Hindari kalimat-kalimat penyemangat ini biar lo nggak disangka melakukan toxic positivity ketika ada teman atau sahabat yang sedang curhat.
FROYONION.COM - Sebagai sosok yang mengerti akan kondisi teman ataupun sahabat, mungkin lo sering diandalkan untuk jadi tempat curhat. Berbagi keluh kesah atau sekadar menceritakan suatu masalah yang saat itu dialami oleh mereka.
Tak jarang ketika curhat tengah berlangsung, lo akan menyelipkan kalimat-kalimat penyemangat. Contohnya, jika teman lo merasa sedih karena gagal lolos interview kerja, kalimat-kalimat seperti “jangan sedih” atau “tetap semangat” bakal lo ucapkan.
Selain itu, lo juga memberikan pernyataan ke mereka untuk selalu semangat berjuang apapun itu kondisinya. Intinya, lo berusaha menutupkan emosi-emosi negatif yang saat itu mereka rasakan.
Jika lo sebagai orang awam, kalimat penyemangat atau apapun itu rasanya udah jadi hal yang lumrah. Lagipula, siapa sih yang mau menolak pemberian semangat dari teman dekat atau bestie?
Tapi, Civs, hal yang ingin gue tegaskan di sini bahwa pemberian kalimat-kalimat penyemangat dan segala usaha positif dapat membawa dampak buruk bernama toxic positivity!
Yap! Suatu istilah yang akhir-akhir ini sering banget dibahas sebagai tren anak muda Indonesia yang begitu melek terhadap isu kesehatan mental.
Menurut fakta yang gue kutip dari Very Well Mind, alih-alih teman lo bakal semangat bangkit dari kesedihan, emosi mereka justru merasa diabaikan, dan mereka bingung mencari solusi dari kalimat penyemangat tersebut.
Biar nggak keliru ketika diminta teman untuk curhat dengan menyampikan kalimat penyemangat. Saatnya lo cari tau seluk beluk toxic positivity, mulai dari definisi, contoh kalimat penyemangat yang mesti dihindari, dan tips curhat aman dari toxic positivity. Selengkapnya, baca artikel ini sampai habis, Civs!
BACA JUGA: MANFAAT POSITIF UNTUK LO YANG SUKA LIHAT MEME, SALAH SATUNYA BISA MEREDAKAN STRES
Toxic positivity merupakan istilah dalam ilmu psikologi tentang pola pikir untuk memaksa seseorang agar terus berpikir dan berperilaku positif. Melansir Very Well Mind, seseorang yang terkena toxic positivity akan sulit menerima emosi-emosi baik.
Kalau lo perhatikan dari akar kata “toxic” yang berarti “racun” aja sebenarnya udah mengandung kata negatif dan bukanlah hal yang baik. Lebih tepatnya, segala hal berbau positif dalam konteks toxic positivity dapat membuat seseorang kurang nyaman.
Terus, apa aja sih alasan-alasan toxic positivity harus lo hindari?
Pertama, toxic positivity memberi kesan kesedihan adalah hal yang nggak wajar. Hal tersebut bisa lo sadari ketika menyemangati teman yang sedang curhat dengan kalimat yang menunjukkan untuk mengurangi rasa sedih atau amarah. Selain itu, mereka juga bakal merasa bahwa dirinya begitu lemah.
Kedua, toxic postivity mendorong seseorang buat memendam perasaan. Yang namanya perasaan emang jangan terlalu dipendam. Menurut studi berjudul Paradoxical Effects of Thought Supression, potensi terkena gangguan kecemasan pada seseorang yang memendam perasaan jauh lebih besar. Jadi, lebih baik dikeluarkan aja!
Ketiga, toxic positivity membuat mereka merasa terisolisasi dari dunia nyata. Ini memang sering terjadi karena mereka cenderung membohongi perasaan diri sendiri. Misalnya, nggak boleh sedih, putus asa, atau harus tetap merasa bahagia di tengah sengsara. Begitu syulit kalau kata netizen.
Lantas, apa aja kalimat-kalimat penyemangat yang mengandung toxic positivity? Catat dan simak beberapa contoh di bawah ini biar lo lebih hati-hati dalam memberikan semangat.
1. SEMUA ADA HIKMAHNYA
Kehidupan emang menyimpan banyak hikmah. Namun, nggak semestinya juga selalu mengatakan kalimat ini ke teman lo yang udah bersedia membuka hatinya. Soalnya, kemungkinan tekanan yang dirasakan mereka juga jadi lebih besar.
Daripada mengatakan kalimat tersebut, lebih baik jika menyelipkan kalimat yang bisa membuat mereka terbantu dengan sosok lo. Misalnya, “kadang, hal buruk emang menimpa kita. Kalau gitu, ada yang bisa aku bantu buat lo lebih tenang?” Begitu, Civs.
2. YUK BISA YUK
Kalimat berikut ini sebenarnya berawal dari popularitas media sosial untuk membangkitkan semangat seseorang dari kesedihan. Hati-hati, nih! Belum tentu ketika teman lo sedang rapuh dan ingin curhat, tiba-tiba mereka langsung bisa bangkit.
Butuh waktu bagi seseorang ingin kembali bangkit. Ada yang cepat, ada pula yang membutuhkan waktu lebih banyak. Jadi, lo bisa mengganti kalimat tersebut sesuai dengan kemampuan mereka. Contohnya, “gpp, lakuin aja semampu lo. Gue bakal senang hati kalau lo butuh bantuan.”
