menjadi tidak wajar karena ciri-ciri yang disebutkan semakin terdengar aneh. Karena kita sendiri tidak bisa menggeneralisasi bahwa semua orang dengan sifat tersebut sudah pasti buruk dan sifat yang menjadi  pantangan bagi satu orang belum tentu juga perlu dihindari oleh orang lain.

Jadi, jika tidak masalah dan sudah nyaman dengan hubungan sendiri lebih baik jangan dengarkan standar-standar di sosial media dan percaya dengan pasangan. Kecuali yang disebutkan memanglah sebuah sifat yang perlu dihindari atau sekarang biasa disebut dengan red flag seperti tukang selingkuh, manipulatif, abusive, dsb.

Gimana, Civs? Kalian berencana menikah atau ada salah satu dari alasan di atas yang juga membuat kalian enggan menikah? (*/)

BACA JUGA: HAL YANG HARUS DILAKUKAN ANAK MUDA BIAR LEPAS DARI TOXIC RELATIONSHIP

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Erina Anindhita

Mahasiswa Psikologi yang bosen nganggur dan sedang mengasah kemampuan menulis