3. UDAH, NGGAK USAH NANGIS LAGI
Nah, kalimat ini juga menjadi salah satu yang perlu lo hindari, ya, Civs! Tampaknya sih sepele, soal ajakan untuk nggak usah bersedih apalagi sampai cengeng. Ternyata eh ternyata, efeknya bisa bikin teman lo makin cemas, loh!
Ketika mereka menangis, itu adalah cara bagaimana teman lo mengekspresikan kesedihan atau kekesalan yang tengah dialami. Sebagaimana lo mengerti perasaan teman, biarkanlah mereka menangis, asalkan nggak sampai berlebihan.
4. JANGAN PERNAH MENYERAH!
Kalau dengerin kalimat yang satu ini, jadi ingat lagu legendaris milik grup band pop di Indonesia. “Jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah, ooooh.” Eits, walaupun liriknya mengandung makna buat nggak putus asa, namun nggak semudah itu memberikan kalimat ini ke teman lo, Civs.
Justru, siapapun pasti pernah melakukan kekalahan alias menyerah. Sebagai antisipasi lewat kalimat yang berpotensi toxic positivity, lo bisa katakan ke teman atau sahabat bahwa nggak masalah untuk menyerah, asalkan tetap fokus untuk raih pencapaian yang mereka harapkan.
5. HARUSNYA KAMU BERSYUKUR, LOH!
Yang terakhir ini, agak ngeri-ngeri sedap. Betul banget jika manusia disarankan untuk perbanyak bersyukur, biar hidup tambah makmur. Namun, hindari mengatakan ini secara langsung ke teman lo yang sedang nangis sesenggukan saat curhat.
Terus, jawabnya gimana? Singkatnya, lo bisa mengatakan kalimat berikut ini kepada teman lo, Civs. “Jadi bersyukur emang butuh proses. Yang penting lo bisa menikmati hal yang lo suka selama ini secara penuh sadar dan kasih tau gue kalau ada kendala.” Seperti itu.
Lo penasaran gimana caranya tips curhat aman tanpa menimbulkan toxic positivity? Simak dan jangan lupa lakukan tips-tips berikut ini ketika lo diminta jadi tempat curhat.
Pertama, biarkan mereka meluapkan emosi. Ketika teman lo curhat, itu tandanya mereka ingin mengeluarkan segala unek-unek dan emosi yang terpendam dalam dirinya. Emosi yang dipendam terlalu lama, akan memicu stres hingga berakhir depresi.
Maka, udah sewajarnya bagi lo untuk jangan berusaha menghentikan tangisannya. Biarkanlah ia melepaskan semua emosi. Bukankah cara seseorang untuk bisa tenang dari permasalahannya yaitu dengan menangis dan meluapkan segala emosi, Civs?
Kedua, tenang dan dengarkan curhatan mereka. Biarkan teman atau sahabat lo menceritakan dan meluapkan semua persoalannya. Jangan sampai lo malah sibuk memotong pembicaraan, apalagi memberikan kalimat penyemangat dengan dalih menghibur.
Intinya, lo bisa berlatih menjadi sosok pendengar yang baik, serta mampu memahami perasaan, emosi, dan ekspresi diri mereka. Terkadang hanya menjadi pendengar yang baik dan tetap tenang, maka inilah yang mereka butuhkan saat curhat bersama lo.
Ketiga, berikan jawaban yang tepat kepada mereka. Bicara soal jawaban yang tepat ketika lo sebagai tempat curhat, lo nggak mesti menjawabnya secara verbal atau lewat ucapan. Dengan lo menangguk dan penggunaan gestur tubuh aja mereka akan paham.
Tapi, jangan juga hanya mengangguk. Sekali-kali lo bisa mengatakan kalimat-kalimat validasi dibandingkan kalimat-kalimat penyemangat. Misalnya, “ya, aku paham perasaanmu,” atau “tenang aja, gue bakal tetap nemenin lo di sini, kok.”
Keempat, mereka butuh validasi, bukan toxic positivity. Meski memberi ucapan atau kalimat bernada positif seringkali dilakukan demi menghibur dan memberikan semangat saat mendengar curhatan teman. Ada baiknya lo ganti dengan kalimat validasi, seperti, “gue tau ini hal yang sulit buat lo,” daripada, “udah deh, jalanin aja!”
Kalimat validasi yang diberikan kepada mereka akan menunjukkan bahwa lo mengalami, merasakan, dan memahami juga apa yang sedang mereka tangisi. Hal tersebut membuat mereka tenang dan berangsur-angsur juga bakal kembali ceria.
Jadi, toxic positivity seolah seperti pisau bermata dua. Di balik kalimatnya yang begitu begitu berisi unsur positif, ternyata juga bisa bikin seseorang nggak nyaman, bahkan mempengaruhi kondisi emosi dan mental mereka.
Lo perlu memahami bahwa ketika ada teman lo yang curhat, nggak mengapa bagi mereka untuk sementara menjadi nggak baik-baik aja. Karena sifat manusia nggak melulu soal bahagia dan kuat, terkadang kita bakal merasa rapuh dan terjatuh. (*/)
BACA JUGA: TERNYATA SELF-DIAGNOSIS BERBAHAYA UNTUK KESEHATAN MENTAL LO